Human Risk Management Institute

Apa Itu Brute Force Attack dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Written by Nur Rachmi Latifa | 26 Mar 2025

Ancaman keamanan siber terus meningkat dengan berbagai metode serangan yang semakin canggih. Salah satu teknik yang sering digunakan oleh peretas adalah Brute Force Attack, yaitu upaya menebak kredensial login dengan mencoba berbagai kombinasi password hingga menemukan yang benar. Serangan ini dapat berdampak serius, mulai dari pencurian akun hingga akses ilegal ke sistem perusahaan yang berpotensi menyebabkan kebocoran data. Oleh karena itu, memahami cara kerja Brute Force Attack serta langkah-langkah untuk mencegahnya menjadi hal yang sangat penting, baik bagi individu maupun organisasi. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang serangan brute force, jenis-jenisnya, serta strategi yang dapat diterapkan untuk melindungi akun dan sistem dari ancaman ini.

Brute Force Attack: Metode Peretasan dengan Menebak Password

Brute Force Attack adalah metode peretasan yang dilakukan dengan mencoba berbagai kombinasi username dan password hingga menemukan yang benar. Serangan ini memanfaatkan kekuatan komputasi untuk secara otomatis menjalankan ribuan hingga jutaan percobaan login dalam waktu singkat. Tidak seperti metode serangan lain yang bergantung pada eksploitasi kelemahan perangkat lunak, brute force lebih mengandalkan percobaan berulang tanpa henti. Karena sifatnya yang sederhana tetapi efektif, teknik ini sering digunakan untuk membobol akun online, database perusahaan, hingga sistem keamanan lainnya yang memiliki perlindungan lemah terhadap upaya login berulang.

Serangan brute force bekerja dengan cara menguji kombinasi karakter satu per satu atau menggunakan daftar kata sandi umum yang sering digunakan pengguna. Ada beberapa varian dari metode ini, seperti dictionary attack, yang mencoba password dari daftar kata populer, serta credential stuffing, yang memanfaatkan kredensial bocor dari serangan sebelumnya. Semakin lemah atau umum password yang digunakan, semakin cepat serangan ini berhasil. Peretas juga dapat menggunakan bot dan perangkat lunak khusus yang mampu mencoba jutaan kombinasi dalam hitungan menit, terutama jika sistem target tidak memiliki mekanisme perlindungan seperti pembatasan jumlah percobaan login.

Beberapa kasus serangan brute force yang pernah terjadi melibatkan platform besar seperti Facebook, Instagram, dan layanan email yang menjadi target utama peretas. Salah satu contoh nyata adalah serangan terhadap WordPress, di mana ribuan situs berbasis WordPress menjadi korban karena banyak administrator yang masih menggunakan username dan password default. Selain itu, serangan terhadap akun email Yahoo juga menunjukkan bagaimana brute force digunakan untuk mengakses informasi sensitif dalam skala besar. Dengan semakin meningkatnya ancaman siber, penting bagi pengguna dan perusahaan untuk memahami risiko ini serta mengambil langkah pencegahan agar tidak menjadi korban.

Baca juga: 10.000 Malware dalam Sekejap: Bagaimana AI Mempercepat Serangan Siber?

Jenis-Jenis Brute Force Attack yang Perlu Diwaspadai

Serangan Brute Force Attack tidak hanya dilakukan dengan satu metode, tetapi memiliki beberapa varian yang disesuaikan dengan target dan tingkat keamanan sistem yang diserang. Berikut adalah beberapa jenis brute force attack yang umum digunakan oleh peretas untuk membobol akun dan sistem keamanan.

Simple Brute Force Attack

Ini adalah metode brute force paling dasar di mana peretas mencoba setiap kemungkinan kombinasi password secara berurutan hingga menemukan yang benar. Misalnya, jika target menggunakan password sederhana seperti "1234" atau "password", serangan ini dapat berhasil dalam hitungan detik. Meskipun memakan waktu lebih lama dibandingkan metode lain, serangan ini tetap efektif jika sistem tidak memiliki pembatasan percobaan login atau enkripsi yang kuat.

Dictionary Attack

Berbeda dengan simple brute force, dictionary attack menggunakan daftar kata sandi yang umum digunakan oleh banyak orang. Peretas akan mencoba password dari daftar tersebut, seperti "welcome", "qwerty", atau "admin123", yang sering dipakai oleh pengguna karena mudah diingat. Serangan ini lebih cepat dibandingkan brute force manual karena tidak mencoba semua kombinasi karakter, tetapi hanya kata-kata yang kemungkinan besar digunakan sebagai password.

Credential Stuffing

Teknik ini memanfaatkan kredensial (username dan password) yang telah bocor dari serangan sebelumnya. Peretas akan mencoba kombinasi tersebut pada berbagai platform, mengandalkan kebiasaan buruk pengguna yang sering menggunakan password yang sama di banyak layanan. Misalnya, jika akun email seseorang diretas dalam kebocoran data sebelumnya, peretas dapat mencoba login dengan kredensial yang sama di media sosial, layanan perbankan, atau akun lainnya.

