Human Risk Management Institute

Mengapa Security Awareness Harus Jadi Program Berkelanjutan?

Written by Nur Rachmi Latifa | 20 Apr 2025

Di era digital saat ini, risiko keamanan siber semakin meningkat dan berdampak besar terhadap kelangsungan bisnis. Menurut laporan Kaspersky, 77% perusahaan mengalami setidaknya satu insiden siber dalam dua tahun terakhir, menunjukkan betapa rentannya organisasi terhadap ancaman digital. Banyak dari insiden tersebut terjadi akibat kesalahan manusia, seperti kelalaian atau kurangnya pemahaman tentang praktik keamanan yang tepat. Di sinilah pentingnya peran security awareness — program pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan karyawan dalam menghadapi ancaman siber. Namun, pelatihan yang hanya dilakukan sekali tidaklah cukup. Ancaman terus berkembang, dan tanpa pengulangan serta pembaruan pengetahuan secara berkala, kesadaran karyawan akan kembali menurun, membuka celah baru bagi potensi serangan.

Pengertian dan Tujuan Program Security Awareness

Program Security Awareness adalah serangkaian inisiatif edukatif yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap risiko keamanan siber. Program ini mengajarkan bagaimana mengenali, mencegah, dan merespons berbagai jenis ancaman digital seperti phishing, malware, dan social engineering. Tujuannya bukan hanya menyampaikan informasi teknis, tetapi juga menanamkan kebiasaan dan pola pikir yang proaktif dalam menjaga keamanan data dan sistem perusahaan.

Tujuan utama dari program ini adalah membekali setiap individu di dalam organisasi—terlepas dari posisi atau divisinya—dengan keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk menghadapi ancaman siber sehari-hari. Ketika karyawan memahami bagaimana mereka bisa menjadi target, dan bagaimana tindakan mereka dapat memperkuat atau melemahkan pertahanan organisasi, maka mereka akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan digital. Dengan kata lain, program ini mengubah karyawan dari titik lemah potensial menjadi garis pertahanan pertama perusahaan.

Program Security Awareness biasanya terdiri dari tiga komponen utama: edukasi, kebijakan, dan perilaku. Edukasi mencakup materi pelatihan interaktif dan mudah dipahami, mulai dari keamanan password hingga praktik kerja jarak jauh yang aman. Komponen kebijakan berfungsi sebagai panduan formal tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh karyawan dalam hal penggunaan data dan sistem. Sementara itu, aspek perilaku menekankan pentingnya konsistensi dalam menerapkan praktik aman secara sehari-hari—baik di kantor maupun saat bekerja dari luar. Ketiganya harus berjalan beriringan agar program ini benar-benar efektif.

Baca juga: Mobile Device Security: Langkah Kecil yang Berdampak Besar

Pentingnya Keberlanjutan dalam Program Security Awareness

Keamanan siber adalah medan yang terus berubah, dengan jenis ancaman baru bermunculan hampir setiap hari. Teknik phishing semakin canggih, malware berevolusi, dan serangan berbasis rekayasa sosial menjadi lebih sulit dikenali. Dalam konteks ini, pelatihan security awareness yang hanya dilakukan sekali dalam setahun tidak cukup untuk membekali karyawan menghadapi ancaman yang dinamis. Tanpa pembaruan rutin, pengetahuan yang sudah didapat bisa cepat usang dan tidak lagi relevan dengan situasi nyata.

Menurut laporan Kaspersky, 38% insiden keamanan siber terjadi akibat kesalahan manusia, sementara 26% lainnya disebabkan oleh pelanggaran kebijakan internal. Dua faktor ini menunjukkan bahwa banyak celah keamanan berasal dari dalam organisasi itu sendiri—dan bisa diminimalisir melalui pendekatan yang berkelanjutan. Pelatihan berkala membantu menjaga kesadaran karyawan tetap tinggi, serta membangun refleks dan respons yang tepat saat menghadapi potensi ancaman, sehingga risiko insiden bisa ditekan secara signifikan.

