<img height="1" width="1" style="display:none" src="https://www.facebook.com/tr?id=2253229985023706&amp;ev=PageView&amp;noscript=1">

back to HRMI

Paket npm Palsu Menyamar Postmark MCP Curi Email Pengguna

Read Time 7 mins | 03 Nov 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa

Paket npm palsu yang meniru Postmark MCP

Sebuah insiden mengejutkan mengguncang komunitas developer ketika ditemukan paket npm palsu yang meniru proyek resmi Postmark MCP, dengan tujuan utama untuk mencuri email pengguna. Dalam pembaruan terbarunya, hanya satu baris kode tambahan sudah cukup untuk membuka jalan bagi peretas menyalin seluruh komunikasi email dari ribuan pengguna tanpa sepengetahuan mereka. Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa di dunia pengembangan open source, kewaspadaan terhadap sumber paket npm yang digunakan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan demi menjaga keamanan data dan reputasi aplikasi.

Memahami Fungsi Asli Postmark MCP Sebelum Terjadi Penyalahgunaan

Postmark MCP adalah implementasi dari Model Context Protocol (MCP) — sebuah standar terbuka yang memungkinkan AI assistant berinteraksi langsung dengan alat, API, dan basis data eksternal secara aman dan terstruktur. Tujuan utama MCP adalah membuat AI dapat menjalankan perintah atau mengambil data dari layanan pihak ketiga tanpa perlu integrasi manual yang rumit. Dalam konteks ini, Postmark MCP berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan AI assistant dengan layanan Postmark, yaitu platform pengiriman email transactional yang banyak digunakan oleh developer dan perusahaan.

Melalui Postmark MCP, AI dapat mengirim email atas nama pengguna atau aplikasi secara otomatis, misalnya untuk mengirim notifikasi, verifikasi, atau laporan sistem. Karena bekerja di lapisan koneksi langsung antara AI dan layanan email, MCP diberi hak akses yang sangat tinggi — termasuk otorisasi untuk membaca dan mengirim email menggunakan kredensial pengguna. Inilah sebabnya, jika MCP disalahgunakan atau disusupi kode berbahaya, dampaknya bisa sangat serius: mulai dari kebocoran data pribadi hingga penyalahgunaan akun pengguna.

Kasus paket npm palsu yang meniru Postmark MCP menjadi bukti nyata bahwa kepercayaan terhadap sumber kode adalah faktor krusial dalam keamanan. Developer harus selalu memastikan bahwa paket yang digunakan berasal dari repository resmi di GitHub atau npm, memeriksa changelog sebelum memperbarui versi, serta menjalankan pengujian di lingkungan terisolasi. Langkah-langkah sederhana ini dapat menjadi pembeda antara sistem yang aman dan insiden kebocoran data besar-besaran.

Baca juga: Cara EvilAI Menipu Pengguna Lewat Tampilan Aplikasi AI Asli

Dari Versi Aman ke Versi Berbahaya: Bagaimana Paket Palsu Menyusup

Kasus ini pertama kali terungkap oleh Koi Security, yang menemukan adanya perubahan mencurigakan pada paket Postmark MCP di npm versi 1.0.16. Selama 15 versi sebelumnya, paket tersebut sepenuhnya aman dan identik dengan versi resmi di GitHub. Namun, pada versi terbaru, sang pengembang menambahkan satu baris kode berbahaya yang secara diam-diam mengirim seluruh komunikasi email pengguna ke domain eksternal giftshop[.]club—alamat yang ternyata terhubung dengan akun pengembang yang sama.

Dalam waktu hanya satu minggu, versi berbahaya ini telah diunduh sekitar 1.500 kali oleh pengguna npm yang tidak curiga karena tampilan dan deskripsinya identik dengan proyek asli. Dengan reputasi pengembang yang tampak sah dan deskripsi paket yang meyakinkan, banyak developer menganggapnya sebagai versi porting resmi, tanpa menyadari bahwa mereka sedang membuka celah besar bagi pencurian data. Akibat dari serangan ini sangat berpotensi fatal, meliputi:

  • Kebocoran password reset dan kode 2FA (autentikasi dua faktor)
  • Penyadapan isi email pribadi dan profesional
  • Eksposur informasi finansial dan data pelanggan sensitif

Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa bahkan satu baris kode tambahan dalam pembaruan kecil bisa menjadi pintu masuk besar bagi kejahatan siber.

Mengapa Satu Baris Kode Bisa Sebegitu Berbahaya

Yang membuat kasus ini begitu berbahaya adalah karena MCP (Model Context Protocol) dijalankan dengan hak akses tinggi, memungkinkan sistem untuk mengeksekusi perintah langsung tanpa banyak pembatasan keamanan. Dalam konteks Postmark MCP, protokol ini memiliki izin untuk mengakses dan mengirim email pengguna atas nama aplikasi atau asisten AI. Artinya, jika ada kode berbahaya yang disisipkan, perintah untuk menyalin atau meneruskan seluruh isi email bisa berjalan tanpa perlu izin tambahan — bahkan tanpa terdeteksi oleh pengguna maupun administrator.

