DNS (Domain Name System) sering dianggap sebagai tulang punggung internet modern — namun di tangan yang salah, ia bisa berubah menjadi senjata siber yang mematikan. Salah satu bukti paling nyata datang dari Vane Viper, jaringan malware global yang beroperasi di balik topeng industri periklanan digital (adtech). Di balik citra “perusahaan iklan digital,” Vane Viper mengendalikan ekosistem kompleks yang menggabungkan ad fraud, malvertising, dan distribusi malware dengan cara yang nyaris tak terlihat. Artikel ini akan mengupas tuntas siapa mereka, bagaimana mereka beroperasi, dan mengapa DNS menjadi elemen penting dalam strategi mereka.
Vane Viper, juga dikenal dengan nama Omnatuor, pertama kali diungkap oleh Infoblox pada tahun 2022 sebagai jaringan malvertising berskala global. Namun, jejak operasinya telah berlangsung jauh lebih lama — setidaknya selama satu dekade. Jaringan ini bukan kelompok peretas konvensional yang melakukan serangan langsung, melainkan entitas yang menyamarkan aktivitas jahatnya di balik sistem periklanan digital.
Alih-alih menyerang melalui eksploitasi teknis, Vane Viper beroperasi menggunakan struktur bisnis yang tampak sah. Mereka membangun puluhan perusahaan cangkang (shell companies) dan mengelola anak perusahaan seperti Monetag dan PropellerAds, yang bernaung di bawah AdTech Holding berbasis di Siprus. Dengan kedok “membantu pengiklan menjangkau audiens global,” jaringan ini justru memfasilitasi penyebaran malware, penipuan iklan, serta pengalihan pengguna ke situs berbahaya dan unduhan mencurigakan.
Lebih jauh lagi, Vane Viper menciptakan lapisan kepemilikan yang sengaja dibuat rumit dan buram, sehingga hampir mustahil melacak siapa dalang utamanya. Dalam laporan Infoblox, mereka digambarkan bukan hanya sebagai aktor ancaman di balik platform iklan, tetapi sebagai platform iklan itu sendiri — menjadikan bisnis iklan digital sebagai kedok sempurna untuk operasi malware berskala global.
Baca juga: Zero Click Exploit Ancaman Baru di Balik ChatGPT dan Gmail
Untuk memahami cara kerja Vane Viper, kita perlu melihat bagaimana kelompok ini memanfaatkan DNS sebagai infrastruktur utama dalam menyebarkan ancamannya. Setiap kali pengguna mengklik iklan atau membuka situs yang telah dikompromikan, browser mereka akan mengirimkan permintaan DNS — dan di sinilah Vane Viper beraksi. Dengan mengontrol ratusan ribu domain serta sistem distribusi lalu lintas (Traffic Distribution System / TDS), mereka mampu mengarahkan pengguna ke berbagai bentuk ancaman siber tanpa disadari. Beberapa taktik utama yang digunakan Vane Viper antara lain:
Lebih mengkhawatirkan lagi, Vane Viper memanfaatkan service worker di browser untuk menjaga koneksi tetap aktif bahkan setelah pengguna menutup situs tersebut. Dengan teknik ini, mereka dapat terus menayangkan pesan atau iklan berbahaya tanpa interaksi lanjutan. Strategi ini menjadikan Vane Viper bukan hanya ancaman sementara, tetapi infrastruktur malware global yang selalu hidup di balik lalu lintas internet harian.
Salah satu kekuatan utama Vane Viper adalah kemampuannya untuk beradaptasi dan bersembunyi di dunia maya tanpa mudah terdeteksi. Mereka tidak hanya melakukan serangan, tetapi membangun sistem yang kompleks dan terus berubah — memanfaatkan celah di teknologi, hukum, dan perilaku manusia untuk mempertahankan keberadaannya.
Gabungan dari keempat strategi ini membuat Vane Viper sangat sulit diberantas dengan pendekatan keamanan konvensional. Mereka bukan hanya sekumpulan peretas, melainkan sebuah ekosistem bisnis bayangan yang menggunakan wajah legal industri digital untuk menjalankan kejahatan siber secara sistematis dan berkelanjutan.
