Bayangkan Anda sedang mengecek rekening dan tiba-tiba melihat sejumlah uang masuk tanpa alasan yang jelas. Sekilas mungkin terasa seperti rezeki nomplok, tapi hati-hati—bisa jadi ini justru awal dari sebuah modus penipuan yang sedang marak. Baru-baru ini, viral di platform X sejumlah cerita warganet yang mengaku menerima transfer uang misterius ke rekening mereka, lalu tak lama kemudian dihubungi oleh seseorang yang mengaku telah “salah transfer” dan meminta agar dana tersebut dikembalikan. Meski terdengar sepele, kenyataannya banyak korban justru terseret ke dalam skema pinjaman online ilegal, bahkan menghadapi tekanan dan ancaman hukum akibat pengembalian uang tersebut. Dalam artikel ini, kita akan kupas tuntas bagaimana modus ini bekerja, siapa saja yang rentan menjadi korban, dan langkah-langkah penting untuk menghindarinya.
Modus penipuan salah transfer adalah salah satu bentuk kejahatan digital yang semakin marak terjadi di tengah masyarakat. Dalam skema ini, pelaku secara sengaja mentransfer sejumlah uang ke rekening korban, lalu menghubungi korban dan berpura-pura bahwa telah terjadi kesalahan transfer. Pelaku akan memohon atau menuntut agar uang tersebut segera dikembalikan, sering kali dengan alasan yang meyakinkan seperti sedang dalam kondisi darurat atau tekanan waktu.
Di permukaan, permintaan tersebut tampak masuk akal—terutama jika Anda merasa tidak pernah berurusan dengan uang itu. Namun di baliknya, ada jebakan yang dirancang rapi. Uang yang ditransfer ke rekening Anda bisa saja berasal dari pinjaman online ilegal yang diajukan atas nama Anda sendiri. Artinya, meskipun Anda telah "mengembalikan" uang tersebut, Anda tetap terdaftar sebagai peminjam dan akan menerima tagihan dari penyedia pinjol ilegal tersebut.
Skema ini memanfaatkan celah kepercayaan dan ketidaktahuan korban. Pelaku bisa menyamar sebagai customer service bank, menekan korban dengan ancaman hukum, atau berpura-pura sebagai orang biasa yang sedang panik. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali pola ini sebagai bentuk modus penipuan dan tidak langsung tergerak untuk mengembalikan uang yang masuk tanpa alasan jelas.
Baca juga: Data Bocor ke Pinjol Ilegal? Ini Cara Menghindarinya
Pelaku penipuan dengan modus uang masuk ke rekening sering kali menggunakan berbagai bentuk manipulasi psikologis untuk membuat korban merasa bersalah, terdesak, atau bahkan takut. Tujuannya adalah agar korban segera mengembalikan uang tersebut tanpa sempat berpikir kritis atau melakukan verifikasi. Berikut tiga bentuk manipulasi yang paling umum digunakan dalam modus penipuan ini:
Salah satu trik yang kerap digunakan pelaku adalah menyamar sebagai petugas layanan pelanggan dari bank. Mereka biasanya menghubungi korban melalui telepon atau pesan singkat dengan nada formal dan menggunakan informasi teknis agar terdengar meyakinkan. Pelaku akan mengatakan bahwa telah terjadi kesalahan sistem atau transfer tidak sengaja, dan mengarahkan korban untuk segera mentransfer kembali dana tersebut ke rekening yang mereka sediakan. Karena tampak seperti komunikasi resmi, banyak korban yang terperdaya tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu ke pihak bank yang sebenarnya.
Pelaku juga sering menciptakan situasi yang tampak mendesak, seperti mengaku bahwa uang yang tertransfer adalah untuk biaya rumah sakit, kebutuhan keluarga, atau hal-hal emosional lainnya. Taktik ini dimaksudkan untuk menekan empati korban, agar mereka segera bertindak tanpa pikir panjang. Dalam kondisi panik atau kasihan, korban akhirnya mentransfer kembali uang tersebut, padahal uang itu bisa jadi berasal dari pinjaman online ilegal yang justru mengikat korban secara hukum.