Masalahnya diperparah dengan minimnya mekanisme sandboxing dan oversight dalam implementasi MCP di banyak server. Tanpa lingkungan terisolasi, kode pihak ketiga dapat berjalan di sistem utama, membuat serangan seperti eksfiltrasi data menjadi sangat mudah dilakukan. Pengembang sering kali fokus pada fungsionalitas dan lupa bahwa dependensi yang tampak sah dapat membawa risiko besar ketika tidak diaudit secara menyeluruh. Inilah celah yang dimanfaatkan oleh pelaku di balik paket npm palsu Postmark MCP.

Dampaknya tidak bisa diremehkan — data sensitif seperti komunikasi pribadi, informasi finansial, dan kredensial bisnis bisa terekspos dalam hitungan detik. Lebih dari sekadar pelanggaran privasi, serangan seperti ini dapat mengakibatkan pencurian identitas, kebocoran rahasia perusahaan, hingga penyalahgunaan akun pelanggan. Satu baris kode mungkin terlihat sepele, tapi dalam konteks sistem dengan izin luas seperti MCP, ia bisa menjadi pemicu bencana digital.

Langkah yang Dilakukan Setelah Kasus Terbongkar

Setelah temuan ini dipublikasikan oleh Koi Security, tim peneliti segera menghubungi pengembang paket tersebut untuk meminta klarifikasi mengenai keberadaan kode berbahaya di versi terbaru Postmark MCP. Namun, tidak ada tanggapan yang diberikan oleh pihak pengembang, meskipun indikasi keterlibatan langsung cukup kuat karena domain penerima data (giftshop[.]club) masih berada di bawah kendali akun yang sama. Situasi ini memicu kekhawatiran serius di komunitas developer mengenai lemahnya verifikasi identitas penerbit di platform npm.

Tak lama setelah laporan resmi dirilis, npm bertindak cepat dengan menghapus paket berbahaya dari repositori publik untuk mencegah lebih banyak pengguna terpapar. Langkah ini disertai dengan imbauan agar developer melakukan audit ulang terhadap dependensi mereka, terutama jika pernah mengunduh versi 1.0.16. Walau begitu, kerusakan potensial sudah terlanjur terjadi karena ribuan unduhan sempat berlangsung selama periode satu minggu sebelum penghapusan.

Sebagai langkah pencegahan, Koi Security merekomendasikan agar pengguna yang terdampak segera menghapus paket tersebut dari sistem mereka, mengganti seluruh kredensial yang mungkin terekspos, dan memantau aktivitas server untuk mendeteksi adanya anomali. Audit menyeluruh terhadap semua MCP server juga disarankan, termasuk memastikan bahwa versi yang digunakan benar-benar bersih dan berasal dari sumber resmi. Langkah-langkah ini penting untuk meminimalkan dampak lanjutan dan mencegah insiden serupa di masa depan.

Cara Melindungi Diri dari Paket npm Palsu dan Serangan Serupa

Sebagai respons atas insiden Postmark MCP palsu, ada beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang. Langkah-langkah ini tidak hanya berlaku bagi pengembang, tetapi juga bagi organisasi yang bergantung pada ekosistem open source dalam operasionalnya. Tujuannya adalah membangun kebiasaan verifikasi dan pengujian yang sistematis sebelum mempercayai suatu paket atau pembaruan.

  • Hapus segera paket postmark-mcp
    Jika pernah menginstalnya, segera hapus paket tersebut dari proyek dan sistem Anda. Versi berbahaya mungkin masih berjalan di latar belakang dan tetap bisa mengakses data sensitif meskipun sudah tidak digunakan secara aktif.
  • Ganti seluruh kredensial dan password
    Segera ubah semua password, token API, dan kunci autentikasi yang terkait dengan proyek atau layanan yang pernah menggunakan paket ini. Langkah ini penting untuk mencegah akses ilegal lebih lanjut ke sistem Anda.
  • Audit seluruh MCP server
    Lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap server MCP untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan, seperti koneksi keluar ke domain yang tidak dikenal (giftshop[.]club misalnya). Pastikan tidak ada data yang masih dikirim ke pihak luar.
  • Gunakan container atau sandbox untuk pengujian
    Sebelum menginstal atau memperbarui paket baru, uji terlebih dahulu di lingkungan terisolasi seperti Docker container atau sandbox. Dengan begitu, jika terdapat kode berbahaya, dampaknya tidak akan menjalar ke sistem utama.
  • Periksa changelog dan source code secara rutin
    Jangan langsung memperbarui versi paket tanpa membaca catatan perubahan (changelog). Bandingkan kode antara versi lama dan baru untuk mendeteksi adanya tambahan mencurigakan — terutama di bagian fungsi komunikasi atau autentikasi.

