Artikel Keamanan Siber dan Manajemen Risiko

Persiapan Perusahaan Indonesia Menghadapi Ancaman Siber Meningkat

Written by Nur Rachmi Latifa | 2024 Des 5 06:15:00

Serangan siber kini menjadi salah satu isu paling mendesak di era digital, mengancam keberlangsungan operasional bisnis di berbagai sektor. Perusahaan Indonesia, dari skala kecil hingga besar, menghadapi risiko kehilangan data, gangguan layanan, hingga kerugian finansial akibat serangan siber yang semakin canggih dan kompleks. Relevansi ancaman ini semakin nyata seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi dalam berbagai sektor seperti keuangan, manufaktur, kesehatan, dan e-commerce, yang menjadikan perusahaan target empuk bagi pelaku kejahatan siber. Dalam konteks ini, persiapan yang matang dan strategi yang tepat sangat diperlukan untuk melindungi aset dan data perusahaan dari berbagai risiko digital.

Baca juga: Solusi SiberMate Membantu Organisasi Penuhi Persyaratan ISO 27001:2022

Penguatan Infrastruktur Teknologi

Mengidentifikasi risiko siber adalah langkah awal penting dalam membangun strategi keamanan digital perusahaan. Proses ini mencakup pemetaan ancaman berdasarkan aktivitas bisnis, teknologi, dan industri. Dengan memahami risiko spesifik, perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya untuk melindungi aset digital. Analisis infrastruktur teknologi, termasuk perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan, membantu mengidentifikasi kerentanannya, terutama pada sistem yang terhubung internet seperti server atau perangkat IoT. Identifikasi aset penting seperti data pelanggan dan informasi finansial juga diperlukan untuk melindungi sistem secara efektif.

Aset-aset ini adalah target yang bernilai tinggi bagi pelaku serangan, sehingga perusahaan harus memprioritaskan langkah-langkah perlindungan untuk memastikan bahwa data dan layanan penting tetap aman. Langkah berikutnya adalah melibatkan pemangku kepentingan dalam proses identifikasi risiko. Kolaborasi antara tim IT, manajemen, hingga pihak ketiga yang terlibat dalam operasional memungkinkan pemetaan ancaman yang lebih luas dan mendalam. Selain itu, perusahaan dapat memanfaatkan teknologi dan framework keamanan untuk meningkatkan akurasi pemetaan. Alat seperti penilaian risiko otomatis atau framework seperti NIST Cybersecurity Framework memberikan panduan yang terstruktur untuk mengidentifikasi ancaman dan merumuskan respons yang sesuai. 

Pendekatan ini tidak hanya membantu perusahaan memahami ancaman yang mereka hadapi tetapi juga memberikan dasar untuk pengembangan kebijakan keamanan yang lebih efektif. Setiap industri menghadapi jenis ancaman siber yang unik, bergantung pada karakteristik operasional dan data yang dikelolanya. Berikut adalah beberapa contoh serangan yang sering terjadi berdasarkan sektor industri untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang risiko yang dihadapi.

Perbankan

Di sektor perbankan, ancaman siber yang sering terjadi mencakup serangan phishing di mana pelaku kejahatan siber menargetkan nasabah atau karyawan melalui email palsu yang dirancang untuk mencuri kredensial akun. Selain itu, malware keuangan, seperti trojan, kerap digunakan untuk mencuri data transaksi atau mendapatkan akses tidak sah ke sistem pembayaran, yang dapat menyebabkan kerugian besar bagi bank maupun nasabahnya.

Retail

Pada industri retail, serangan ransomware menjadi salah satu ancaman utama. Serangan ini mengenkripsi data pelanggan atau inventaris sehingga mengganggu operasi bisnis dan menuntut tebusan untuk pemulihan data. Tidak hanya itu, pencurian data kartu kredit sering terjadi melalui serangan pada sistem Point of Sale (POS), yang bertujuan mencuri informasi kartu kredit pelanggan dan menggunakannya untuk transaksi tidak sah.

Teknologi

Industri teknologi juga menghadapi ancaman signifikan seperti serangan Distributed Denial of Service (DDoS), di mana pelaku membanjiri server dengan lalu lintas palsu untuk menghentikan layanan. Selain itu, eksploitasi zero-day, yang memanfaatkan kerentanan perangkat lunak yang belum diperbarui atau belum diketahui, menjadi ancaman serius yang dapat mengganggu operasional dan mencuri data sensitif.

Kesehatan

Dalam industri kesehatan, ransomware sering digunakan untuk mengenkripsi data pasien, seperti rekam medis elektronik, yang sangat penting untuk operasional rumah sakit dan klinik. Serangan ini mengancam kelangsungan layanan kesehatan dengan meminta tebusan agar data dapat diakses kembali. Selain itu, pencurian data medis menjadi ancaman besar karena data ini memiliki nilai tinggi di pasar gelap dan sering digunakan untuk penipuan asuransi atau identitas.

