Human Risk Management Institute

Panduan Kebijakan Share File yang Aman untuk Perusahaan

Written by Nur Rachmi Latifa | 2025 Feb 26 06:30:00

Berbagi file (share file) menjadi aktivitas sehari-hari dalam operasional perusahaan, baik untuk kolaborasi internal maupun eksternal. Namun, tanpa kebijakan keamanan yang jelas, proses ini dapat membuka celah bagi berbagai risiko, seperti kebocoran data, akses tidak sah, hingga serangan siber yang dapat merugikan bisnis. Banyak perusahaan menghadapi tantangan dalam memastikan bahwa data sensitif tetap terlindungi saat dibagikan, terutama dengan meningkatnya penggunaan layanan cloud dan akses jarak jauh. Oleh karena itu, penerapan kebijakan keamanan yang ketat dalam share file sangat penting untuk menjaga kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data. Berbagai solusi dapat diterapkan, mulai dari penggunaan enkripsi, kontrol akses berbasis peran, hingga pemantauan aktivitas berbagi file secara real-time untuk mencegah ancaman yang tidak diinginkan.

Risiko Keamanan dalam Share File

Dalam dunia bisnis modern, berbagi file (share file) menjadi bagian integral dari operasional sehari-hari. Namun, tanpa perlindungan yang memadai, aktivitas ini dapat membuka celah bagi berbagai risiko keamanan siber. Banyak insiden kebocoran data, penyebaran malware, hingga pelanggaran regulasi terjadi akibat prosedur berbagi file yang tidak aman. Berikut adalah beberapa risiko utama yang perlu diwaspadai perusahaan saat melakukan share file:

Kebocoran Data Akibat Akses Tidak Sah

Salah satu ancaman terbesar dalam share file adalah kebocoran data yang terjadi akibat akses tidak sah. Tanpa kontrol akses yang ketat, file sensitif perusahaan bisa dengan mudah diakses oleh pihak yang tidak berwenang, baik karena kesalahan pengaturan izin, serangan siber, atau penyalahgunaan akses oleh karyawan. Insiden semacam ini dapat menyebabkan kehilangan data penting, pencurian informasi bisnis, hingga penyalahgunaan data pelanggan yang berpotensi merusak reputasi perusahaan. Untuk mencegah hal ini, perusahaan harus menerapkan sistem otorisasi berbasis peran (role-based access control), enkripsi file, serta autentikasi ganda (MFA) untuk memastikan hanya pengguna yang berhak yang dapat mengakses dokumen tertentu. 

Ancaman Malware dan Ransomware dari File yang Dibagikan

Berbagi file melalui email, layanan cloud, atau perangkat eksternal dapat menjadi jalur masuk bagi malware dan ransomware ke dalam sistem perusahaan. Penyerang sering menyamarkan file berbahaya sebagai dokumen sah, yang ketika dibuka oleh penerima, akan menginfeksi sistem dan berpotensi mengenkripsi atau mencuri data penting. Contoh serangan seperti ransomware LockBit dan Ryuk telah banyak merugikan perusahaan karena memblokir akses ke file penting hingga tebusan dibayarkan. Untuk mencegah ancaman ini, perusahaan harus mengimplementasikan solusi keamanan seperti antivirus dengan pemindaian file otomatis, sandboxing, serta edukasi karyawan tentang indikasi file mencurigakan agar mereka lebih waspada sebelum mengunduh atau membuka dokumen dari sumber yang tidak dikenal.

Human Error dalam Berbagi File Tanpa Perlindungan

Kesalahan manusia (human error) menjadi faktor risiko terbesar dalam kebocoran data melalui share file. Misalnya, seorang karyawan secara tidak sengaja mengirimkan file rahasia ke alamat email yang salah, atau mengunggah dokumen penting ke platform cloud publik tanpa enkripsi. Kesalahan semacam ini sering kali tidak disengaja tetapi memiliki dampak besar terhadap keamanan data perusahaan. Untuk mengurangi risiko ini, perusahaan perlu menerapkan pelatihan kesadaran keamanan siber secara berkala, membatasi opsi berbagi file hanya melalui platform resmi perusahaan, serta menerapkan kebijakan otomatisasi, seperti DLP (Data Loss Prevention), yang dapat mendeteksi dan mencegah pengiriman file sensitif ke penerima yang tidak sah.

