Human Risk Management Institute

184 Juta Password Bocor dari Apple & Google, Apa Sebab dan Solusinya?

Written by Nur Rachmi Latifa | 11 Jun 2025

Kebocoran password kini bukan lagi kasus langka, melainkan ancaman siber yang semakin meluas dan berbahaya. Baru-baru ini, terungkap bahwa sebanyak 184 juta kredensial online bocor dari berbagai platform besar seperti Apple, Google, dan Facebook. Jumlah ini tentu mengejutkan, mengingat skala dan sensitivitas informasi yang terekspos. Fenomena password bocor ini bukan hanya berdampak pada keamanan akun pribadi, tetapi juga membuka celah bagi serangan lanjutan seperti phishing dan pencurian identitas. Artikel ini penting untuk dibaca agar Anda memahami bagaimana kebocoran ini bisa terjadi dan apa langkah perlindungan yang perlu segera Anda ambil.

Serangan Siber Besar-Besaran: 184 Juta Akun Jadi Korban

Peneliti keamanan siber Jeremiah Fowler baru-baru ini menemukan sebuah database terbuka yang mengejutkan: berisi lebih dari 184 juta data kredensial pengguna dari berbagai platform online populer. Dalam temuan tersebut, Fowler mendapati file plain text yang mencantumkan username, email, password, hingga URL login untuk akun-akun penting tanpa perlindungan sama sekali. Ini berarti siapa pun yang menemukan database tersebut dapat mengakses informasi sensitif pengguna secara bebas tanpa perlu melewati autentikasi atau enkripsi.

Yang membuat kasus ini semakin mengkhawatirkan adalah nama-nama besar yang datanya tercantum dalam file tersebut. Layanan seperti Apple, Google, Facebook, Instagram, Microsoft, hingga platform pembayaran seperti PayPal dan Amazon menjadi bagian dari daftar panjang yang terdampak. Artinya, ancaman ini bukan hanya menyasar akun media sosial, tapi juga menyentuh data keuangan, layanan kesehatan, hingga portal pemerintahan.

Fowler mencatat bahwa password bocor ini kemungkinan besar dikumpulkan menggunakan malware jenis infostealer—perangkat lunak berbahaya yang bertugas mencuri data pengguna secara diam-diam. Sayangnya, database yang ditemukan tidak dienkripsi dan tidak dilindungi dengan kata sandi apa pun, menjadikannya sangat rentan terhadap eksploitasi oleh pelaku kejahatan siber. Ini menjadi pengingat serius bagi kita semua bahwa keamanan data pribadi kini semakin rentan dan butuh perhatian lebih dari pengguna maupun penyedia layanan digital.

Baca juga: Scan Retina Mata Dijual? Kenali Risikonya Pada Kebocoran Data Pribadi

Dalang di Balik Kebocoran: Malware Infostealer

Malware infostealer adalah jenis perangkat lunak berbahaya yang dirancang khusus untuk mencuri informasi pribadi pengguna secara diam-diam. Begitu berhasil masuk ke perangkat korban—biasanya lewat lampiran email, tautan palsu, atau aplikasi bajakan—infostealer akan mengakses dan menyalin berbagai data penting seperti username, password, email, dan kredensial login lainnya. Dalam banyak kasus, pengguna bahkan tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban, karena malware ini bekerja tanpa menimbulkan gejala mencolok.

Begitu data berhasil dikumpulkan, malware pencuri data ini akan mengirimkan informasi yang dicuri ke server milik pelaku kejahatan siber. Dari sana, data bisa dijual di pasar gelap, digunakan untuk pembajakan akun, atau dipakai dalam serangan yang lebih kompleks seperti phishing dan ransomware. Tak jarang, infostealer juga bisa mengakses informasi keuangan seperti nomor rekening atau detail kartu kredit yang tersimpan di browser, memperparah dampak yang ditimbulkan dari password bocor.

Yang lebih mengkhawatirkan, sumber database yang bocor bisa berasal dari dua kemungkinan: pertama, data memang dikumpulkan secara sah untuk tujuan keamanan atau pengujian, namun tidak sengaja terekspos karena kelalaian dalam penyimpanan. Kedua, data dikumpulkan secara ilegal sejak awal menggunakan infostealer dan sengaja dibagikan untuk eksploitasi. Kedua skenario ini menunjukkan betapa pentingnya pengamanan data, baik di sisi pengguna maupun organisasi pengelola data.

