Human Risk Management Institute

Insider Threats: Faktor Psikologis dan Tanda Awal yang Perlu Dikenali

Written by Nur Rachmi Latifa | 13 Agu 2025

Di tengah meningkatnya fokus organisasi terhadap perlindungan dari serangan siber eksternal, sering kali terlupakan bahwa ancaman justru bisa datang dari dalam dan dikenal sebagai insider threats. Ancaman ini dapat muncul dari karyawan, kontraktor, atau pihak internal lainnya yang memiliki akses sah ke sistem, namun menyalahgunakannya secara disengaja maupun tidak disengaja. Berbeda dengan peretas luar, insider threats sulit terdeteksi karena pelakunya memahami struktur, data, dan kelemahan organisasi. Artikel ini akan membahas faktor psikologis yang melatarbelakangi insider threats serta tanda-tanda awal yang perlu diwaspadai agar organisasi dapat mengambil langkah preventif secara lebih efektif.

Insider Threats: Ancaman dari Dalam Organisasi

Insider threats adalah ancaman keamanan siber yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri. Ancaman ini muncul ketika individu yang memiliki akses sah ke sistem seperti karyawan, kontraktor, atau mitra bisnis yang menyalahgunakan akses tersebut untuk merusak, mencuri, atau membocorkan informasi penting. Perilaku ini bisa disengaja (malicious insider) atau tidak disengaja (negligent insider), namun keduanya sama-sama berpotensi menimbulkan kerugian besar bagi organisasi.

Berbeda dengan ancaman eksternal yang datang dari peretas atau aktor luar yang mencoba menembus pertahanan sistem, insider threats lebih sulit dideteksi karena pelaku sudah memiliki kredensial dan pemahaman mendalam tentang sistem internal. Serangan dari dalam ini sering kali luput dari pantauan sistem keamanan tradisional yang lebih fokus pada penjagaan perimeter. Hal inilah yang menjadikan insider threats sebagai salah satu tantangan terbesar dalam manajemen risiko siber modern.

Menurut laporan 2023 Cost of Insider Threats Global Report dari Ponemon Institute, rata-rata biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat insiden insider threats mencapai USD 16,2 juta per tahun, meningkat dari USD 15,4 juta pada tahun sebelumnya. Studi tersebut juga mencatat bahwa sekitar 55% insiden berasal dari kelalaian karyawan, sementara 25% berasal dari niat jahat, dan sisanya disebabkan oleh pencurian kredensial. Data ini menunjukkan bahwa urgensi untuk memahami dan mengelola insider threats tidak bisa dianggap remeh, baik dari sisi teknis maupun perilaku manusia.

Baca juga: Standar Keamanan Penting untuk Mitra Kerja, Ini Alasannya

Jenis-Jenis Insider Threats

Insider threats dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe berdasarkan niat dan cara terjadinya. Memahami perbedaan tipe ini penting agar organisasi dapat menyusun strategi pencegahan dan deteksi yang lebih tepat sasaran. Berikut ini adalah tiga jenis insider threats yang paling umum terjadi:

Malicious Insider (Berniat Jahat)

Tipe ini melibatkan individu yang secara sadar dan sengaja menyalahgunakan aksesnya untuk mencuri data, menyabotase sistem, atau membocorkan informasi sensitif. Biasanya dilakukan oleh karyawan atau mantan karyawan yang memiliki motif tertentu, seperti balas dendam, keuntungan finansial, atau ideologi. Contohnya adalah kasus Edward Snowden yang membocorkan dokumen rahasia NSA sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah AS. 

Negligent Insider (Ceroboh)

Berbeda dengan malicious insider, tipe ini tidak memiliki niat jahat, namun tindakan cerobohnya tetap menimbulkan risiko besar. Ini termasuk lupa mengunci layar komputer, membagikan password, atau mengklik tautan phishing. Misalnya, seorang karyawan tanpa sadar mengunggah dokumen internal ke platform publik tanpa pengamanan. Tipe ceroboh ini adalah tipe yang paling sering terjadi dalam laporan insiden siber.

Compromised Insider (Akun Disusupi)

Dalam kasus ini, kredensial milik karyawan atau pengguna sah digunakan oleh pihak ketiga yang berhasil mencurinya, biasanya melalui phishing atau malware. Meskipun si pemilik akun tidak terlibat langsung, sistem mengenalinya sebagai insider karena aksesnya sah. Contoh nyata adalah ketika akun administrator perusahaan diambil alih penjahat siber dan digunakan untuk mengakses server internal. 

