Human Risk Management Institute

Fakta Vane Viper: Jaringan Malware Global yang Didukung oleh DNS

Written by Nur Rachmi Latifa | 30 Okt 2025

DNS (Domain Name System) sering dianggap sebagai tulang punggung internet modern — namun di tangan yang salah, ia bisa berubah menjadi senjata siber yang mematikan. Salah satu bukti paling nyata datang dari Vane Viper, jaringan malware global yang beroperasi di balik topeng industri periklanan digital (adtech). Di balik citra “perusahaan iklan digital,” Vane Viper mengendalikan ekosistem kompleks yang menggabungkan ad fraud, malvertising, dan distribusi malware dengan cara yang nyaris tak terlihat. Artikel ini akan mengupas tuntas siapa mereka, bagaimana mereka beroperasi, dan mengapa DNS menjadi elemen penting dalam strategi mereka.

Siapa Sebenarnya Vane Viper?

Vane Viper, juga dikenal dengan nama Omnatuor, pertama kali diungkap oleh Infoblox pada tahun 2022 sebagai jaringan malvertising berskala global. Namun, jejak operasinya telah berlangsung jauh lebih lama — setidaknya selama satu dekade. Jaringan ini bukan kelompok peretas konvensional yang melakukan serangan langsung, melainkan entitas yang menyamarkan aktivitas jahatnya di balik sistem periklanan digital.

Alih-alih menyerang melalui eksploitasi teknis, Vane Viper beroperasi menggunakan struktur bisnis yang tampak sah. Mereka membangun puluhan perusahaan cangkang (shell companies) dan mengelola anak perusahaan seperti Monetag dan PropellerAds, yang bernaung di bawah AdTech Holding berbasis di Siprus. Dengan kedok “membantu pengiklan menjangkau audiens global,” jaringan ini justru memfasilitasi penyebaran malware, penipuan iklan, serta pengalihan pengguna ke situs berbahaya dan unduhan mencurigakan.

Lebih jauh lagi, Vane Viper menciptakan lapisan kepemilikan yang sengaja dibuat rumit dan buram, sehingga hampir mustahil melacak siapa dalang utamanya. Dalam laporan Infoblox, mereka digambarkan bukan hanya sebagai aktor ancaman di balik platform iklan, tetapi sebagai platform iklan itu sendiri — menjadikan bisnis iklan digital sebagai kedok sempurna untuk operasi malware berskala global.

Baca juga: Zero Click Exploit Ancaman Baru di Balik ChatGPT dan Gmail

Cara Kerja Jaringan Malware Global Vane Viper

Untuk memahami cara kerja Vane Viper, kita perlu melihat bagaimana kelompok ini memanfaatkan DNS sebagai infrastruktur utama dalam menyebarkan ancamannya. Setiap kali pengguna mengklik iklan atau membuka situs yang telah dikompromikan, browser mereka akan mengirimkan permintaan DNS — dan di sinilah Vane Viper beraksi. Dengan mengontrol ratusan ribu domain serta sistem distribusi lalu lintas (Traffic Distribution System / TDS), mereka mampu mengarahkan pengguna ke berbagai bentuk ancaman siber tanpa disadari. Beberapa taktik utama yang digunakan Vane Viper antara lain:

  • Situs WordPress yang diretas, digunakan untuk menampung malware droppers dan menyebarkan file berbahaya.
  • Iklan berbahaya yang disisipkan ke dalam situs sah melalui jaringan periklanan digital, membuatnya tampak seperti konten normal.
  • Push notification palsu yang meminta izin menampilkan notifikasi, lalu digunakan untuk mengirim iklan dan tautan berbahaya bahkan setelah halaman ditutup.
  • Aplikasi Android palsu seperti Triada, yang diam-diam mencuri data dan kredensial perangkat pengguna.

Lebih mengkhawatirkan lagi, Vane Viper memanfaatkan service worker di browser untuk menjaga koneksi tetap aktif bahkan setelah pengguna menutup situs tersebut. Dengan teknik ini, mereka dapat terus menayangkan pesan atau iklan berbahaya tanpa interaksi lanjutan. Strategi ini menjadikan Vane Viper bukan hanya ancaman sementara, tetapi infrastruktur malware global yang selalu hidup di balik lalu lintas internet harian.

Teknik Manipulasi dan Evasion

Salah satu kekuatan utama Vane Viper adalah kemampuannya untuk beradaptasi dan bersembunyi di dunia maya tanpa mudah terdeteksi. Mereka tidak hanya melakukan serangan, tetapi membangun sistem yang kompleks dan terus berubah — memanfaatkan celah di teknologi, hukum, dan perilaku manusia untuk mempertahankan keberadaannya.