Ketidaksesuaian dengan Regulasi Keamanan Data (ISO 27001, UU PDP, GDPR)

Regulasi seperti ISO 27001, Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) di Indonesia, dan General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa mewajibkan perusahaan untuk memastikan bahwa data yang dibagikan tetap terlindungi dan hanya diakses oleh pihak yang berwenang. Kegagalan dalam menerapkan kebijakan share file yang sesuai dengan regulasi ini dapat menyebabkan sanksi hukum, denda besar, dan kerusakan reputasi bisnis. Contoh kasus seperti pelanggaran GDPR yang berujung pada denda jutaan euro menunjukkan betapa seriusnya konsekuensi dari kebijakan berbagi file yang tidak sesuai standar keamanan data. Oleh karena itu, perusahaan perlu memastikan kepatuhan dengan regulasi yang berlaku melalui audit berkala, penerapan enkripsi data, serta dokumentasi yang jelas mengenai setiap file yang dibagikan dan siapa yang memiliki akses terhadapnya.

Baca juga: Weak Password Policy: Dampak, Risiko, dan Solusi untuk Perusahaan

Prinsip Dasar Kebijakan Share File yang Aman

Untuk memastikan keamanan dalam berbagi file (share file) di lingkungan perusahaan, diperlukan kebijakan yang mengatur bagaimana file dapat diakses, dikirim, dan disimpan. Kebijakan ini harus dirancang untuk meminimalkan risiko kebocoran data, penyalahgunaan akses, serta ancaman dari serangan siber. Berikut adalah beberapa prinsip dasar yang harus diterapkan dalam kebijakan share file yang aman:

Prinsip Least Privilege: Memberikan Akses Hanya kepada yang Membutuhkan

Prinsip Least Privilege (PoLP) memastikan bahwa setiap pengguna hanya diberikan akses ke file yang benar-benar mereka butuhkan untuk pekerjaannya. Dengan membatasi hak akses, risiko penyalahgunaan data atau kebocoran akibat human error dapat diminimalkan. Penerapan kontrol akses berbasis peran (Role-Based Access Control/RBAC) dan kebijakan need-to-know membantu menjaga keamanan informasi sensitif, sehingga hanya individu yang berkepentingan yang dapat membuka atau mengedit file tertentu.

Enkripsi Data: Melindungi File Selama Proses Berbagi

Enkripsi adalah salah satu metode terbaik untuk melindungi data dari akses tidak sah selama proses berbagi file. Dengan menggunakan algoritma enkripsi yang kuat seperti AES-256, file yang dikirim melalui email, cloud, atau media eksternal tetap aman meskipun jatuh ke tangan yang salah. Selain itu, end-to-end encryption (E2EE) dalam platform berbagi file memastikan bahwa hanya penerima yang berhak yang dapat mendekripsi data tersebut.

Otentikasi Ganda (MFA): Keamanan Tambahan dalam Akses File

Otentikasi Ganda atau Multi-Factor Authentication (MFA) menambahkan lapisan keamanan ekstra dalam akses file dengan mengharuskan pengguna memverifikasi identitas mereka melalui dua atau lebih metode, seperti password dan OTP (One-Time Password). Ini mengurangi risiko akun yang diretas digunakan untuk mengakses atau membagikan file penting tanpa izin.

Monitoring dan Logging: Melacak Aktivitas Berbagi File

Menerapkan sistem pemantauan dan pencatatan (monitoring & logging) memungkinkan perusahaan untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan dalam berbagi file. Dengan teknologi seperti SIEM (Security Information and Event Management), perusahaan dapat memantau siapa yang mengakses file, kapan, dan dari mana. Jika ada anomali, seperti unduhan dalam jumlah besar atau akses dari lokasi tak dikenal, tim keamanan dapat segera mengambil tindakan pencegahan.