Reverse Brute Force Attack

Pada metode ini, peretas memulai dengan satu password yang sudah diketahui dan mencoba menerapkannya pada berbagai username. Contohnya, jika sebuah kata sandi umum seperti "admin123" diketahui sering digunakan, peretas akan mencocokkannya dengan berbagai kombinasi username, seperti admin, user, atau nama umum lainnya. Serangan ini sering menargetkan sistem yang memiliki akun default atau banyak pengguna dengan pola password yang sama.

Hybrid Brute Force Attack

Ini adalah gabungan dari dictionary attack dan brute force attack. Peretas akan menggunakan daftar password umum tetapi juga memodifikasinya dengan tambahan angka atau simbol, seperti "password1" atau "qwerty!". Serangan ini lebih cerdas dibandingkan dictionary attack biasa karena memperhitungkan kebiasaan pengguna yang sering mengganti password dengan pola tertentu. Dengan bantuan alat otomatisasi, metode ini dapat dengan cepat menemukan password yang sedikit dimodifikasi tetapi masih mudah ditebak.

Memahami berbagai jenis brute force attack memberikan wawasan tentang bagaimana peretas berupaya membobol sistem dengan cara yang berbeda-beda. Dari metode sederhana hingga teknik yang lebih canggih, serangan ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan keamanan digital, baik bagi individu maupun organisasi. Dengan mengetahui bagaimana setiap metode bekerja, kita dapat lebih waspada terhadap risiko yang ada dan memahami betapa berbahayanya penggunaan kredensial yang lemah atau berulang di berbagai platform.

Dampak Brute Force Attack Terhadap Keamanan Data

Brute Force Attack bukan sekadar upaya membobol password—serangan ini dapat menimbulkan berbagai konsekuensi serius yang berdampak luas, baik bagi individu maupun organisasi. Saat peretas berhasil mendapatkan akses ke akun atau sistem melalui metode ini, mereka dapat mengeksploitasi informasi sensitif dengan berbagai cara yang merugikan. Berikut adalah beberapa dampak utama yang dapat terjadi akibat brute force attack terhadap keamanan data.

Pencurian Data Pribadi dan Kredensial Login

Salah satu dampak utama dari brute force attack adalah pencurian data pribadi dan kredensial akun. Saat peretas berhasil mendapatkan akses ke akun seseorang, mereka dapat memperoleh informasi sensitif seperti nama, alamat, nomor telepon, hingga dokumen penting yang tersimpan dalam akun tersebut. Data ini kemudian bisa dijual di dark web atau digunakan untuk menargetkan korban dengan serangan lebih lanjut, seperti phishing atau social engineering.

Penyalahgunaan Akun untuk Aktivitas Ilegal

Setelah berhasil masuk ke suatu akun, peretas sering kali menggunakannya untuk aktivitas ilegal. Misalnya, akun email atau media sosial yang diretas dapat digunakan untuk menyebarkan spam, melakukan penipuan, atau bahkan sebagai alat untuk menyerang akun lain. Dalam skala yang lebih besar, akses ke sistem perusahaan bisa dimanfaatkan untuk melakukan sabotase atau pencurian data bisnis yang berharga. 

Risiko Pencurian Identitas dan Keuangan

Salah satu dampak paling merugikan dari serangan ini adalah identity theft atau pencurian identitas. Jika akun yang diretas terkait dengan layanan keuangan, seperti perbankan atau dompet digital, peretas bisa melakukan transaksi tanpa sepengetahuan pemilik akun. Selain itu, kredensial yang bocor dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman, melakukan pembelian, atau bahkan meretas akun lain yang terhubung dengan informasi yang sama.

Serangan Lanjutan Seperti Ransomware atau Penyebaran Malware

Brute force attack sering kali menjadi gerbang bagi serangan siber yang lebih besar, seperti ransomware atau malware. Setelah mendapatkan akses ke sistem, peretas dapat menyusupkan perangkat lunak berbahaya yang mengenkripsi data korban dan meminta tebusan untuk mendapatkan akses kembali. Selain itu, akun yang telah diretas juga bisa digunakan untuk menyebarkan malware ke perangkat atau jaringan lain, memperbesar skala kerusakan yang ditimbulkan.

Cara Mencegah Brute Force Attack

Brute Force Attack dapat menargetkan siapa saja, mulai dari individu hingga perusahaan besar. Meskipun serangan ini mengandalkan metode menebak password secara sistematis, ada berbagai cara untuk memperkuat sistem keamanan guna mengurangi risiko keberhasilan peretas. Berikut adalah beberapa langkah penting yang dapat diterapkan untuk mencegah brute force attack dan melindungi akun serta data dari ancaman siber. 