  • Rotasi Domain Cepat
    Vane Viper menggunakan ribuan domain yang hanya aktif dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 30 hari. Setelah satu domain diblokir, mereka segera beralih ke domain baru. Teknik ini membuat mereka sulit dilacak dan mencegah sistem keamanan memblokir seluruh jaringan mereka secara permanen.
  • Eksploitasi DNS dan Jaringan Iklan (AdTech)
    Mereka memanfaatkan sistem periklanan digital dan broker lalu lintas (traffic brokers) untuk menyebarkan malware melalui jalur yang tampak legal. Karena serangan ini berjalan di dalam ekosistem iklan yang sah, aktivitas berbahaya sering kali terlihat seperti kampanye iklan biasa dan lolos dari sistem deteksi tradisional.
  • Skala Masif dan Cepat Beradaptasi
    Hanya dalam waktu satu tahun, jumlah domain yang mereka daftarkan melonjak drastis — dari sekitar 500 pada awal 2023 menjadi lebih dari 3.500 pada Oktober 2024. Skala ini menunjukkan bahwa operasi mereka berjalan layaknya bisnis besar yang mampu menyesuaikan diri dengan cepat terhadap langkah pertahanan keamanan siber.
  • Teknik “Plausible Deniability” (Dalih yang Masuk Akal)
    Untuk melindungi diri dari tanggung jawab hukum, Vane Viper bersembunyi di balik identitas sebagai “penyedia jaringan iklan.” Secara teknis, mereka mengklaim hanya menyediakan layanan distribusi iklan, padahal sebenarnya platform itu digunakan untuk menyebarkan malware dan penipuan digital secara global.

Gabungan dari keempat strategi ini membuat Vane Viper sangat sulit diberantas dengan pendekatan keamanan konvensional. Mereka bukan hanya sekumpulan peretas, melainkan sebuah ekosistem bisnis bayangan yang menggunakan wajah legal industri digital untuk menjalankan kejahatan siber secara sistematis dan berkelanjutan.

Struktur Bisnis dan Keterkaitan

Laporan Infoblox mengungkap bahwa di balik operasi Vane Viper terdapat jaringan bisnis yang sangat kompleks dan saling terhubung lintas negara. Struktur ini sengaja dibangun untuk memberikan kesan legal di permukaan, sekaligus menyamarkan aktivitas berbahaya yang berjalan di belakangnya. Melalui model kepemilikan berlapis, Vane Viper berhasil menciptakan ekosistem yang tampak seperti perusahaan periklanan global, padahal sebenarnya digunakan untuk menyebarkan malware, melakukan ad fraud, dan menyamarkan aliran trafik berbahaya. Beberapa elemen utama dari struktur bisnis mereka antara lain:

  • Monetag dan PropellerAds
    Monetag merupakan anak perusahaan aktif di jaringan periklanan digital yang terhubung langsung dengan PropellerAds, keduanya berada di bawah naungan AdTech Holding, sebuah grup perusahaan berbasis di Siprus.
  • AdTech Holding dan Anak Usahanya
    AdTech Holding memiliki sejumlah anak usaha lain seperti ProPushMe, Zeydoo, Notix, dan Adex, yang semuanya menjadi bagian dari ekosistem distribusi trafik iklan digital. Melalui jaringan ini, Vane Viper dapat menyebarkan malware dan mengarahkan trafik secara global dengan kedok kampanye iklan.
  • Keterkaitan dengan Infrastruktur DNS dan Perusahaan Lain
    Infrastruktur DNS serta domain milik Vane Viper banyak terhubung dengan URL Solutions, Webzilla, dan XBT Holdings, yang disebut memiliki kaitan dengan operasi disinformasi Rusia bernama Doppelgänger.
  • Skala Infrastruktur yang Masif
    Analisis terhadap domain menunjukkan bahwa lebih dari 60.000 domain merupakan bagian dari jaringan Vane Viper, dan hampir 50% dari domain yang diregistrasi massal oleh URL Solutions sejak 2023 dikaitkan dengan kelompok ini. Beberapa domain kunci seperti omnatuor[.]com dan propeller-tracking[.]com bahkan telah aktif selama lebih dari 1.200 hari, menjadi tulang punggung utama jaringan mereka.

Struktur berlapis seperti ini membuat Vane Viper tampak seperti entitas bisnis yang sah, padahal sesungguhnya mereka mengoperasikan salah satu jaringan malware dan penipuan iklan terbesar di dunia. Dengan memanfaatkan celah dalam regulasi dan transparansi digital global, mereka berhasil bersembunyi di ruang abu-abu antara dunia legal dan kejahatan siber.