Penyimpanan di Cloud vs. On-Premise: Keamanan dan Efisiensi

Perusahaan perlu mempertimbangkan keamanan dan efisiensi dalam memilih penyimpanan file antara cloud atau on-premise. Cloud storage seperti Google Drive, OneDrive, dan Dropbox menawarkan fleksibilitas serta backup otomatis, tetapi tetap harus dikonfigurasi dengan enkripsi dan akses kontrol yang ketat. Sementara itu, penyimpanan on-premise memberikan kontrol penuh atas keamanan data, namun membutuhkan sumber daya yang lebih besar untuk pemeliharaan dan perlindungan terhadap ancaman internal.

Langkah-Langkah Menerapkan Kebijakan Share File yang Aman

Untuk memastikan berbagi file (share file) dilakukan dengan aman di perusahaan, diperlukan langkah-langkah strategis yang mengurangi risiko kebocoran data dan penyalahgunaan akses. Kebijakan yang jelas dan terstruktur akan membantu karyawan memahami prosedur yang tepat serta melindungi informasi bisnis dari ancaman siber. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam menerapkan kebijakan share file yang aman:

Identifikasi Jenis Data yang Boleh dan Tidak Boleh Dibagikan

Langkah pertama dalam kebijakan share file adalah mengidentifikasi jenis data yang boleh dan tidak boleh dibagikan. Data perlu diklasifikasikan berdasarkan tingkat sensitivitas, misalnya:

  • Data Publik: Informasi yang dapat dibagikan secara bebas tanpa risiko keamanan.
  • Data Internal: Dokumen perusahaan yang hanya boleh diakses oleh karyawan.
  • Data Rahasia/Sensitif: Informasi keuangan, data pelanggan, atau data kepemilikan yang hanya boleh diakses oleh pihak tertentu dengan izin khusus.
    Klasifikasi ini membantu perusahaan mengontrol siapa yang boleh mengakses dan membagikan informasi tertentu.

Gunakan Platform Share File yang Aman

Memilih platform share file yang memiliki fitur keamanan tinggi sangat penting untuk memastikan data tetap terlindungi. Layanan seperti OneDrive, Google Drive, atau Dropbox Business memiliki fitur keamanan seperti enkripsi end-to-end, kontrol akses, dan audit log. Untuk kebutuhan lebih lanjut, perusahaan dapat menggunakan solusi berbasis enterprise security seperti Box Enterprise atau SharePoint yang memungkinkan kontrol lebih ketat atas berbagi file internal dan eksternal.

Atur Izin Akses File Secara Ketat Berdasarkan Jabatan dan Kebutuhan Kerja

Setiap file yang dibagikan harus memiliki izin akses yang sesuai dengan kebutuhan karyawan. Pendekatan Role-Based Access Control (RBAC) memungkinkan perusahaan memberikan hak akses file hanya kepada individu atau departemen yang memerlukannya. Selain itu, akses read-only untuk file sensitif dapat mencegah perubahan atau penyalahgunaan dokumen oleh pihak yang tidak berwenang.

Aktifkan Enkripsi saat Berbagi File Internal maupun Eksternal

Menggunakan enkripsi data saat berbagi file memastikan bahwa hanya penerima yang berwenang yang dapat membaca informasi tersebut. Teknologi AES-256 dan TLS (Transport Layer Security) dapat digunakan untuk mengenkripsi file sebelum dikirim melalui email atau layanan cloud. Untuk berbagi file dengan pihak eksternal, gunakan opsi password-protected files atau fitur expiring access links untuk membatasi akses dalam jangka waktu tertentu.