Tak Ada yang Aman: 16 Platform Raksasa Jadi Sasaran Infostealer

Kebocoran data kali ini tidak main-main karena menyasar berbagai platform populer yang digunakan jutaan orang setiap hari. Dari media sosial seperti Facebook, Instagram, Snapchat, Twitter, hingga layanan teknologi raksasa seperti Google, Apple, Microsoft, dan Amazon, semuanya tercantum dalam database yang ditemukan oleh peneliti keamanan siber, Jeremiah Fowler. Tak hanya itu, platform hiburan seperti Netflix, Spotify, dan Roblox, layanan pembayaran seperti PayPal, hingga sistem manajemen konten seperti WordPress dan portal email seperti Yahoo juga termasuk dalam daftar. Bahkan Discord dan Nintendo, yang banyak digunakan oleh komunitas gaming dan digital native, ikut terdampak. Temuan ini menunjukkan bahwa cakupan kebocoran sangat luas dan lintas sektor.

Dengan banyaknya akun bocor dari platform yang sangat umum digunakan, risiko yang dihadapi pengguna pun meningkat secara drastis. Sebagian besar orang memiliki akun di lebih dari satu layanan tersebut, dan sayangnya, masih banyak yang menggunakan password yang sama untuk berbagai platform. Hal ini membuka peluang besar bagi penjahat siber untuk melakukan pembajakan akun secara massal hanya dengan satu kombinasi username dan password yang berhasil mereka curi.

Lebih mengkhawatirkan lagi, data yang bocor ini sangat rawan digunakan dalam serangan phishing yang dirancang agar tampak sangat meyakinkan. Dengan mengetahui platform apa yang digunakan korban, misalnya akun password Facebook, Google, atau PayPal—pelaku bisa mengirimkan email palsu yang terlihat resmi dan menggiring korban untuk kembali memasukkan data pribadi mereka. Itulah sebabnya kebocoran ini tak hanya berdampak pada kehilangan akses akun, tapi juga membuka jalan bagi kejahatan digital yang lebih serius.

Risiko Bagi Korban Kebocoran

Kebocoran data bukan sekadar isu teknis—dampaknya bisa sangat nyata dan merugikan individu maupun organisasi. Ketika password bocor, bukan hanya akses digital yang terganggu, tetapi juga reputasi, keamanan informasi pribadi, hingga keselamatan finansial seseorang bisa ikut terancam. Berikut adalah tiga risiko utama yang bisa dialami korban dari insiden kebocoran data dalam skala besar seperti ini:

Akun Bisa Dibajak

Salah satu risiko password bocor yang paling umum adalah pembajakan akun. Ketika informasi login seperti email dan password jatuh ke tangan yang salah, pelaku dapat langsung mengakses akun korban tanpa hambatan. Ini bisa berdampak serius, terutama jika akun yang dibobol terkait dengan komunikasi kerja, transaksi keuangan, atau identitas digital. Dalam banyak kasus, pembajakan akun menjadi titik awal dari serangkaian kejahatan digital lainnya, mulai dari pengiriman spam, penyebaran malware, hingga penipuan kepada kontak-kontak korban.

Potensi Serangan Ransomware dan Rekayasa Sosial

Setelah akun berhasil dibobol, pelaku kejahatan siber sering memanfaatkannya untuk menyebarkan ransomware atau melakukan rekayasa sosial (social engineering). Dalam skenario ransomware, pelaku mengenkripsi data korban dan meminta tebusan agar data bisa dikembalikan. Sementara itu, melalui rekayasa sosial, pelaku bisa berpura-pura menjadi korban atau pihak terpercaya untuk menipu orang lain, mencuri lebih banyak data, atau mengelabui pengguna agar memasukkan informasi tambahan melalui phishing. Kombinasi teknik ini sering kali digunakan secara bertahap, menjadikan kerugian semakin luas.

Risiko Ganda Jika Password Digunakan di Banyak Platform

Banyak orang masih menggunakan password yang sama untuk berbagai akun di platform berbeda. Dalam kasus seperti ini, satu kebocoran saja bisa berakibat fatal karena pelaku dapat mencoba kredensial yang sama di layanan lain seperti email, e-commerce, hingga akun dompet digital. Praktik ini dikenal sebagai credential stuffing, dan sering berhasil karena pengguna jarang mengganti atau membedakan kata sandinya. Akibatnya, dampak password bocor bisa menyebar lintas platform dengan cepat, menjadikan pengguna semakin rentan terhadap pembajakan akun dan penipuan lanjutan.

Langkah Perlindungan: Apa yang Harus Anda Lakukan?

