Di era digital seperti sekarang, ancaman siber bagi perusahaan tidak hanya datang dari malware atau ransomware — namun juga dari metode yang memanfaatkan kelemahan manusia yaitu melalui manipulasi lewat email bisnis. Salah satu bentuk paling merugikan dan semakin sering terjadi adalah Business Email Compromise (BEC). Serangan ini memanfaatkan kepercayaan dan struktur organisasi untuk memancing korban melakukan tindakan seperti mentransfer dana atau membocorkan data penting. Dalam banyak kasus, kerugian bisa mencapai jutaan hingga puluhan juta dolar. Memahami cara kerja dan dampaknya menjadi penting agar perusahaan bisa membangun pertahanan yang efektif — terutama di tengah semakin canggihnya teknik penipuan siber.
Business Email Compromise (BEC) adalah bentuk penipuan siber yang memanfaatkan kepercayaan dalam hubungan profesional. Pelaku biasanya menyamar sebagai pihak tepercaya seperti pimpinan perusahaan (CEO, CFO), rekan kerja, vendor, atau mitra bisnis untuk menipu korban agar melakukan tindakan tertentu, misalnya mentransfer uang ke rekening palsu atau membocorkan data rahasia perusahaan. Menurut laporan IBM dan ThreatMark, serangan jenis ini tergolong canggih karena pelaku kerap menghabiskan waktu untuk mempelajari struktur organisasi dan pola komunikasi korban sebelum melancarkan aksinya.
Berbeda dengan phishing massal yang dikirim secara acak ke banyak orang, serangan BEC bersifat sangat personal dan terarah. Email yang digunakan sering kali dirancang menyerupai pesan asli dari pihak berwenang di dalam organisasi. Dalam beberapa kasus, penyerang bahkan menggunakan istilah atau format email yang persis sama seperti yang biasa digunakan perusahaan. Inilah sebabnya BEC sering disebut sebagai bentuk lanjutan dari spear phishing atau whaling, terutama jika sasarannya adalah pejabat eksekutif atau pengambil keputusan utama. Data dari Cisco dan FBI IC3 menunjukkan bahwa pendekatan yang spesifik ini membuat BEC jauh lebih efektif dibandingkan bentuk penipuan siber lainnya.
Tantangan terbesar dari BEC adalah tingkat kemiripannya dengan komunikasi bisnis yang sah. Banyak serangan terjadi melalui akun email yang benar-benar dikompromi, bukan domain palsu yang mudah dikenali. Hal ini membuat deteksi otomatis oleh sistem keamanan menjadi sulit, dan keberhasilan pencegahan sangat bergantung pada kewaspadaan pengguna. Karena itu, perusahaan perlu memperkuat kesadaran karyawan dan memastikan adanya proses verifikasi berlapis setiap kali menerima instruksi keuangan atau permintaan data sensitif melalui email.
Baca juga: Paket npm Palsu Menyamar Postmark MCP Curi Email Pengguna
Sebelum menjalankan aksinya, pelaku Business Email Compromise biasanya melakukan perencanaan matang untuk memahami pola komunikasi, jabatan penting, dan alur kerja di perusahaan target. Serangan ini bukan dilakukan secara acak, melainkan dirancang agar tampak alami dan selaras dengan gaya komunikasi bisnis sehari-hari. Dengan strategi yang rapi dan riset mendalam, pelaku dapat menipu korban tanpa menimbulkan kecurigaan sedikit pun. Proses serangan BEC biasanya melibatkan beberapa tahapan berikut:
Tergantung pada konteks perusahaan seperti ukuran organisasi, struktur keuangan, serta tingkat kontrol internal — BEC bisa menargetkan bisnis besar maupun usaha kecil. Serangan biasanya dirancang secara spesifik agar selaras dengan proses bisnis dan gaya komunikasi target, sehingga tingkat keberhasilannya sangat tinggi dan sering kali baru disadari setelah kerugian terjadi.
Serangan Business Email Compromise (BEC) sering kali tampak sederhana di permukaan, tetapi justru di situlah letak bahayanya. Tidak seperti serangan phishing tradisional yang biasanya melibatkan tautan berbahaya atau lampiran mencurigakan, BEC sering kali hanya menggunakan email teks biasa tanpa elemen teknis berisiko tinggi. Karena tidak ada malware yang disisipkan, banyak sistem keamanan dan alat penyaring email gagal mendeteksinya. Hal ini membuat pesan BEC terlihat seperti email bisnis normal yang lolos dari filter keamanan dan masuk langsung ke kotak masuk karyawan.
Karena itu, BEC bukan sekadar masalah teknis yang bisa diselesaikan dengan memperkuat sistem keamanan. Ancaman ini berakar pada kombinasi antara kelemahan manusia dan proses internal perusahaan. Dua faktor tersebut membuat BEC jauh lebih sulit “ditambal” dibandingkan serangan siber lain yang berbasis teknis, dan hanya bisa dicegah melalui peningkatan kewaspadaan serta budaya verifikasi di seluruh lapisan organisasi.