Faktor Psikologis yang Memicu Insider Threats

Insider threats yang bersifat disengaja umumnya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan dipicu oleh berbagai tekanan psikologis yang dialami individu di dalam organisasi. Memahami faktor-faktor pemicu ini penting agar manajemen dapat mengambil langkah pencegahan sebelum risiko berkembang menjadi ancaman nyata. Berikut ini lima faktor psikologis yang umum menjadi akar masalah:

  1. Stres dan Ketidakpuasan Kerja
    Lingkungan kerja yang penuh tekanan, beban kerja berlebih, atau ketidakjelasan peran dapat menimbulkan stres berkepanjangan. Ketika individu merasa lelah secara emosional dan tidak lagi terikat dengan tujuan perusahaan, peluang terjadinya pelanggaran meningkat. 
  2. Konflik dengan Manajemen
    Perselisihan berkepanjangan antara karyawan dan atasan dapat menumbuhkan rasa permusuhan. Dalam beberapa kasus, hal ini mendorong individu membalas dengan menyalahgunakan akses yang dimilikinya. Misalnya, seorang karyawan yang merasa diperlakukan tidak adil bisa saja mencuri data untuk dijual atau disebarluaskan. 
  3. Motif Finansial
    Masalah keuangan pribadi seperti utang, gaya hidup di luar kemampuan, atau kebutuhan mendesak dapat mendorong seseorang melakukan pelanggaran. Akses terhadap data sensitif bisa dijadikan "aset cepat cair" dalam situasi ini. Motif finansial ini sering menjadi justifikasi internal bagi pelaku insider threats.
  4. Rasa Tidak Dihargai atau Tidak Loyal
    Karyawan yang merasa kontribusinya tidak diakui atau mengalami stagnasi karier bisa kehilangan rasa memiliki terhadap perusahaan. Termasuk rasa kecewa yang dipendam dalam jangka panjang. Akibatnya, mereka menjadi lebih permisif terhadap tindakan yang merugikan organisasi. 
  5. Masalah Pribadi yang Berdampak Profesional
    Kondisi seperti perceraian, kehilangan anggota keluarga, atau tekanan mental lainnya bisa memengaruhi stabilitas emosi seseorang di tempat kerja. Terutama ketika dukungan psikososial dalam organisasi minim atau tidak tersedia. Dalam kondisi rapuh ini, keputusan buruk lebih mudah diambil. 

Tanda-Tanda Awal Insider Threats yang Perlu Diwaspadai

Insider threats jarang terjadi secara tiba-tiba, sering kali ada tanda-tanda awal yang muncul sebelum pelaku benar-benar melakukan pelanggaran. Mengenali gejala-gejala ini sejak dini dapat membantu organisasi mengambil tindakan sebelum risiko berubah menjadi insiden. Berikut adalah lima indikator yang perlu diwaspadai:

  • Akses data di luar lingkup kerja
    Jika seorang karyawan mulai mengakses file, sistem, atau informasi yang tidak berkaitan dengan tugasnya, ini bisa menjadi sinyal bahaya. Misalnya, staf administrasi membuka dokumen finansial sensitif atau mengunduh database pelanggan tanpa alasan jelas. Aktivitas semacam ini menunjukkan kemungkinan penyalahgunaan akses dan sebaiknya segera diselidiki.
  • Perubahan perilaku drastis
    Karyawan yang biasanya bersikap profesional tiba-tiba menjadi tertutup, mudah marah, atau menarik diri dari rekan kerja bisa saja mengalami tekanan atau menyimpan niat tersembunyi. Perubahan emosional seperti ini sering kali berkaitan dengan kondisi psikologis yang dapat berujung pada tindakan berisiko.
  • Keluhan berulang soal organisasi
    Keluhan yang konsisten dan negatif tentang manajemen, budaya kerja, atau kebijakan perusahaan bisa mencerminkan ketidakpuasan mendalam. Jika dibiarkan, perasaan ini dapat berkembang menjadi motif balas dendam atau justifikasi untuk merugikan perusahaan dari dalam.
  • Pakai perangkat pribadi untuk akses data
    Mengakses sistem atau file perusahaan melalui laptop atau ponsel pribadi di luar kebijakan yang ditetapkan menunjukkan potensi pelanggaran. Selain meningkatkan risiko keamanan, tindakan ini bisa menjadi langkah awal untuk mencuri atau mentransfer data ke luar sistem pengawasan.
  • Aktivitas login tidak wajar
    Login di luar jam kerja normal atau dari lokasi geografis yang tidak biasa (misalnya dari negara berbeda tanpa alasan dinas) patut dicurigai. Pola login semacam ini sering kali menjadi indikator awal dari insider threat, baik disengaja maupun akibat akun yang telah disusupi.