Jika Anda termasuk pengguna salah satu platform yang datanya tercantum dalam kebocoran ini, penting untuk segera mengambil tindakan pencegahan. Mengabaikan masalah password bocor hanya akan memperbesar risiko kejahatan siber di kemudian hari. Berikut adalah beberapa langkah perlindungan yang dapat Anda lakukan untuk mengamankan akun dari potensi penyalahgunaan:

Ganti Password Secepatnya Jika Anda Pengguna Platform Terdampak

Langkah pertama yang paling mendesak adalah segera mengganti password Anda, terutama jika Anda memiliki akun di platform yang disebut dalam temuan, seperti Facebook, Google, atau Apple. Jangan menunggu hingga ada tanda-tanda pembajakan terjadi. Gantilah password dengan kombinasi yang lebih aman untuk mencegah akses tidak sah dari pihak ketiga. Ini adalah bentuk reaksi awal yang paling efektif dalam menghadapi password bocor.

Gunakan Password yang Kuat dan Unik untuk Setiap Akun

Menggunakan password yang sama untuk banyak akun adalah kesalahan umum yang sering dimanfaatkan oleh pelaku siber melalui metode seperti credential stuffing. Pastikan setiap akun memiliki password yang berbeda, panjang (minimal 12 karakter), dan terdiri dari kombinasi huruf besar-kecil, angka, serta simbol. Kebiasaan ini adalah solusi password bocor yang paling mendasar namun sangat efektif dalam memutus rantai risiko dari satu akun ke akun lainnya.

Aktifkan 2FA (Two-Factor Authentication)

Tak kalah penting, Anda disarankan untuk mengaktifkan autentikasi dua faktor (2FA) di semua akun yang mendukung fitur ini. 2FA menambahkan lapisan keamanan tambahan dengan meminta kode verifikasi dari perangkat lain selain password, sehingga meskipun password Anda bocor, pelaku tetap tidak bisa login tanpa kode tersebut. Ini adalah salah satu cara paling ampuh untuk mengamankan akun dari serangan siber.

Hindari Menyimpan Password dalam Browser Tanpa Perlindungan

Banyak pengguna menyimpan password secara otomatis di browser karena alasan praktis. Namun, jika perangkat Anda tidak dilindungi dengan baik, data ini bisa diakses oleh malware atau orang lain yang menggunakan perangkat Anda. Gunakan password manager yang memiliki sistem enkripsi kuat, dan hindari fitur penyimpanan password bawaan browser tanpa keamanan tambahan. Ini adalah langkah sederhana namun penting untuk menghindari kebocoran data dari sisi perangkat pribadi Anda.

Pentingnya Kesadaran Keamanan Siber bagi Semua Pengguna

Kesadaran keamanan siber bukan lagi hal yang hanya relevan bagi tim IT atau pakar teknologi—setiap pengguna internet, baik individu maupun profesional, perlu memahami risikonya. Edukasi tentang bagaimana kebocoran data bisa terjadi, termasuk peran malware seperti infostealer yang mencuri data pribadi secara diam-diam, menjadi kunci untuk mencegah insiden yang lebih besar. Ketika pengguna paham bagaimana ancaman bekerja dan apa saja tanda-tandanya, mereka akan lebih siap mengambil tindakan preventif seperti menggunakan password yang aman, tidak asal klik tautan mencurigakan, dan waspada terhadap email phishing. Semua ini berdampak langsung pada keamanan akun masing-masing.

Di sisi lain, organisasi juga memegang peran penting dalam menciptakan budaya aman digital. Tidak cukup hanya mengandalkan sistem keamanan teknis—harus ada program keamanan siber yang berkelanjutan, termasuk pelatihan rutin bagi karyawan dan pemeriksaan berkala melalui audit keamanan. Ini bukan hanya soal mematuhi regulasi, tapi memastikan bahwa data pengguna dilindungi secara proaktif. Dengan sinergi antara kesadaran individu dan komitmen organisasi, risiko kebocoran data bisa ditekan secara signifikan.

Baca juga: API Key dan Password Bocor di Dataset AI, Bagaimana Mencegahnya?

Kesimpulan

Kasus password bocor yang melibatkan 184 juta akun dari berbagai platform besar menjadi pengingat serius bahwa siapapun bisa menjadi korban serangan siber. Temuan ini menunjukkan bagaimana data sensitif dapat tersebar luas akibat malware infostealer dan sistem penyimpanan yang tidak aman. Untungnya, ada banyak langkah yang dapat dilakukan untuk melindungi diri, mulai dari mengganti password secara berkala hingga mengaktifkan autentikasi dua faktor. Jangan tunggu hingga akun Anda dibajak—ambil tindakan sejak sekarang dengan menerapkan solusi kebocoran data yang telah dibahas, dan jadikan keamanan digital sebagai bagian penting dari rutinitas Anda sehari-hari.