Human Risk Management Institute

Human Error Masih Jadi Risiko Besar? Ini Solusi Efektifnya

Written by Nur Rachmi Latifa | 08 Mei 2025

Human error masih menjadi penyebab utama berbagai insiden di dunia kerja—mulai dari kebocoran data, serangan siber, hingga kesalahan operasional yang merugikan bisnis secara finansial maupun reputasi. Data terbaru menunjukkan bahwa risiko ini belum mereda. Menurut laporan State of Human Risk Report dari Mimecast, 95% pelanggaran data pada tahun 2024 melibatkan kesalahan manusia, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Bentuknya bisa berupa kelalaian karyawan, penyalahgunaan kredensial, hingga pengiriman data ke pihak yang salah. Meski teknologi pertahanan siber terus berkembang, risiko akibat kelalaian manusia tetap sulit dihindari. Di Indonesia sendiri, banyak insiden pelanggaran data berawal dari tindakan tidak sadar pengguna—seperti mengklik tautan phishing atau salah mengatur izin akses. Fakta ini menunjukkan bahwa human error bukan sekadar masalah individu, melainkan tantangan organisasi yang membutuhkan solusi sistemik.

Human Error: Ancaman Nyata bagi Organisasi Modern

Human error merujuk pada kesalahan yang dilakukan individu secara tidak disengaja, biasanya disebabkan oleh kelalaian, kurangnya pemahaman, atau miskomunikasi. Dalam lingkungan kerja modern, human error telah menjadi salah satu faktor risiko terbesar yang berdampak langsung terhadap keamanan informasi, kelancaran operasional, hingga reputasi perusahaan. Kesalahan ini tidak terbatas pada level tertentu; baik staf maupun manajemen berpotensi melakukannya karena sifat alami manusia yang tidak luput dari kekeliruan.

Contoh human error di tempat kerja dapat berupa tindakan seperti mengklik tautan phishing, salah memasukkan data ke dalam sistem, atau lupa keluar dari akun pada perangkat bersama. Meskipun terlihat sederhana, kesalahan semacam ini dapat memicu konsekuensi serius seperti kebocoran data, gangguan layanan, atau pelanggaran regulasi yang berdampak hukum. Di era digital saat ini, celah sekecil apa pun akibat kelalaian manusia dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber.

Perlu dipahami perbedaan antara kesalahan teknis dan kesalahan manusia. Kesalahan teknis umumnya bersumber dari malfungsi sistem atau perangkat lunak, sementara human error terjadi ketika pengguna tidak mengikuti prosedur dengan benar, kurang mendapat pelatihan, atau tidak menyadari risiko yang ada. Oleh karena itu, upaya mitigasi risiko dalam organisasi tidak cukup hanya bergantung pada teknologi, melainkan harus diimbangi dengan pendekatan strategis untuk membangun kesadaran dan kompetensi karyawan dalam menghadapi risiko operasional dan keamanan.

Baca juga: Strategi Membangun Budaya Keamanan Siber yang Berkelanjutan

Dampak Human Error bagi Bisnis

Dampak human error terhadap bisnis bisa sangat merugikan, terutama dalam hal keamanan informasi. Kesalahan manusia seperti mengklik tautan phishing, menggunakan password yang lemah, atau salah mengirimkan data sensitif dapat membuka celah bagi serangan siber seperti ransomware dan kebocoran data (data breach). Ketika insiden seperti ini terjadi, perusahaan bukan hanya menghadapi gangguan operasional, tetapi juga ancaman kehilangan data penting, tuntutan hukum, dan biaya pemulihan yang tidak sedikit. Dalam banyak kasus, serangan siber yang berawal dari human error berujung pada kerugian finansial yang signifikan.

Selain itu, human error juga berdampak pada reputasi perusahaan dan kepercayaan pelanggan. Masyarakat kini semakin peduli terhadap perlindungan data pribadi, dan satu insiden saja bisa menurunkan kepercayaan publik secara drastis. Tak kalah penting, kesalahan manusia yang memicu insiden juga bisa menempatkan perusahaan dalam posisi yang melanggar standar kepatuhan seperti ISO 27001 atau regulasi nasional seperti UU Pelindungan Data Pribadi (UU PDP). Dengan kata lain, risiko akibat human error tidak hanya merugikan secara internal, tapi juga bisa memperbesar potensi sanksi hukum dan kehilangan peluang bisnis di masa depan.