Gunakan VPN dan Jaringan Aman untuk Berbagi File di Luar Kantor

Saat karyawan perlu berbagi file di luar kantor, mereka harus menggunakan VPN (Virtual Private Network) untuk mengenkripsi koneksi internet mereka. VPN mencegah pihak ketiga atau penyerang dari mengakses data saat dikirim melalui jaringan publik atau Wi-Fi yang tidak aman. Selain itu, perusahaan dapat menerapkan Zero Trust Network Access (ZTNA) untuk memastikan bahwa hanya perangkat yang dipercaya yang dapat mengakses file sensitif.

Edukasi Karyawan tentang Risiko dan Kebijakan Share File yang Benar

Kesadaran keamanan siber adalah kunci dalam mencegah pelanggaran data akibat human error. Perusahaan perlu memberikan pelatihan security awareness tentang risiko berbagi file secara tidak aman, seperti menghindari mengunggah dokumen sensitif ke layanan cloud publik tanpa perlindungan atau mengirim file penting melalui email tanpa enkripsi. Pelatihan ini juga harus mencakup prosedur pelaporan jika terjadi insiden keamanan terkait share file.

Audit dan Pemantauan Berkala terhadap Aktivitas Berbagi File

Melakukan audit secara berkala terhadap aktivitas berbagi file dapat membantu perusahaan mengidentifikasi potensi risiko keamanan. Dengan menerapkan file access logging dan SIEM (Security Information and Event Management), perusahaan dapat memantau siapa yang mengakses atau mengunduh file tertentu. Jika terdeteksi aktivitas mencurigakan, tim keamanan dapat segera mengambil tindakan untuk mengurangi risiko kebocoran data.

Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, perusahaan dapat menciptakan kebijakan share file yang aman, memastikan perlindungan data sensitif, serta meningkatkan kesadaran keamanan di seluruh organisasi.

Tools dan Teknologi yang Dapat Digunakan untuk Share File yang Aman

Untuk memastikan berbagi file (share file) dilakukan dengan aman, perusahaan perlu menggunakan berbagai tools dan teknologi yang mendukung perlindungan data, kontrol akses, serta deteksi ancaman. Dengan solusi yang tepat, risiko kebocoran data dan akses tidak sah dapat diminimalkan. Berikut adalah beberapa tools utama yang dapat digunakan untuk meningkatkan keamanan dalam berbagi file di lingkungan perusahaan:

Software Cloud Storage Aman

Layanan cloud storage modern menawarkan berbagai fitur keamanan yang membantu perusahaan dalam berbagi file dengan lebih aman. Semua platform ini juga memiliki versioning system, yang memungkinkan pengguna untuk memulihkan file jika terjadi perubahan yang tidak disengaja atau serangan ransomware.

  • Google Drive for Business: Menyediakan fitur end-to-end encryption, kontrol akses berbasis peran, serta integrasi dengan Google Workspace untuk berbagi dokumen secara aman.
  • Dropbox Business: Memiliki fitur remote wipe, yang memungkinkan admin menghapus file dari perangkat jika terjadi kebocoran data atau perangkat hilang.
  • Microsoft OneDrive for Business: Terintegrasi dengan Microsoft 365 dan menawarkan multi-factor authentication (MFA) serta advanced threat protection untuk melindungi file dari serangan malware dan phishing.

Sistem Manajemen Akses: Azure AD, Okta

Manajemen akses yang tepat sangat penting untuk memastikan bahwa hanya individu yang berwenang yang dapat berbagi dan mengakses file perusahaan. Dengan menggunakan solusi manajemen akses berikut, perusahaan dapat memastikan bahwa file hanya dapat diakses oleh pengguna yang memiliki otorisasi, sehingga mengurangi risiko kebocoran data akibat akun yang diretas atau akses tidak sah.

  • Azure Active Directory (Azure AD): Menyediakan single sign-on (SSO) dan role-based access control (RBAC), memungkinkan perusahaan untuk mengatur hak akses berdasarkan jabatan dan tanggung jawab karyawan.
  • Okta: Solusi manajemen identitas berbasis cloud yang menawarkan multi-factor authentication (MFA) serta integrasi dengan berbagai aplikasi cloud untuk memastikan akses yang aman dan terkendali.