Serangan Business Email Compromise (BEC) tidak hanya mencuri uang, tetapi juga mengguncang stabilitas keuangan dan operasional perusahaan. Data dari FBI Internet Crime Complaint Center (IC3) menunjukkan bahwa pada tahun 2023 saja, total kerugian akibat BEC mencapai lebih dari USD 2,9 miliar. Dalam periode 2022–2024, nilai kerugian global bahkan melonjak hingga mendekati USD 8,5 miliar. Angka tersebut menjadikan BEC sebagai salah satu ancaman siber dengan dampak finansial terbesar di dunia, melampaui jenis serangan seperti ransomware dalam banyak kasus.
Kerugian rata-rata per insiden BEC diperkirakan mencapai antara USD 120.000 hingga USD 183.000, tergantung pada modus yang digunakan — mulai dari penipuan invoice hingga penyalahgunaan akun vendor. Bagi perusahaan besar, kerugian tersebut mungkin masih dapat diserap sebagai biaya risiko, tetapi bagi usaha kecil dan menengah, satu insiden saja bisa berakibat fatal. Ada kasus di mana perusahaan terpaksa menutup operasionalnya setelah seluruh dana kerja tersedot ke rekening penipu. Hal ini menunjukkan bahwa dampak BEC tidak hanya bersifat moneter, tetapi juga dapat mengancam kelangsungan hidup bisnis.
Selain kehilangan dana secara langsung, perusahaan juga harus menanggung konsekuensi tidak langsung seperti gangguan operasional, biaya investigasi internal, potensi tuntutan hukum, dan kerusakan reputasi. Reputasi yang tercoreng sering kali lebih sulit dipulihkan dibandingkan kerugian uang itu sendiri, terutama jika serangan melibatkan kebocoran data pelanggan atau mitra bisnis. Di Indonesia, misalnya, kasus penipuan bergaya BEC pada 2025 menyebabkan kerugian hingga Rp 1,6 miliar dan menjadi peringatan bahwa ancaman ini tidak mengenal batas geografis. Dengan kompleksitas dan skala kerugian yang besar, BEC membuktikan bahwa serangan berbasis manipulasi sosial dan kelemahan proses internal bisa jauh lebih berbahaya daripada serangan teknis yang terlihat canggih.
Serangan Business Email Compromise (BEC) hadir dalam berbagai bentuk dan taktik yang disesuaikan dengan kelemahan organisasi. Setiap modus memiliki pola penipuan yang berbeda, namun tujuannya sama: mengelabui korban agar melakukan tindakan yang menguntungkan pelaku. Pemahaman terhadap jenis-jenis modus ini sangat penting agar perusahaan dapat mengenali pola serangan lebih awal dan mencegah kerugian yang lebih besar. Beberapa modus BEC yang sering ditemui antara lain:
Taktik-taktik di atas sering dikombinasikan dengan riset sosial, teknik spoofing domain atau alamat email, serta elemen urgensi agar korban merasa harus segera bertindak. Kombinasi antara tekanan waktu, rasa percaya, dan tampilan profesional inilah yang membuat serangan BEC begitu sulit dideteksi dan sangat berbahaya bagi setiap jenis organisasi.
Karena serangan Business Email Compromise (BEC) memanfaatkan kelemahan manusia dan proses internal — bukan hanya celah teknis — maka pendekatan pencegahan harus bersifat menyeluruh. Artinya, perusahaan perlu memperkuat kesadaran individu, menegakkan kebijakan verifikasi, dan memastikan sistem keamanan email berjalan optimal. Upaya ini tidak bisa dilakukan sekali, melainkan harus menjadi bagian dari budaya keamanan yang terus dibangun di seluruh lapisan organisasi. Berikut beberapa langkah pencegahan dan mitigasi yang dapat diterapkan:
Pencegahan terhadap Business Email Compromise bukan sekadar soal teknologi, tetapi juga disiplin, kesadaran, dan kepedulian setiap individu di dalam organisasi. Kombinasi antara sistem keamanan yang kuat, prosedur verifikasi yang konsisten, serta pelatihan kesadaran siber yang berkelanjutan akan menjadi benteng utama perusahaan dalam menghadapi ancaman BEC yang semakin canggih dan sulit dideteksi.
Baca juga: Dampak Finansial Perusahaan dari Insiden Kebocoran Data Pribadi
Business Email Compromise (BEC) bukan sekadar masalah teknis, melainkan perpaduan antara manipulasi sosial, kelengahan manusia, dan kelemahan dalam proses bisnis. Dengan kerugian global yang terus meningkat, ancaman ini bisa menimpa organisasi dari berbagai skala. Perlindungan terbaik bukan hanya dari teknologi, tetapi dari budaya keamanan yang kuat, pelatihan kesadaran yang berkelanjutan, serta prosedur verifikasi yang disiplin. Setiap perusahaan sebaiknya mulai melakukan risk assessment dan simulasi serangan BEC agar tim tahu cara merespons dengan cepat dan tepat ketika ancaman nyata terjadi.