Mengapa Human Error Sulit Dihilangkan Sepenuhnya?

Human error masih sering terjadi meskipun sistem dan teknologi terus berkembang. Hal ini disebabkan karena manusia tetap memegang peran penting dalam berbagai proses kerja, dan sifat dasar manusia yang bisa lelah, lupa, atau salah paham membuat kesalahan sulit dihindari. Berikut adalah beragam faktor yang menjadi penyebab human error yang terus berulang dalam operasional sehari-hari:

Faktor Psikologis dan Kognitif Manusia

Salah satu penyebab human error yang paling mendasar adalah keterbatasan psikologis dan kognitif manusia, seperti lupa, kelelahan mental, atau kurang fokus. Manusia tidak bekerja seperti mesin; emosi, stres, dan gangguan konsentrasi sangat memengaruhi cara kita membuat keputusan dan memproses informasi. Dalam tekanan atau situasi tidak ideal, otak manusia bisa saja melewatkan detail penting atau mengambil keputusan yang keliru, meskipun sebelumnya telah terlatih dengan baik.

Kurangnya Pelatihan Berkelanjutan

Banyak karyawan hanya mendapatkan pelatihan keamanan atau prosedur kerja satu kali saat onboarding, tanpa pembaruan atau penguatan secara berkala. Padahal, ancaman dan kebijakan terus berkembang. Tanpa pelatihan berkelanjutan, pengetahuan dan kewaspadaan karyawan akan menurun, meningkatkan risiko kesalahan dalam menjalankan tugasnya. Ini adalah salah satu penyebab human error yang sering diabaikan dalam manajemen risiko.

Beban Kerja Tinggi dan Multitasking

Dalam situasi kerja yang menuntut kecepatan dan produktivitas tinggi, karyawan sering kali dipaksa melakukan banyak hal sekaligus. Multitasking secara berlebihan dapat menyebabkan kelelahan mental dan menurunkan akurasi dalam menyelesaikan tugas. Saat seseorang terburu-buru atau kewalahan, kemungkinan melakukan kesalahan—seperti mengirim email ke penerima yang salah atau melewatkan langkah keamanan penting—menjadi jauh lebih tinggi.

Sistem yang Tidak User-Friendly

Jika sistem atau perangkat lunak yang digunakan sulit dipahami, terlalu kompleks, atau tidak dirancang dengan mempertimbangkan pengalaman pengguna, maka potensi terjadinya human error akan meningkat. Sistem yang membingungkan dapat menyebabkan kesalahan input, salah interpretasi informasi, atau kegagalan menjalankan prosedur dengan benar. Dalam banyak kasus, human error terjadi bukan karena karyawan tidak kompeten, tetapi karena sistem yang digunakan menyulitkan mereka untuk bekerja dengan aman dan efisien.

Solusi Efektif Mengurangi Human Error di Perusahaan

Untuk meminimalkan risiko kesalahan manusia dalam operasional bisnis, perusahaan perlu mengadopsi pendekatan yang terstruktur dan berkelanjutan. Solusi tidak cukup hanya mengandalkan teknologi, tetapi juga harus menyasar faktor perilaku, budaya kerja, dan proses komunikasi internal. Berikut ini adalah langkah-langkah strategis yang dapat diterapkan untuk mengurangi human error secara signifikan di lingkungan organisasi.

Security Awareness Training secara Berkala

Pelatihan kesadaran keamanan informasi yang dilakukan secara rutin dapat membantu meningkatkan pemahaman karyawan terhadap potensi risiko yang mereka hadapi setiap hari. Training ini harus mencakup topik-topik yang relevan, mudah dipahami, dan disesuaikan dengan peran masing-masing karyawan. Ketika pelatihan hanya dilakukan sekali saat onboarding, pemahaman akan cepat pudar. Sebaliknya, pelatihan berkala mendorong konsistensi perilaku aman dan menciptakan budaya kewaspadaan yang lebih kuat di dalam organisasi.