Jika dua metode sebelumnya tidak berhasil, pelaku tidak segan beralih ke pendekatan yang lebih agresif. Mereka akan mengancam korban dengan ancaman hukum, mengatakan bahwa korban bisa dipidanakan karena dianggap menyimpan uang yang bukan miliknya. Intimidasi semacam ini sangat efektif untuk membuat korban merasa bersalah dan takut akan konsekuensi hukum, apalagi jika korban tidak memahami hak-haknya. Padahal dalam konteks modus penipuan, ancaman tersebut hanya trik manipulatif agar korban segera mengirimkan uang ke pelaku.
Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan unggahan viral di platform X yang memperlihatkan seorang warganet menerima uang dalam jumlah besar secara tiba-tiba ke rekening pribadinya dari aplikasi pinjol. Yang mengherankan, korban tidak pernah mengajukan pinjaman apa pun. Saat ia berniat mengembalikan dana tersebut karena merasa tidak berhak, pihak aplikasi pinjaman justru menolak pengembalian langsung dan meminta agar uang dikembalikan lewat skema cicilan, seolah-olah korban memang meminjam uang tersebut. Merasa ada yang tidak beres, korban akhirnya melapor ke OJK untuk meminta bantuan dan klarifikasi.
Menanggapi maraknya kasus serupa, Polda Metro Jaya lewat akun Instagram resminya @siberpoldametrojaya pada 19 Mei 2025 mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap modus penipuan salah transfer. Dijelaskan bahwa uang yang tiba-tiba masuk ke rekening bisa berasal dari pinjaman online ilegal yang diajukan menggunakan data pribadi korban. Jadi meskipun uangnya sudah dikembalikan, korban tetap dicatat sebagai peminjam oleh pihak pinjol, dan bisa saja ditagih secara hukum ataupun diteror oleh debt collector.
Modus seperti ini menunjukkan keterkaitan kuat antara penipuan salah transfer dan penyalahgunaan data oleh pinjaman online ilegal. Pelaku biasanya sudah memiliki data korban seperti nama, nomor HP, hingga KTP yang didapat dari kebocoran data. Dengan data tersebut, mereka mengajukan pinjaman atas nama korban, lalu mengirimkan uang ke rekening pribadi korban. Setelah dana dikembalikan, korban tetap terseret ke dalam tanggungan utang yang tidak pernah ia ajukan. Inilah mengapa OJK terus mengingatkan masyarakat agar hanya menggunakan layanan pinjol legal yang terdaftar dan berhati-hati jika mendapati uang masuk ke rekening tanpa alasan yang jelas.
Modus penipuan dengan skema salah transfer bukan hanya menjebak secara teknis, tapi juga menyisakan dampak serius bagi korban di berbagai aspek kehidupan. Di balik uang masuk ke rekening tanpa alasan yang tampaknya sepele, terdapat jebakan yang dapat memicu kerugian jangka panjang. Berikut ini adalah beberapa bahaya dan konsekuensi yang perlu diwaspadai dari modus penipuan ini:
Dampak paling langsung dari modus ini adalah kerugian uang. Banyak korban yang akhirnya mengembalikan dana yang sebetulnya bukan tanggung jawab mereka. Dalam beberapa kasus, uang yang dikembalikan itu justru dikirim ke rekening pelaku, bukan ke pihak yang sah. Selain itu, jika uang tersebut berasal dari pinjaman ilegal atas nama korban, maka korban harus menanggung pembayaran utang yang sebenarnya tidak pernah ia nikmati.
Bahaya lain yang mengintai adalah jebakan dari pinjaman online ilegal. Pelaku sering kali mengajukan pinjaman menggunakan data pribadi korban yang bocor, lalu mengirimkan dananya ke rekening korban. Ketika dana dikembalikan ke pelaku, pinjol tetap mencatat bahwa korban menerima pinjaman, dan proses penagihan tetap berjalan. Hal ini membuat korban secara tidak sadar masuk dalam lingkaran utang yang tidak pernah ia ajukan.