Manufaktur

Industri manufaktur menjadi target serangan pada sistem Industrial Control System (ICS), di mana pelaku mengganggu jalannya proses produksi melalui sabotase sistem otomasi. Ancaman lain adalah serangan intellectual property theft, di mana pelaku mencuri desain produk, paten, atau formula rahasia yang merugikan daya saing perusahaan.

Penguatan Infrastruktur Teknologi

Penguatan infrastruktur teknologi adalah langkah fundamental untuk melindungi perusahaan dari ancaman hingga serangan siber yang semakin kompleks. Ini melibatkan implementasi solusi teknis dan pemanfaatan teknologi mutakhir untuk menciptakan sistem yang lebih tangguh dan responsif terhadap berbagai jenis serangan. Berikut adalah beberapa solusi teknis utama yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keamanan:

Firewall

Firewall berfungsi sebagai garis pertahanan pertama untuk memantau dan mengontrol lalu lintas jaringan berdasarkan aturan keamanan yang telah ditetapkan. Teknologi ini membantu menyaring lalu lintas berbahaya dan mencegah akses tidak sah ke jaringan internal.

Endpoint Protection

Solusi seperti antivirus dan anti-malware melindungi perangkat pengguna akhir, seperti komputer dan ponsel, dari serangan yang menargetkan perangkat individu. Endpoint protection sering dilengkapi dengan deteksi ancaman secara real-time dan pembaruan otomatis untuk melawan ancaman terbaru.

Sistem Deteksi Intrusi (Intrusion Detection System/IDS)

IDS penting untuk mengidentifikasi aktivitas mencurigakan atau upaya masuk tidak sah ke jaringan. Sistem ini memungkinkan perusahaan mendeteksi dan merespons serangan lebih cepat sebelum terjadi kerusakan yang signifikan.

Selain solusi teknis utama, teknologi berbasis AI dan machine learning dapat digunakan untuk mengantisipasi ancaman siber. AI mampu menganalisis data besar dengan cepat untuk mendeteksi pola mencurigakan, seperti anomali perilaku pengguna atau akses data yang tidak biasa. Machine learning memungkinkan sistem belajar dari insiden sebelumnya dan memperbarui pertahanan secara otomatis. Teknologi ini juga dapat memprediksi potensi serangan di masa depan berdasarkan pola ancaman yang muncul, menciptakan pertahanan yang lebih adaptif dan responsif.

Dengan kombinasi solusi teknis tradisional dan teknologi berbasis AI, perusahaan dapat membangun infrastruktur keamanan yang lebih kuat dan proaktif. Pendekatan ini tidak hanya melindungi aset digital tetapi juga memungkinkan perusahaan merespons ancaman dengan lebih cepat dan efisien.

Penerapan Prosedur Tanggap Insiden


Membangun budaya kesadaran siber di dalam perusahaan adalah langkah strategis untuk mengurangi risiko kesalahan manusia yang sering menjadi penyebab utama insiden siber. Dengan menyadarkan karyawan akan pentingnya keamanan siber dalam aktivitas sehari-hari, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dari ancaman digital. Pelatihan keamanan siber menjadi fondasi utama dalam membangun kesadaran di kalangan karyawan. Program pelatihan yang dirancang dengan baik membantu karyawan memahami risiko yang mereka hadapi dan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasinya.

Pelatihan ini tidak hanya mencakup teori, tetapi juga simulasi situasi nyata seperti pengenalan serangan phishing atau cara menjaga kerahasiaan data. Selain pelatihan, kampanye internal yang berkelanjutan, seperti poster di tempat kerja, email pengingat, atau video singkat, dapat memperkuat pesan keamanan siber. Kampanye ini harus menarik dan relevan agar karyawan tetap terlibat dan termotivasi untuk mengikuti praktik terbaik dalam menjaga keamanan.

Pendekatan berbasis gamifikasi semakin populer dalam program security awareness karena lebih interaktif dan menyenangkan bagi karyawan. Dengan elemen permainan seperti tantangan, poin, leaderboard, atau penghargaan, gamifikasi mendorong karyawan untuk belajar secara aktif tentang keamanan siber. Contohnya, perusahaan dapat mengadakan kompetisi internal untuk mengenali email phishing, di mana karyawan yang berhasil mengidentifikasi ancaman dengan benar akan mendapatkan penghargaan. Program berbasis gamifikasi tidak hanya meningkatkan tingkat partisipasi tetapi juga membantu karyawan mengingat materi pelatihan lebih lama. Pendekatan ini menciptakan pengalaman belajar yang lebih engaging, sehingga pesan keamanan siber lebih mudah diterapkan dalam aktivitas sehari-hari.

Penerapan Prosedur Tanggap Insiden

Penerapan prosedur tanggap insiden yang efektif merupakan langkah penting untuk meminimalkan dampak serangan siber dan memastikan keberlanjutan operasional perusahaan. Prosedur ini mencakup perencanaan yang matang, pelatihan yang rutin, dan infrastruktur yang mendukung respons cepat terhadap berbagai ancaman. 