Simulasi Phishing dan Evaluasi Kesiapan Karyawan

Melakukan simulasi phishing secara berkala memberikan gambaran nyata mengenai seberapa siap karyawan dalam menghadapi ancaman dunia maya. Melalui simulasi ini, perusahaan dapat mengidentifikasi siapa saja yang masih rentan, memahami pola kesalahan yang sering terjadi, dan memberikan pembinaan yang tepat sasaran. Simulasi bukan untuk menghukum, melainkan menjadi alat edukatif dan evaluatif untuk meningkatkan kesadaran serta membentuk refleks digital yang lebih aman.

Automasi dan Pengingat Sistem untuk Mengurangi Beban Manusia

Ketika karyawan dibebani terlalu banyak tugas atau informasi, risiko human error meningkat. Salah satu cara efektif mengatasinya adalah dengan menerapkan automasi untuk tugas-tugas berulang dan menyediakan sistem pengingat, seperti notifikasi logout otomatis atau peringatan sebelum mengirim data sensitif. Dengan begitu, sistem dapat membantu manusia mengambil keputusan lebih hati-hati dan mengurangi ketergantungan pada ingatan atau kewaspadaan semata.

Monitoring Risiko Berbasis Perilaku Karyawan

Pemantauan yang berbasis pada pola perilaku karyawan memungkinkan perusahaan mendeteksi potensi risiko sebelum menjadi insiden nyata. Sistem ini menganalisis aktivitas pengguna, seperti pola akses yang tidak biasa atau kebiasaan membuka file mencurigakan, untuk mengidentifikasi siapa saja yang berisiko tinggi. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat mengambil tindakan preventif secara personal, bukan sekadar reaktif setelah kesalahan terjadi.

Pengelolaan Kebijakan Internal dan Komunikasi Efektif

Kebijakan keamanan dan prosedur operasional harus disusun secara jelas, mudah diakses, dan dikomunikasikan dengan efektif ke seluruh lapisan organisasi. Tidak jarang, kesalahan terjadi karena karyawan tidak tahu aturan terbaru atau tidak memahami konsekuensi dari pelanggaran prosedur. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa kebijakan internal dikomunikasikan secara rutin melalui berbagai kanal, dan tersedia dalam format yang mudah dipahami serta relevan dengan konteks pekerjaan sehari-hari.

Budaya Kerja yang Tidak Menyalahkan, Tapi Mendukung Perbaikan

Membangun budaya kerja yang terbuka dan tidak menyalahkan individu ketika terjadi kesalahan merupakan fondasi penting dalam mengurangi human error. Jika karyawan merasa takut dilabeli ceroboh atau tidak kompeten, mereka cenderung menutupi kesalahan, yang justru bisa memperparah dampaknya. Budaya yang sehat mendorong pelaporan insiden secara jujur dan cepat, serta mengedepankan perbaikan sistem dan proses, bukan mencari kambing hitam. Dengan pendekatan ini, organisasi dapat belajar dari kesalahan dan terus memperkuat ketahanan operasionalnya.

Baca juga: Keuntungan Cybersecurity Awareness Training Bagi Karyawan Perusahaan

Kesimpulan

Human error memang tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, tetapi risiko dan dampaknya bisa diminimalkan secara signifikan dengan strategi yang tepat. Perusahaan perlu memulai dengan langkah-langkah dasar seperti melakukan audit internal, memberikan pelatihan yang berkelanjutan, serta memantau perilaku dan kesiapan karyawan terhadap ancaman siber. Untuk memastikan pendekatan ini berjalan efektif dan terukur, perusahaan dapat memanfaatkan solusi berbasis Human Risk Management seperti yang ditawarkan oleh SiberMate—platform yang dirancang khusus untuk meningkatkan kesadaran keamanan, menjalankan simulasi serangan, memonitor risiko karyawan, serta memastikan kepatuhan terhadap kebijakan internal dan regulasi. Dengan pendekatan menyeluruh ini, organisasi dapat membangun budaya kerja yang lebih aman dan tangguh terhadap kesalahan manusia.