Keberhasilan program security awareness tidak ditentukan oleh seberapa intensif pelatihan dilakukan dalam satu waktu, tetapi oleh konsistensinya dalam jangka panjang. Ketika pelatihan menjadi bagian dari budaya kerja, bukan sekadar agenda tahunan, karyawan akan lebih siap dan terlatih untuk bersikap waspada setiap saat. Dengan pendekatan yang berkelanjutan, organisasi tidak hanya meningkatkan ketahanan terhadap serangan, tapi juga menanamkan pola pikir keamanan sebagai bagian dari tanggung jawab semua orang.

Risiko Jika Program Security Awareness Tidak Berkelanjutan

Ketika program security awareness tidak dijalankan secara berkelanjutan, perusahaan secara tidak langsung membuka celah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber. Kurangnya pelatihan yang konsisten tidak hanya berdampak pada tingkat kesiapan individu, tetapi juga melemahkan fondasi budaya keamanan dalam organisasi. Berikut adalah beberapa risiko utama yang bisa muncul:

Tingkat Human Error Tetap Tinggi dan Menyebabkan Kerugian Besar

Tanpa pelatihan rutin, karyawan akan lebih mudah melakukan kesalahan—baik karena kurangnya pengetahuan maupun kelalaian. Kesalahan seperti membuka email phishing, menggunakan kata sandi yang lemah, atau membagikan informasi sensitif secara tidak sengaja dapat menjadi pintu masuk bagi serangan siber. Menurut laporan Kaspersky, rata-rata kerugian akibat satu insiden siber yang melibatkan kesalahan manusia mencapai $337.561, sebuah angka yang menunjukkan betapa mahalnya dampak dari kurangnya kesadaran keamanan di lingkungan kerja. 

Pengetahuan Tidak Melekat Tanpa Pengulangan yang Konsisten

Program pelatihan yang hanya dilakukan satu kali atau bersifat sporadis cenderung tidak memberikan hasil jangka panjang. Tanpa pengulangan secara berkala, informasi yang sebelumnya dipelajari akan cepat terlupakan. Karyawan menjadi kurang tanggap terhadap perubahan pola serangan dan tidak siap mengambil tindakan cepat saat menghadapi ancaman. Pengulangan dan pembaruan informasi secara rutin sangat penting agar keterampilan dan kewaspadaan tetap terasah.

Kebijakan Keamanan Menjadi Formalitas Tanpa Efek Nyata

Dalam organisasi yang tidak menjalankan pelatihan secara berkelanjutan, kebijakan keamanan informasi hanya dianggap sebagai kewajiban administratif—dibaca sekali, lalu dilupakan. Karyawan mungkin tahu bahwa ada aturan tertentu yang harus dipatuhi, namun mereka tidak memahami latar belakang, urgensi, atau dampak pelanggaran dari kebijakan tersebut. Tanpa pemahaman dan internalisasi, kebijakan tidak akan mampu membentuk perilaku aman dalam keseharian, dan akhirnya tidak memberikan perlindungan yang efektif terhadap aset digital perusahaan.

Elemen Penting dalam Program Security Awareness Berkelanjutan

Agar program security awareness benar-benar efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang, pelaksanaannya tidak bisa hanya bersifat simbolis. Program yang berkelanjutan harus mencakup berbagai elemen penting yang dirancang untuk membentuk kebiasaan aman, meningkatkan kesiapan individu, dan menanamkan budaya tanggung jawab terhadap keamanan informasi. Berikut adalah komponen-komponen utama yang perlu dimasukkan dalam setiap program security awareness yang berkelanjutan:

  1. Edukasi tentang Tanggung Jawab terhadap Data
    Karyawan harus memahami bahwa menjaga keamanan data bukan semata-mata tugas tim IT, melainkan tanggung jawab seluruh individu dalam organisasi. Edukasi ini mencakup pemahaman tentang jenis-jenis data sensitif, bagaimana data harus dikelola, serta risiko yang timbul bila data bocor atau disalahgunakan.
  2. Pelatihan Phishing dan Social Engineering
    Ancaman yang paling sering menargetkan manusia adalah phishing dan serangan rekayasa sosial. Program pelatihan harus melatih karyawan untuk mengenali ciri-ciri email mencurigakan, taktik penipu yang berpura-pura sebagai pihak internal atau mitra resmi, serta langkah yang harus diambil saat menemukan potensi serangan.
  3. Praktik Keamanan Perangkat dan Email
    Mengajarkan cara menjaga keamanan perangkat seperti laptop dan smartphone—baik melalui penguncian layar otomatis, enkripsi, hingga penggunaan perangkat lunak antivirus—merupakan bagian krusial. Demikian pula dengan penggunaan email yang aman, termasuk mengenali lampiran berbahaya dan tidak membagikan informasi sensitif sembarangan.
  4. Keamanan Kerja Jarak Jauh (VPN, Backup)
    Dalam era kerja fleksibel dan remote working, pelatihan harus mencakup cara mengakses sistem internal secara aman, seperti menggunakan VPN, serta pentingnya melakukan backup data secara rutin agar tidak kehilangan informasi penting jika terjadi insiden.
  5. Kesadaran terhadap Regulasi (GDPR, HIPAA, UU PDP)
    Program juga harus mencakup pemahaman terhadap regulasi pelindungan data yang relevan dengan bisnis, seperti GDPR di Eropa, HIPAA untuk sektor kesehatan, dan UU PDP di Indonesia. Kepatuhan terhadap regulasi bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga cara melindungi kepercayaan pelanggan.
  6. Kebiasaan Password yang Kuat
    Salah satu lapisan pertahanan paling dasar namun krusial adalah penggunaan kata sandi yang kuat dan unik. Karyawan perlu dibekali pengetahuan tentang cara membuat dan mengelola password secara aman, termasuk penggunaan password manager dan penerapan multi-factor authentication.
  7. Simulasi Serangan Berkala dan Pengukuran Efektivitas
    Program security awareness yang baik harus mencakup simulasi serangan, seperti uji phishing internal, untuk menguji kewaspadaan karyawan. Hasilnya kemudian diukur dan dianalisis untuk mengetahui area yang masih lemah dan merancang perbaikan dalam strategi pelatihan berikutnya.

Dengan mencakup elemen-elemen di atas secara konsisten dan terstruktur, program security awareness tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga membentuk perilaku aman yang menjadi bagian dari budaya organisasi.

Strategi Agar Program Security Awareness Tetap Efektif

Agar program security awareness benar-benar memberikan dampak nyata bagi perusahaan, pendekatannya tidak bisa bersifat statis. Strategi yang digunakan harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ancaman, perilaku karyawan, dan kebutuhan organisasi. Berikut adalah beberapa strategi penting yang dapat diterapkan agar program kesadaran keamanan tetap relevan, efektif, dan berkelanjutan:

Pelatihan Saat Onboarding dan Secara Berkala

Memberikan pelatihan keamanan siber sejak awal bergabungnya karyawan adalah langkah penting untuk menanamkan mindset yang benar sejak dini. Namun, pelatihan awal saja tidak cukup. Ancaman dunia maya terus berkembang, sehingga pelatihan berkala dibutuhkan untuk memperbarui pengetahuan dan menjaga kewaspadaan. Siklus pelatihan yang terjadwal secara rutin juga membantu memperkuat kebiasaan aman dalam jangka panjang.

Gunakan Format Interaktif: Simulasi, Gamifikasi, Studi Kasus

Konten pelatihan yang membosankan akan sulit diingat dan kurang berdampak. Oleh karena itu, gunakan format interaktif yang melibatkan partisipasi aktif karyawan. Simulasi phishing dapat menguji kewaspadaan secara langsung, gamifikasi membuat proses belajar menyenangkan dan kompetitif, sementara studi kasus membantu karyawan memahami relevansi risiko melalui contoh nyata yang mudah dihubungkan dengan pekerjaan sehari-hari. 