1. Simulasi Serangan dan Pembentukan Tim Tanggap Darurat Siber (Cyber Incident Response Team)

Melatih karyawan melalui simulasi serangan adalah cara terbaik untuk mengukur kesiapan perusahaan dalam menghadapi insiden siber. Simulasi ini dapat mencakup serangan phishing, ransomware, atau upaya infiltrasi jaringan, yang dirancang menyerupai situasi nyata. Dengan menjalankan simulasi secara berkala, perusahaan dapat mengidentifikasi kelemahan dalam sistem keamanan maupun proses tanggap daruratnya, sehingga memungkinkan perbaikan sebelum ancaman sebenarnya terjadi.

Selain itu, pembentukan Cyber Incident Response Team (CIRT) sangat penting untuk menangani insiden dengan cepat dan terorganisir. Tim ini biasanya terdiri dari profesional IT, keamanan siber, dan pemangku kepentingan bisnis yang memiliki tanggung jawab khusus dalam setiap tahap tanggap insiden, mulai dari deteksi hingga pemulihan. CIRT bertugas untuk menganalisis insiden, mengoordinasikan respons antar tim, dan mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak kerusakan.

2. Pentingnya Backup Data Secara Berkala

Backup data yang dilakukan secara berkala adalah salah satu langkah paling mendasar namun sangat penting dalam prosedur tanggap insiden. Dengan memiliki salinan data yang tersimpan di lokasi terpisah, perusahaan dapat memulihkan operasi lebih cepat setelah serangan seperti ransomware yang mengenkripsi data utama. Backup yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria, seperti:

  • Frekuensi yang sesuai: Backup dilakukan cukup sering untuk meminimalkan hilangnya data penting jika terjadi insiden.
  • Keamanan backup: Salinan data harus dilindungi dengan enkripsi dan penyimpanan di lokasi yang aman, baik secara fisik maupun cloud.
  • Uji coba pemulihan: Perusahaan harus secara rutin menguji pemulihan data untuk memastikan proses backup dapat diandalkan ketika dibutuhkan.

Dengan menjalankan simulasi serangan, membentuk tim tanggap darurat yang kompeten, dan memastikan ketersediaan backup data yang aman, perusahaan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi insiden siber dengan lebih efektif. Ini tidak hanya membantu meminimalkan dampak kerusakan, tetapi juga memperkuat kepercayaan pemangku kepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam mengelola risiko siber.

Monitoring dan Evaluasi Berkala

Monitoring dan evaluasi berkala adalah elemen kunci dalam menjaga keamanan siber perusahaan agar tetap relevan dan efektif menghadapi ancaman yang terus berkembang. Salah satu langkah penting dalam proses ini adalah audit keamanan secara reguler, yang berfungsi untuk mengidentifikasi kelemahan dalam sistem keamanan perusahaan. Audit ini mencakup evaluasi perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, hingga kebijakan keamanan yang diterapkan. Dengan melakukan audit secara rutin, perusahaan dapat mendeteksi potensi celah keamanan sebelum dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Selain itu, audit membantu memastikan bahwa prosedur dan kebijakan keamanan telah diterapkan dengan benar dan sesuai dengan standar industri serta regulasi yang berlaku.

Selain audit, perusahaan juga perlu mengadopsi Key Performance Indicators (KPI) untuk mengukur kesiapan siber mereka. KPI ini dapat mencakup metrik seperti jumlah insiden siber yang berhasil ditangani, waktu rata-rata untuk mendeteksi dan merespons insiden, serta tingkat partisipasi karyawan dalam program pelatihan keamanan. Dengan KPI yang jelas, perusahaan dapat memantau kinerja keamanan siber secara kuantitatif dan mengidentifikasi area yang memerlukan peningkatan. Pendekatan berbasis data ini tidak hanya memberikan wawasan yang mendalam tentang efektivitas strategi keamanan, tetapi juga membantu manajemen membuat keputusan yang lebih tepat dalam mengalokasikan sumber daya untuk perlindungan siber.

Dengan kombinasi audit keamanan dan penerapan KPI, perusahaan dapat memastikan bahwa sistem keamanan mereka selalu berada dalam kondisi optimal, sekaligus membangun ketangguhan dalam menghadapi ancaman yang terus berubah.

Baca juga: Sibermate: Solusi Tepat untuk Kepatuhan UU PDP Perusahaan Anda

Kesimpulan

Ancaman siber yang meningkat memaksa perusahaan di Indonesia untuk lebih proaktif dalam melindungi aset digital dan operasional. Langkah seperti identifikasi risiko, penguatan infrastruktur, dan pembangunan budaya kesadaran siber menjadi kunci. Selain itu, simulasi serangan, tim tanggap darurat, serta teknologi AI dan machine learning memperkuat respons terhadap ancaman. Monitoring, audit keamanan, dan evaluasi berkala memastikan sistem tetap relevan dan berkembang. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat membangun ketahanan siber yang menjadi investasi penting untuk keberlanjutan dan pertumbuhan di era digital.