VPN untuk Keamanan Data

Saat berbagi file dari lokasi yang tidak aman, seperti jaringan Wi-Fi publik, penggunaan Virtual Private Network (VPN) sangat penting untuk mengenkripsi lalu lintas data dan mencegah penyadapan oleh pihak tidak bertanggung jawab. 

  • NordVPN Teams: Menyediakan koneksi VPN berbasis bisnis dengan enkripsi AES-256-bit dan proteksi terhadap serangan man-in-the-middle (MITM) saat berbagi file melalui internet.
  • Cisco AnyConnect: VPN yang sering digunakan oleh perusahaan besar, memungkinkan koneksi aman ke jaringan internal organisasi dengan endpoint security untuk mencegah akses yang tidak sah.

Software DLP (Data Loss Prevention)

Untuk mencegah kebocoran data akibat human error atau serangan siber, perusahaan dapat menggunakan Data Loss Prevention (DLP) software yang memonitor dan membatasi cara file dapat dibagikan. DLP software ini memungkinkan perusahaan untuk menerapkan kebijakan berbagi file yang lebih ketat dan mencegah kebocoran data yang tidak disengaja atau disengaja oleh karyawan.

  • McAfee DLP: Memiliki fitur pemantauan file berbasis real-time, yang dapat mendeteksi dan mencegah pengiriman data sensitif melalui email, cloud storage, atau USB drive.
  • Symantec DLP: Menyediakan proteksi data dengan automated content discovery, yang memindai file dalam jaringan perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengamankan data sensitif sebelum dibagikan.

Studi Kasus Implementasi Kebijakan Share File di Perusahaan

Salah satu contoh nyata kebocoran data akibat share file yang tidak aman terjadi pada tahun 2021, ketika Volkswagen Group of America mengalami kebocoran data lebih dari 3,3 juta pelanggan, termasuk informasi sensitif seperti nomor SIM dan data pembiayaan kendaraan. Insiden ini terjadi akibat konfigurasi penyimpanan file yang tidak aman, memungkinkan akses tidak sah ke data pelanggan. Kesalahan ini menunjukkan betapa pentingnya kebijakan berbagi file yang ketat, termasuk kontrol akses berbasis peran (RBAC) dan enkripsi data, untuk mencegah akses ilegal ke informasi perusahaan. 

Sebaliknya, keberhasilan implementasi kebijakan share file yang aman dapat dilihat pada perusahaan PwC (PricewaterhouseCoopers), yang mengadopsi Microsoft OneDrive for Business dengan enkripsi end-to-end, multi-factor authentication (MFA), dan Data Loss Prevention (DLP) untuk memastikan bahwa file hanya dapat diakses oleh pihak yang berwenang. Dengan solusi ini, PwC dapat mengontrol alur dokumen, membatasi berbagi file eksternal, serta memantau aktivitas berbagi file secara real-time, sehingga mencegah kebocoran data. Hasilnya, perusahaan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi seperti GDPR dan ISO 27001, sekaligus menjaga keamanan data klien mereka. 

Baca juga: Aturan Keamanan Cloud untuk Melindungi Data dari Ancaman

Kesimpulan

Menerapkan kebijakan share file yang aman sangat penting untuk melindungi data perusahaan dari kebocoran, akses tidak sah, dan serangan siber. Dengan langkah-langkah seperti kontrol akses berbasis peran (RBAC), enkripsi data, penggunaan VPN, serta pemantauan aktivitas berbagi file, perusahaan dapat memastikan bahwa informasi sensitif tetap aman, baik dalam lingkungan internal maupun saat dibagikan dengan pihak eksternal. Selain itu, edukasi karyawan tentang risiko berbagi file yang tidak aman juga menjadi kunci dalam memperkuat pertahanan perusahaan terhadap ancaman siber. Oleh karena itu, setiap organisasi perlu mengadopsi kebijakan berbagi file yang ketat dan memanfaatkan teknologi keamanan untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi serta menjaga kepercayaan pelanggan dan mitra bisnis.