Dampak terhadap Ekosistem Keamanan Siber

Aktivitas Vane Viper memberikan dampak yang luar biasa luas — tidak hanya pada individu pengguna internet, tetapi juga terhadap infrastruktur digital dan kepercayaan publik secara global. Operasi mereka menunjukkan bagaimana satu jaringan malware dapat mengganggu stabilitas ekosistem siber modern, mulai dari privasi pengguna hingga reputasi merek dan beban operasional penyedia layanan. Beberapa dampak paling signifikan antara lain:

  • Eksposur Data dan Privasi
    Pengguna yang terjebak dalam iklan berbahaya diarahkan ke situs palsu, survei scam, atau aplikasi berbahaya yang mencuri data pribadi, seperti kredensial login, informasi finansial, dan data perangkat. Serangan ini sering kali terjadi tanpa disadari, meninggalkan korban dalam posisi rentan terhadap pencurian identitas dan penipuan daring.
  • Kerugian Ekonomi dan Kredibilitas
    Banyak perusahaan menjadi korban secara tidak langsung ketika iklan mereka muncul di jaringan milik Vane Viper. Reputasi merek hancur karena asosiasi dengan situs berbahaya, sementara kerugian finansial timbul akibat penurunan kepercayaan konsumen dan potensi tuntutan hukum. Fenomena ini dikenal sebagai brand abuse, dan dampaknya dapat berlangsung lama meskipun kampanye jahat sudah dihentikan.
  • Beban Operasional ISP dan DNS Provider
    Penyedia layanan internet (ISP) dan DNS provider menjadi pihak yang menanggung beban besar. Mereka harus memproses dan menyaring miliaran permintaan DNS berbahaya yang berasal dari infrastruktur Vane Viper, menyebabkan peningkatan signifikan dalam biaya pemantauan, bandwidth, dan infrastruktur keamanan.

Dalam satu tahun terakhir saja, lebih dari setengah jaringan pelanggan Infoblox mencatat aktivitas DNS yang dikaitkan dengan Vane Viper — angka yang menegaskan betapa dalam penetrasi jaringan ini terhadap infrastruktur internet global. Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa keamanan DNS dan sistem iklan digital kini menjadi frontline baru dalam pertarungan melawan kejahatan siber global.

Upaya Penanggulangan dan Respons

Berbagai lembaga keamanan siber kini bekerja sama untuk mengungkap dan membatasi aktivitas jaringan Vane Viper yang semakin canggih dan tersebar luas. Kolaborasi lintas organisasi seperti Infoblox, Guardio, dan Confiant menjadi langkah penting dalam membangun sistem berbagi intelijen (intelligence-sharing framework) yang memungkinkan pemetaan domain berbahaya dan infrastruktur yang digunakan kelompok ini. Pendekatan kolektif ini membantu mempercepat proses deteksi serta mengidentifikasi pola serangan sebelum mencapai skala global.

Dari sisi teknis, banyak penyedia layanan DNS kini mulai menerapkan analisis berbasis pola DNS (DNS pattern recognition), yaitu metode untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan dari lalu lintas jaringan secara lebih dini. Selain itu, strategi sinkhole DNS juga mulai digunakan untuk mengalihkan domain berbahaya ke alamat aman, sehingga pengguna tidak akan terhubung dengan situs yang mengandung malware. Langkah ini membantu memutus rantai distribusi serangan tanpa mengganggu aktivitas internet yang sah.

Sementara itu, komunitas keamanan global terus menekan industri periklanan digital (adtech) agar lebih transparan. Setiap jaringan iklan kini didorong untuk menerapkan domain verification dan publisher authentication guna mencegah pelaku kejahatan menyusup melalui jalur distribusi iklan legal. Meski berbagai langkah ini telah menunjukkan kemajuan, para pakar mengingatkan bahwa Vane Viper memiliki model operasi yang sangat adaptif — sehingga besar kemungkinan bentuk baru dari jaringan serupa akan terus bermunculan. Oleh karena itu, kolaborasi lintas industri dan respons cepat berbasis data tetap menjadi kunci dalam menjaga keamanan digital global.

Baca juga: Evolusi Cybercrime di Era GenAI dan Dampaknya pada Keamanan Data

Kesimpulan

Kasus Vane Viper menunjukkan bagaimana batas antara teknologi iklan digital dan kejahatan siber kini semakin kabur. Dengan memanfaatkan DNS dan infrastruktur adtech, mereka berhasil menciptakan jaringan malware global yang tersembunyi di balik ekosistem online yang tampak sah. Bagi perusahaan dan pengguna, pelajarannya jelas: tidak semua iklan digital aman, dan tidak semua trafik internet berasal dari sumber terpercaya. Penguatan pengawasan DNS, kolaborasi lintas penyedia layanan, serta peningkatan kesadaran keamanan menjadi langkah penting untuk memutus rantai ancaman seperti ini. Di era digital yang terus berkembang, Vane Viper menjadi pengingat bahwa bahaya siber tidak selalu datang dari peretas anonim — terkadang ia bersembunyi di balik wajah bisnis yang tampak legal.