Serangan siber seperti phishing dan malware semakin sering terjadi, menargetkan berbagai organisasi, dari perusahaan kecil hingga korporasi besar. Menurut laporan tahunan tentang ancaman siber, serangan phishing merupakan salah satu metode paling umum yang digunakan oleh peretas untuk mencuri informasi sensitif, seperti kredensial login dan data keuangan. Malware juga menjadi ancaman serius yang dapat merusak sistem perusahaan, mencuri data, atau bahkan memeras uang melalui ransomware. Berikut adalah tujuh langkah efektif yang dapat diambil untuk melindungi data perusahaan dari serangan phishing dan malware.
Salah satu titik lemah terbesar dalam keamanan siber perusahaan adalah manusia. Banyak serangan phishing dan malware yang berhasil karena karyawan tidak menyadari tanda-tanda bahaya dari email atau link yang mereka terima. Oleh karena itu, langkah pertama dalam melindungi data perusahaan adalah memastikan bahwa seluruh karyawan mendapatkan pelatihan keamanan siber yang berkelanjutan.
Pelatihan ini harus mencakup cara mengenali email phishing, link mencurigakan, dan lampiran file yang tidak aman. Selain itu, perusahaan harus mengadakan simulasi serangan phishing secara berkala untuk mengukur kesiapan karyawan dan meningkatkan kesadaran mereka terhadap ancaman siber yang mungkin terjadi. Ketika karyawan terlatih dengan baik, mereka dapat menjadi garis pertahanan pertama dalam mendeteksi dan mencegah serangan sebelum merugikan perusahaan.
Baca juga: Pentingnya Security Awareness Training bagi Karyawan dan Perusahaan
Serangan phishing biasanya dirancang untuk mencuri kredensial login pengguna, yang kemudian digunakan oleh peretas untuk mendapatkan akses tidak sah ke sistem perusahaan. Salah satu cara terbaik untuk mengurangi risiko ini adalah dengan menerapkan autentikasi multi-faktor (MFA). MFA menambahkan lapisan perlindungan tambahan di atas nama pengguna dan kata sandi, biasanya dengan meminta pengguna untuk memasukkan kode yang dikirimkan melalui SMS atau menggunakan aplikasi otentikasi.
Dengan MFA, bahkan jika kredensial login seseorang dicuri, penyerang masih memerlukan faktor autentikasi kedua untuk mendapatkan akses ke akun tersebut. Solusi MFA ini telah terbukti efektif dalam mencegah serangan phishing dan mengurangi kemungkinan akses tidak sah ke data perusahaan.
Selain itu, perusahaan harus mempertimbangkan untuk menggunakan solusi MFA yang dapat diintegrasikan dengan semua aplikasi dan layanan yang digunakan oleh karyawan, sehingga memberikan perlindungan menyeluruh.
Perangkat lunak yang tidak diperbarui atau belum ditambal sering kali menjadi celah yang dieksploitasi oleh malware untuk menginfeksi sistem. Perangkat lunak yang usang mengandung kerentanan keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh penyerang untuk menyebarkan malware atau mengakses data perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan harus menerapkan proses pembaruan dan patching yang konsisten untuk semua perangkat lunak dan perangkat keras yang mereka gunakan. Ini mencakup sistem operasi, aplikasi, perangkat mobile, serta server dan database. Memastikan bahwa semua perangkat lunak selalu dalam kondisi terbaru akan sangat mengurangi risiko eksploitasi oleh malware.
Proses ini harus diotomatisasi sebanyak mungkin agar perusahaan dapat merespons pembaruan keamanan yang penting secara cepat tanpa keterlambatan.
Sistem Deteksi dan Pencegahan Intrusi (IDS/IPS) adalah salah satu alat yang efektif untuk melindungi jaringan perusahaan dari serangan phishing dan malware. IDS bekerja dengan mendeteksi pola aktivitas mencurigakan atau tidak biasa di dalam jaringan, sementara IPS bertindak lebih lanjut dengan mencegah serangan tersebut sebelum menyebabkan kerusakan.