Menggunakan Password yang Kuat dan Unik

Salah satu langkah utama dalam mencegah brute force attack adalah menggunakan password yang kuat dan unik. Password yang baik harus terdiri dari kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol untuk membuatnya sulit ditebak. Hindari penggunaan kata sandi yang umum seperti "123456", "password", atau "qwerty", karena password sederhana ini sering menjadi target utama serangan brute force. Selain itu, disarankan untuk menggunakan password manager agar dapat menyimpan dan mengelola kredensial dengan aman tanpa perlu mengingat banyak password yang kompleks. 

Menerapkan Autentikasi Multi-Faktor (MFA/2FA)

Autentikasi Multi-Faktor (MFA) atau Two-Factor Authentication (2FA) adalah cara efektif untuk menambah lapisan keamanan akun. Dengan menerapkan MFA, login ke sebuah akun tidak hanya mengandalkan password, tetapi juga memerlukan verifikasi tambahan, seperti kode OTP (One-Time Password), aplikasi autentikasi (Google Authenticator, Microsoft Authenticator), atau biometrik (sidik jari atau pengenalan wajah). Meskipun peretas berhasil mendapatkan password, mereka tetap tidak bisa masuk tanpa akses ke faktor kedua ini, sehingga risiko keberhasilan brute force attack berkurang secara signifikan.

Batasi Jumlah Percobaan Login

Mengimplementasikan account lockout policy adalah langkah penting untuk mencegah brute force attack. Sistem dapat dikonfigurasi agar secara otomatis mengunci akun setelah sejumlah percobaan login yang gagal dalam waktu tertentu, sehingga peretas tidak dapat terus mencoba kombinasi password tanpa batas. Selain itu, mengaktifkan notifikasi kepada pengguna jika ada upaya login mencurigakan dari lokasi atau perangkat yang tidak dikenal dapat membantu mendeteksi dan merespons serangan lebih cepat. 

Gunakan CAPTCHA atau Sistem Deteksi Bot

CAPTCHA adalah salah satu cara paling efektif untuk menghalangi serangan otomatis yang dilakukan oleh bot. CAPTCHA bekerja dengan meminta pengguna untuk menyelesaikan tugas tertentu, seperti memilih gambar tertentu atau mengetik ulang teks yang ditampilkan, yang sulit dilakukan oleh bot. Selain itu, teknologi AI dan machine learning kini juga dapat diterapkan untuk mendeteksi aktivitas login yang mencurigakan dan memblokir bot yang mencoba melakukan brute force attack dalam skala besar. 

Enkripsi Data dan Hashing Password

Selain melindungi akun dengan autentikasi yang kuat, penting juga untuk memastikan bahwa password dan data pengguna yang disimpan di sistem telah dienkripsi dan di-hash dengan algoritma yang aman. Algoritma bcrypt, Argon2, atau PBKDF2 adalah beberapa teknik hashing yang direkomendasikan untuk melindungi password agar tidak mudah direkayasa balik jika terjadi kebocoran data. Selain itu, menggunakan SSL/TLS untuk enkripsi koneksi antara pengguna dan server akan membantu mencegah peretas mencuri data saat proses login berlangsung. 

Monitoring dan Logging Aktivitas Mencurigakan

Menggunakan SIEM (Security Information and Event Management) dapat membantu organisasi dalam mendeteksi upaya login yang tidak biasa dan mengambil tindakan pencegahan secara proaktif. Sistem ini memungkinkan pemantauan aktivitas login secara real-time, sehingga jika ada pola yang mencurigakan, seperti login dari berbagai lokasi dalam waktu singkat atau percobaan login yang berulang, sistem dapat segera memberikan peringatan atau memblokir akses. Dengan penerapan monitoring yang baik, serangan brute force dapat diidentifikasi lebih awal sebelum menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Dengan mengimplementasikan langkah-langkah di atas, individu dan perusahaan dapat memperkuat keamanan akun serta sistem mereka dari ancaman brute force attack. Meskipun tidak ada sistem yang 100% kebal terhadap serangan, kombinasi metode perlindungan yang tepat dapat secara signifikan mengurangi risiko dan memastikan data tetap aman.

Baca juga: Apa Itu Broken Access Control dan Mengapa Berbahaya?

Kesimpulan

Brute Force Attack adalah ancaman serius yang dapat mengakibatkan pencurian data, penyalahgunaan akun, hingga serangan siber yang lebih besar. Oleh karena itu, mencegah serangan ini menjadi hal yang sangat penting, baik bagi individu maupun organisasi. Menggunakan password yang kuat, menerapkan autentikasi multi-faktor, membatasi percobaan login, serta mengadopsi sistem keamanan berbasis enkripsi adalah beberapa langkah utama yang dapat meningkatkan perlindungan terhadap serangan ini. Keamanan siber bukan hanya tanggung jawab tim IT, tetapi merupakan kebiasaan yang harus diterapkan oleh setiap pengguna dalam kehidupan digital sehari-hari. Dengan selalu mengedepankan praktik keamanan yang baik, kita dapat meminimalkan risiko serangan dan menjaga data tetap aman dari tangan yang tidak bertanggung jawab.