Evaluasi Metrik Pelatihan dan Revisi Konten Secara Dinamis

Program yang efektif harus memiliki cara untuk mengukur keberhasilannya. Evaluasi dapat dilakukan melalui indikator seperti tingkat keberhasilan simulasi phishing, skor kuis, atau tingkat pelaporan insiden oleh karyawan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, konten pelatihan perlu direvisi secara berkala agar tetap relevan dan menjawab kelemahan yang ditemukan selama implementasi. 

Dukungan Manajemen dan Keterlibatan Level C Penting

Komitmen manajemen puncak memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan program. Ketika C-level executive terlibat dan memberi contoh dalam penerapan praktik keamanan, pesan mengenai pentingnya security awareness akan lebih kuat dan menyebar ke seluruh organisasi. Dukungan ini juga memastikan alokasi sumber daya yang memadai untuk mendukung keberlanjutan program. 

Update Kebijakan dan Pendekatan Pelatihan Mengikuti Tren Ancaman

Lanskap ancaman siber berubah dengan cepat, sehingga pendekatan pelatihan dan kebijakan internal harus terus diperbarui. Materi pelatihan yang masih relevan tahun lalu belum tentu cukup untuk menghadapi taktik baru yang digunakan pelaku kejahatan siber. Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki mekanisme untuk secara rutin memantau tren ancaman dan menyesuaikan konten pelatihan serta kebijakan keamanan sesuai dengan perkembangan terbaru. 

Studi Kasus dan Riset Terkini

Riset terbaru dari Kaspersky melalui laporan IT Security Economics 2024 mengungkap bahwa meskipun 100% perusahaan telah menerapkan solusi keamanan endpoint dan 94% telah melindungi jaringan mereka, hanya 53% yang menyediakan pelatihan keamanan siber untuk karyawan. Temuan ini memperlihatkan bahwa pelatihan masih sering dipandang sebelah mata, padahal kesalahan manusia tetap menjadi salah satu faktor utama penyebab insiden siber. Ini menunjukkan bahwa tanpa pendekatan berbasis manusia, pertahanan teknis saja belum cukup untuk melindungi perusahaan dari risiko siber yang terus berkembang.

Laporan yang sama juga mencatat bahwa 88% perusahaan mengalami upaya infiltrasi jaringan oleh pihak tidak berwenang selama tahun 2024. Kurangnya pelatihan menyebabkan banyak karyawan tidak memiliki kesiapan menghadapi ancaman nyata seperti phishing, rekayasa sosial, atau penyalahgunaan perangkat kerja. Oleh karena itu, investasi dalam program security awareness bukan sekadar pelengkap, melainkan strategi penting untuk memperkuat pertahanan dari dalam. Dengan membekali karyawan dengan pemahaman dan kebiasaan yang tepat, perusahaan tidak hanya menurunkan potensi kerugian akibat serangan, tetapi juga menjaga reputasi dan keberlangsungan bisnis secara jangka panjang.

Baca juga: Security Awareness sebagai Nilai Inti dalam Budaya Perusahaan Anda

Kesimpulan

Security awareness bukanlah proyek jangka pendek yang cukup dilakukan sekali lalu dilupakan, melainkan proses jangka panjang yang membutuhkan konsistensi dan pembaruan terus-menerus. Di tengah lanskap ancaman siber yang semakin kompleks, kekuatan pertahanan sebuah perusahaan justru sangat bergantung pada perilaku dan kewaspadaan manusia di dalamnya. Program pelatihan yang berkelanjutan bukan hanya membentuk budaya keamanan, tetapi juga menjadi fondasi perlindungan berlapis yang mampu merespons ancaman dengan cepat dan tepat. Untuk itu, inilah saatnya bagi organisasi mengevaluasi pendekatannya dan membangun program yang relevan, adaptif, dan menyatu dalam keseharian karyawan. SiberMate hadir sebagai solusi security awareness berbasis kultur risiko siber yang dirancang untuk membantu perusahaan menjalankan pelatihan berkelanjutan secara otomatis, terukur, dan sesuai kebutuhan masing-masing organisasi.