IDS/IPS dapat mengidentifikasi berbagai jenis serangan, termasuk serangan malware yang berusaha menginfeksi sistem melalui email phishing atau file terlampir. Dengan adanya solusi ini, perusahaan dapat mendeteksi ancaman lebih awal dan memblokirnya sebelum merusak data atau jaringan internal.
Selain itu, IDS/IPS harus diintegrasikan dengan sistem keamanan siber lain seperti firewall dan antivirus untuk memberikan perlindungan yang lebih komprehensif.
Membatasi akses karyawan terhadap data sensitif adalah langkah penting dalam melindungi informasi perusahaan. Kebijakan akses data yang ketat mengikuti prinsip least privilege, di mana karyawan hanya diberikan akses ke data yang benar-benar mereka butuhkan untuk menjalankan tugas mereka.
Dengan menggunakan Sistem Manajemen Identitas dan Akses (IAM), perusahaan dapat mengelola hak akses pengguna dengan lebih mudah dan lebih aman. IAM memungkinkan perusahaan untuk melakukan audit reguler terhadap hak akses, memastikan bahwa tidak ada karyawan yang memiliki akses yang berlebihan terhadap data sensitif.
Selain itu, verifikasi akses juga penting. Karyawan yang mengakses data penting harus melalui proses otentikasi yang lebih ketat, seperti menggunakan MFA.
Serangan malware atau phishing seringkali memiliki tanda-tanda awal yang dapat dideteksi jika perusahaan memiliki sistem pemantauan keamanan real-time. Dengan memantau lalu lintas jaringan dan aktivitas pengguna, perusahaan dapat segera mendeteksi pola-pola mencurigakan yang mungkin menunjukkan serangan yang sedang terjadi.
Alat-alat pemantauan real-time dapat mendeteksi aktivitas abnormal, seperti banyaknya upaya login yang gagal, pengiriman email yang mencurigakan, atau perpindahan file yang tidak wajar. Ketika ancaman terdeteksi, tim keamanan siber dapat segera mengambil langkah mitigasi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Selain itu, pemantauan real-time membantu dalam respon cepat terhadap insiden siber, yang sangat penting dalam meminimalkan dampak dari serangan yang berhasil menembus perlindungan awal.
Langkah terakhir namun tidak kalah penting adalah backup data secara berkala. Backup yang dilakukan secara teratur memastikan bahwa jika terjadi serangan malware, seperti ransomware, perusahaan masih memiliki salinan data yang dapat dipulihkan.
Namun, penting untuk memastikan bahwa proses backup dilakukan dengan aman. Data backup harus disimpan di lokasi yang terisolasi dari jaringan utama untuk mencegah infeksi malware yang menyebar. Selain itu, backup harus di enkripsi untuk melindungi data dari akses tidak sah.
Mengotomatiskan proses backup juga akan memastikan bahwa perusahaan selalu memiliki salinan data terbaru yang siap digunakan dalam situasi darurat.
Baca juga: Mengukur Efektivitas Pelatihan Security Awareness untuk Karyawan
Melindungi data perusahaan dari serangan phishing dan malware membutuhkan pendekatan yang berlapis dan proaktif. Dengan mengikuti tujuh langkah di atas—melatih karyawan, menerapkan MFA, memperbarui perangkat lunak, menggunakan IDS/IPS, mengelola akses data dengan ketat, memantau keamanan secara real-time, dan melakukan backup secara aman—perusahaan dapat secara signifikan mengurangi risiko kebocoran data dan kerusakan sistem.
Keamanan siber bukanlah tugas satu kali, melainkan proses berkelanjutan yang memerlukan pemantauan dan evaluasi secara konstan. Dengan menerapkan strategi yang tepat, perusahaan dapat melindungi data mereka dari ancaman siber yang terus berkembang dan menjaga keberlanjutan operasional bisnis dalam jangka panjang.