Terlibat dalam pinjaman online ilegal bisa merusak riwayat kredit korban. Meski tidak merasa mengajukan pinjaman, data tetap tercatat di SLIK OJK (BI Checking), apalagi jika terjadi tunggakan. Hal ini membuat korban kesulitan saat mengajukan kredit resmi, dan bisa berdampak pada proses rekrutmen di perusahaan yang mensyaratkan pemeriksaan BI Checking. Catatan kredit yang buruk dapat membuat calon pelamar dianggap berisiko dan kehilangan kesempatan karier, meskipun mereka adalah korban dari penipuan.
Korban juga bisa menghadapi tekanan dari pihak penagih utang. Karena data pinjaman menggunakan identitas korban, maka seluruh proses penagihan akan diarahkan kepada orang yang sebenarnya tidak tahu-menahu soal pengajuan pinjaman tersebut. Mulai dari telepon berkali-kali, pesan intimidatif, hingga kunjungan langsung ke rumah bisa dialami oleh korban, meskipun uang sudah dikembalikan.
Selain kerugian materi, modus ini juga berdampak besar pada kesehatan mental korban. Perasaan bingung, takut dituduh mencuri, atau cemas menghadapi ancaman hukum dan penagihan, dapat menimbulkan trauma yang berkepanjangan. Banyak korban yang mengaku mengalami gangguan tidur, stres, dan kecemasan berlebihan setelah menghadapi penipuan ini, apalagi jika tidak mendapat dukungan atau solusi hukum yang cepat.
Agar tidak menjadi korban dalam skema penipuan salah transfer, sangat penting untuk tetap tenang dan mengambil langkah yang tepat saat mendapati uang masuk ke rekening tanpa alasan yang jelas. Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghindari jebakan dari modus ini:
Saat menerima transfer uang dari pihak yang tidak dikenal, jangan terburu-buru mengembalikannya. Meski ada yang mengaku "salah transfer" dan mendesak untuk mengembalikan dana tersebut, bisa jadi itu bagian dari skema penipuan. Uang tersebut kemungkinan berasal dari pinjaman online ilegal atas nama Anda, dan jika dikembalikan begitu saja, Anda tetap akan dianggap sebagai pihak yang berutang. Kenali pola ini sebagai tanda bahaya, bukan sebagai bentuk empati yang perlu segera ditanggapi.
Langkah paling aman setelah menerima uang mencurigakan adalah segera menghubungi pihak bank melalui call center resmi. Jangan mengandalkan nomor yang diberikan oleh pihak yang menghubungi Anda, karena bisa jadi itu bagian dari modus. Bank akan membantu memverifikasi sumber dana dan memberi arahan prosedural yang benar agar Anda tidak terjebak dalam masalah hukum maupun finansial.
Apapun alasannya, jangan pernah membagikan informasi sensitif seperti PIN, OTP, password, atau data pribadi lainnya kepada orang yang mengaku dari bank atau pihak mana pun. Pelaku penipuan sering kali memanfaatkan momen panik untuk menggali informasi penting yang bisa mereka gunakan untuk meretas akun atau mengajukan pinjaman atas nama Anda.
Jika seseorang terus menekan atau mengancam Anda agar mengembalikan uang, segera blokir nomor mereka dan laporkan ke pihak berwenang. Anda bisa melapor ke OJK, kepolisian, atau layanan pengaduan pinjaman online ilegal. Semakin cepat Anda melapor, semakin besar peluang untuk menghentikan pergerakan pelaku dan mencegah kerugian lebih lanjut—baik bagi Anda maupun orang lain yang bisa menjadi target berikutnya.
Baca juga: 8 Modus Penipuan Online yang Lagi Marak di 2025 – Waspada!
Tidak semua uang yang tiba-tiba masuk ke rekening adalah rejeki—bisa jadi itu justru awal dari jebakan penipuan yang dirancang dengan cerdik. Di tengah maraknya modus penipuan modern seperti salah transfer, penting bagi kita untuk tetap waspada dan tidak gegabah mengambil keputusan. Edukasi digital dan pemahaman tentang keamanan data pribadi menjadi kunci utama agar kita tidak mudah dimanipulasi oleh pelaku yang memanfaatkan celah ketidaktahuan. Pernah mengalami hal serupa? Laporkan segera dan bagikan artikel ini agar lebih banyak orang terhindar dari penipuan sejenis.