Mendeteksi tanda-tanda awal ini bukan soal curiga berlebihan, melainkan bagian penting dari upaya preventif agar organisasi tidak kecolongan oleh ancaman dari dalam yang kerap luput dari perhatian.

Dampak yang Ditimbulkan Insider Threats

Dampak dari insider threats bisa sangat merusak, salah satunya adalah hilangnya data sensitif perusahaan. Ketika informasi penting seperti data pelanggan, rahasia dagang, atau rencana bisnis bocor, perusahaan berisiko kehilangan keunggulan kompetitif atau bahkan kepercayaan klien. Kebocoran data dari dalam juga jauh lebih sulit dilacak karena pelakunya memiliki akses yang sah, sehingga insidennya kerap terlambat terdeteksi.

Selain itu, kerugian finansial yang ditimbulkan bisa mencapai jutaan dolar, baik dari sisi langsung seperti pencurian aset digital maupun biaya pemulihan sistem, denda regulator, dan potensi kehilangan bisnis. Gangguan operasional pun kerap menyertai, apalagi jika pelaku dengan sengaja menghapus data penting, memodifikasi sistem, atau mengganggu proses kerja internal sebagai bentuk sabotase.

Tidak kalah penting, kerusakan reputasi bisa berdampak jangka panjang. Pelanggan dan mitra bisnis mungkin kehilangan kepercayaan ketika mengetahui bahwa ancaman datang dari orang dalam. Ditambah lagi, jika insiden melibatkan pelanggaran hukum atau regulasi seperti UU Perlindungan Data, perusahaan bisa menghadapi sanksi hukum yang berat, termasuk tuntutan ganti rugi dari pihak yang dirugikan.

Langkah Preventif dan Respon Awal

Langkah pertama dalam mencegah insider threats adalah membekali seluruh karyawan dengan edukasi keamanan siber yang tepat dan berkelanjutan. Pelatihan ini tidak hanya menjelaskan apa itu ancaman dari dalam, tetapi juga membantu karyawan memahami peran mereka dalam menjaga keamanan informasi. Semakin sadar karyawan terhadap risiko dan tanggung jawabnya, semakin kecil kemungkinan mereka terlibat, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, dalam insiden berbahaya.

Langkah penting berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap akses data dan aktivitas mencurigakan. Sistem perlu dikonfigurasi untuk mencatat siapa yang mengakses data apa, kapan, dan dari mana. Prinsip least privilege juga harus diterapkan, artinya setiap karyawan hanya diberi akses sesuai kebutuhan tugasnya, tidak lebih. Dengan begitu, ruang gerak bagi potensi penyalahgunaan dapat dipersempit secara signifikan.

Agar upaya deteksi lebih maksimal, organisasi juga perlu menyediakan kanal pelaporan insiden yang bersifat anonim, sehingga karyawan tidak takut melapor jika mencurigai koleganya. Ditambah dengan audit berkala dan sistem deteksi perilaku abnormal, seperti lonjakan akses data atau login di jam tak wajar, tim keamanan dapat merespons lebih cepat sebelum kerugian terjadi. Pencegahan dan respons dini adalah kombinasi penting untuk menghadapi ancaman dari dalam secara menyeluruh.

Baca juga: Kenali Ancaman Insider Threats Sebelum Kebocoran Data Terjadi

Kesimpulan

Mengatasi insider threats butuh pendekatan holistik dan bukan hanya sistem, tapi juga membangun budaya organisasi yang aman dan empatik. Ini berarti mendorong keterbukaan dalam komunikasi, menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan, serta memastikan kolaborasi erat antara tim HR dan tim keamanan TI. Dengan menciptakan ruang yang sehat secara psikologis dan teknis, organisasi dapat menekan potensi ancaman dari dalam sekaligus memperkuat rasa memiliki di antara para karyawannya.