Dengan menerapkan lima langkah di atas secara disiplin, pengembang dapat mengurangi risiko besar dari serangan rantai pasokan seperti ini. Keamanan tidak hanya bergantung pada sistem yang kuat, tetapi juga pada kebiasaan waspada setiap kali mempercayakan kode dari pihak ketiga.

Apa yang Bisa Dipelajari dari Kasus Postmark MCP

Kasus Postmark MCP palsu memberikan pelajaran berharga bagi dunia AI dan DevOps yang kini semakin bergantung pada ekosistem open source. Satu insiden kecil ini membuktikan bahwa kepercayaan tanpa verifikasi bisa menjadi titik lemah terbesar dalam rantai keamanan modern. Bagi pengembang, perusahaan, maupun penyedia layanan AI, penting untuk memahami implikasi luas dari kejadian ini — bukan hanya dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi tata kelola dan kebiasaan keamanan yang perlu dibangun ulang.

Tantangan Keamanan di Era AI + Open Source

Integrasi antara AI dan open source membawa efisiensi luar biasa, namun juga memperluas permukaan serangan. AI assistant kini memiliki kemampuan eksekusi langsung terhadap kode, API, dan database, yang berarti setiap celah di paket open source bisa menjadi pintu masuk bagi peretas. Tantangan utamanya bukan hanya pada teknologi, tetapi juga pada kecepatan distribusi pembaruan yang sering kali tidak sempat diaudit secara mendalam sebelum digunakan.

Risiko Tinggi dari Dependensi Pihak Ketiga

Banyak proyek DevOps dan AI modern bergantung pada ribuan paket pihak ketiga di npm, PyPI, atau GitHub. Setiap dependensi membawa potensi risiko jika pengembangnya tidak diverifikasi atau jika repository-nya diambil alih pihak lain. Serangan supply chain seperti ini sulit dideteksi karena kode berbahaya disisipkan secara halus, seolah menjadi bagian dari pembaruan rutin. Oleh karena itu, organisasi perlu menerapkan sistem pemantauan dan whitelist untuk setiap paket yang digunakan.

Pentingnya Verifikasi Repository dan Digital Signature

Satu langkah krusial yang sering diabaikan adalah memastikan sumber kode berasal dari repository resmi dan memiliki tanda tangan digital (digital signature) yang valid. Dengan verifikasi ini, developer dapat membedakan antara proyek asli dan tiruannya. Platform seperti npm dan GitHub juga perlu memperkuat mekanisme identitas pengembang agar kasus impersonasi seperti Postmark MCP tidak terulang.

Dorongan untuk Framework Keamanan MCP di Masa Depan

Insiden ini menjadi peringatan bahwa Model Context Protocol (MCP), sebagai teknologi baru dalam dunia AI, membutuhkan framework keamanan tersendiri. Diperlukan standar untuk pembatasan izin, pemantauan aktivitas AI assistant, dan audit otomatis terhadap perintah yang dieksekusi. Tanpa kerangka tersebut, MCP bisa menjadi target empuk bagi pelaku siber yang memanfaatkan kepercayaan terhadap sistem otomatis.

Pada akhirnya, kasus Postmark MCP bukan hanya soal satu paket berbahaya, tetapi refleksi dari betapa rapuhnya rantai kepercayaan dalam ekosistem AI dan DevOps. Dengan langkah-langkah pencegahan, verifikasi sumber, dan pembentukan standar keamanan baru, komunitas teknologi dapat menjadikan insiden ini sebagai momentum untuk memperkuat fondasi keamanan bersama.

Baca juga: Fakta Vane Viper: Jaringan Malware Global yang Didukung oleh DNS

Kesimpulan

Kasus paket npm palsu Postmark MCP menjadi pengingat kuat bahwa ancaman siber tidak selalu datang dari celah besar, melainkan bisa tersembunyi di balik satu baris kode sederhana. Insiden ini menunjukkan betapa mudahnya kepercayaan developer terhadap paket open source disalahgunakan untuk mencuri ribuan email dan data sensitif pengguna.

Karena itu, kewaspadaan harus menjadi lapisan pertama keamanan—mulai dari memverifikasi sumber paket, melakukan pengujian di sandbox, hingga menerapkan audit rutin setiap kali memperbarui dependensi. Di era keterbukaan kode seperti sekarang, kehati-hatian bukan sekadar sikap defensif, melainkan bentuk tanggung jawab untuk melindungi ekosistem digital secara kolektif.

Satu Solusi Kelola Keamanan Siber Karyawan Secara Simple & Otomatis

Nur Rachmi Latifa

Penulis yang berfokus memproduksi konten seputar Cybersecurity, Privacy dan Human Cyber Risk Management.

WhatsApp Icon Mira