Laporan Infoblox mengungkap bahwa di balik operasi Vane Viper terdapat jaringan bisnis yang sangat kompleks dan saling terhubung lintas negara. Struktur ini sengaja dibangun untuk memberikan kesan legal di permukaan, sekaligus menyamarkan aktivitas berbahaya yang berjalan di belakangnya. Melalui model kepemilikan berlapis, Vane Viper berhasil menciptakan ekosistem yang tampak seperti perusahaan periklanan global, padahal sebenarnya digunakan untuk menyebarkan malware, melakukan ad fraud, dan menyamarkan aliran trafik berbahaya. Beberapa elemen utama dari struktur bisnis mereka antara lain:
Struktur berlapis seperti ini membuat Vane Viper tampak seperti entitas bisnis yang sah, padahal sesungguhnya mereka mengoperasikan salah satu jaringan malware dan penipuan iklan terbesar di dunia. Dengan memanfaatkan celah dalam regulasi dan transparansi digital global, mereka berhasil bersembunyi di ruang abu-abu antara dunia legal dan kejahatan siber.
Aktivitas Vane Viper memberikan dampak yang luar biasa luas — tidak hanya pada individu pengguna internet, tetapi juga terhadap infrastruktur digital dan kepercayaan publik secara global. Operasi mereka menunjukkan bagaimana satu jaringan malware dapat mengganggu stabilitas ekosistem siber modern, mulai dari privasi pengguna hingga reputasi merek dan beban operasional penyedia layanan. Beberapa dampak paling signifikan antara lain:
Dalam satu tahun terakhir saja, lebih dari setengah jaringan pelanggan Infoblox mencatat aktivitas DNS yang dikaitkan dengan Vane Viper — angka yang menegaskan betapa dalam penetrasi jaringan ini terhadap infrastruktur internet global. Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa keamanan DNS dan sistem iklan digital kini menjadi frontline baru dalam pertarungan melawan kejahatan siber global.
Berbagai lembaga keamanan siber kini bekerja sama untuk mengungkap dan membatasi aktivitas jaringan Vane Viper yang semakin canggih dan tersebar luas. Kolaborasi lintas organisasi seperti Infoblox, Guardio, dan Confiant menjadi langkah penting dalam membangun sistem berbagi intelijen (intelligence-sharing framework) yang memungkinkan pemetaan domain berbahaya dan infrastruktur yang digunakan kelompok ini. Pendekatan kolektif ini membantu mempercepat proses deteksi serta mengidentifikasi pola serangan sebelum mencapai skala global.
Dari sisi teknis, banyak penyedia layanan DNS kini mulai menerapkan analisis berbasis pola DNS (DNS pattern recognition), yaitu metode untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan dari lalu lintas jaringan secara lebih dini. Selain itu, strategi sinkhole DNS juga mulai digunakan untuk mengalihkan domain berbahaya ke alamat aman, sehingga pengguna tidak akan terhubung dengan situs yang mengandung malware. Langkah ini membantu memutus rantai distribusi serangan tanpa mengganggu aktivitas internet yang sah.
Sementara itu, komunitas keamanan global terus menekan industri periklanan digital (adtech) agar lebih transparan. Setiap jaringan iklan kini didorong untuk menerapkan domain verification dan publisher authentication guna mencegah pelaku kejahatan menyusup melalui jalur distribusi iklan legal. Meski berbagai langkah ini telah menunjukkan kemajuan, para pakar mengingatkan bahwa Vane Viper memiliki model operasi yang sangat adaptif — sehingga besar kemungkinan bentuk baru dari jaringan serupa akan terus bermunculan. Oleh karena itu, kolaborasi lintas industri dan respons cepat berbasis data tetap menjadi kunci dalam menjaga keamanan digital global.
Baca juga: Evolusi Cybercrime di Era GenAI dan Dampaknya pada Keamanan Data
Kasus Vane Viper menunjukkan bagaimana batas antara teknologi iklan digital dan kejahatan siber kini semakin kabur. Dengan memanfaatkan DNS dan infrastruktur adtech, mereka berhasil menciptakan jaringan malware global yang tersembunyi di balik ekosistem online yang tampak sah. Bagi perusahaan dan pengguna, pelajarannya jelas: tidak semua iklan digital aman, dan tidak semua trafik internet berasal dari sumber terpercaya. Penguatan pengawasan DNS, kolaborasi lintas penyedia layanan, serta peningkatan kesadaran keamanan menjadi langkah penting untuk memutus rantai ancaman seperti ini. Di era digital yang terus berkembang, Vane Viper menjadi pengingat bahwa bahaya siber tidak selalu datang dari peretas anonim — terkadang ia bersembunyi di balik wajah bisnis yang tampak legal.