Perilaku Manusia: Faktor Utama Dibalik Kebocoran Data
Read Time 5 mins | Written by: Hastin Lia
Data adalah aset penting bagi perusahaan di era modern. Data digital, seperti data pelanggan, data finansial, dan data operasional perusahaan, dapat menjadi sasaran mudah bagi pelaku kejahatan siber. Ketika data bocor, itu tidak hanya merugikan uang perusahaan, tetapi juga dapat merusak reputasi yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Sangat tinggi, biaya kebocoran data global rata-rata $4,24 juta per insiden, menurut laporan terbaru IBM.
Namun, fakta yang sering terabaikan adalah bahwa perilaku manusia adalah sumber utama kebocoran data, bukan serangan siber atau malware yang canggih. Lebih dari 80% insiden kebocoran data disebabkan oleh manusia, menurut data dari Laporan Investigasi Kebocoran Data Verizon tahun 2023. Ini menunjukkan bahwa perilaku karyawan dalam menghadapi ancaman siber juga penting, selain teknologi yang digunakan untuk melindungi data.
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana perilaku manusia berperan sebagai penyebab utama kebocoran data. Kita juga akan membahas contoh kesalahan umum yang sering dilakukan dan strategi proaktif untuk mencegahnya.
Faktor Perilaku Manusia yang Menyebabkan Kebocoran Data
1. Kelalaian dan Human Error
Kesalahan manusia atau kelalaian adalah penyebab utama kebocoran data. Kelalaian ini bisa berupa tindakan yang tampaknya kecil, seperti salah mengirimkan dokumen sensitif ke penerima yang salah atau secara tidak sengaja mempublikasikan dokumen internal yang seharusnya dirahasiakan. Selain itu, phishing email, yang tampaknya berasal dari sumber terpercaya tetapi mengandung tautan berbahaya, adalah salah satu kesalahan umum yang menyebabkan kebocoran data di banyak perusahaan.
Sebuah penelitian oleh Ponemon Institute menemukan bahwa 24% kebocoran data berasal dari kesalahan manusia; ini termasuk perangkat yang hilang, konfigurasi sistem yang salah, dan tindakan ceroboh karyawan. Meskipun seringkali tidak disadari, kesalahan ini dapat sangat berbahaya.
2. Kurangnya Pemahaman atau Kesadaran Keamanan
Faktor lain yang berkontribusi pada kebocoran data adalah kesadaran karyawan yang rendah tentang keamanan siber. Banyak pekerja tidak menyadari pentingnya menjaga keamanan informasi, terutama di dunia yang semakin bergantung pada teknologi digital. Karyawan mungkin tidak tahu apa itu phishing, ransomware, atau bagaimana melindungi data dari serangan siber jika mereka tidak dilatih dengan benar.
Penggunaan password yang lemah adalah contoh umum dari ketidaksadaran ini. Banyak karyawan masih menggunakan password yang mudah ditebak atau bahkan menggunakan password yang sama untuk beberapa akun, meskipun perusahaan mungkin telah membuat kebijakan password yang kuat. Ini memungkinkan penyerang siber mendapatkan data penting perusahaan.
3. Penggunaan Teknologi Tanpa Keamanan yang Tepat
Risiko kebocoran data meningkat karena semakin banyak bisnis yang memungkinkan karyawan mereka bekerja dari rumah atau menggunakan perangkat pribadi mereka. Jika perangkat pribadi tidak dilindungi dengan baik, pelaku kejahatan siber dapat masuk. Misalnya, serangan Man-in-the-Middle (MitM) dapat mengambil data pribadi karyawan jika mereka mengakses email perusahaan atau dokumen penting dari jaringan Wi-Fi publik yang tidak aman.
Jika kebijakan Bring Your Own Device (BYOD) tidak disertai dengan prosedur keamanan yang tepat, ada kemungkinan data akan bocor. Pihak yang tidak berwenang dapat dengan mudah mengakses data bisnis jika tidak dienkripsi dengan baik atau dilindungi dengan baik.
4. Motivasi Internal dan Ancaman Orang Dalam (Insider Threat)
Ancaman dari orang dalam juga termasuk kesalahan yang tidak disengaja. Orang dalam yang dimaksud mungkin kontraktor, mitra bisnis, mantan karyawan, atau karyawan saat ini yang memiliki akses ke informasi pribadi dan berniat mencuri atau membocorkannya. Tujuan dari tindakan ini dapat beragam, seperti mendapatkan keuntungan finansial, membalas dendam terhadap perusahaan, atau merusak reputasi perusahaan.
Karena pelaku biasanya sudah memiliki akses yang sah ke sistem, ancaman orang dalam sangat sulit untuk dideteksi. Pelanggaran oleh orang dalam dapat terjadi tanpa terdeteksi hingga terlambat jika tidak ada pengawasan yang ketat dan deteksi dini.
Studi Kasus dan Data Statistik
1. Kebocoran Data yang Disebabkan oleh Kesalahan Manusia
Kebocoran data besar yang disebabkan oleh kesalahan manusia termasuk insiden di British Airways pada tahun 2018. Lebih dari 400.000 pelanggan mereka menerima data pribadi mereka, termasuk informasi kartu kredit, karena kesalahan dalam pengaturan situs web mereka. Akibatnya, regulator Inggris memberikan denda sebesar £183 juta kepada British Airways.
Pada tahun 2020, pemerintah Inggris juga mengalami kebocoran data di sektor publik. Pemerintah secara tidak sengaja membagikan data pribadi lebih dari 1.000 penerima penghargaan dalam file yang tersedia di situs web mereka.
2. Statistik tentang Peran Manusia dalam Kebocoran Data
Laporan Cybint menunjukkan bahwa kesalahan manusia bertanggung jawab atas 95% kebocoran data. Selain itu, studi Verizon DBIR 2023 menemukan bahwa serangan phishing, salah satu jenis serangan yang paling sering menggunakan kelemahan manusia, menyumbang 22% dari semua pelanggaran data yang dilaporkan. Angka-angka ini menunjukkan betapa perilaku manusia sangat penting dalam strategi keamanan perusahaan.
Cara Mengurangi Risiko Kebocoran Data Akibat Perilaku Manusia
1. Pelatihan Kesadaran Keamanan Siber (Security Awareness Training)
Pelatihan berkelanjutan tentang keamanan siber adalah langkah pertama dalam mengurangi risiko kebocoran data akibat perilaku manusia. Sangat penting bahwa pelatihan ini mencakup materi seperti cara menemukan email phishing, mengapa menggunakan password yang kuat, dan cara aman mengakses data sensitif di jaringan publik. Ponemon Institute mengklaim bahwa perusahaan yang menerapkan program pelatihan kesadaran keamanan siber mengalami penurunan insiden kebocoran data hingga 60%.
2. Kebijakan Keamanan yang Kuat dan Proses Verifikasi
Selain memberikan pelatihan, perusahaan harus menerapkan kebijakan keamanan yang kuat dan sistem verifikasi yang ketat. Salah satu contohnya adalah peraturan yang mewajibkan penggunaan autentikasi dua faktor ( 2FA) secara konsisten untuk mengakses data sensitif atau peraturan password yang mengharuskan karyawan mengganti password secara berkala. Sistem verifikasi akses juga penting untuk memastikan bahwa hanya orang yang berwenang yang dapat mengakses informasi sensitif perusahaan. Audit keamanan internal yang dilakukan secara teratur juga dapat membantu menemukan potensi kelemahan sistem keamanan perusahaan.
3. Pemantauan dan Pengawasan Aktivitas Karyawan
Perusahaan harus menggunakan teknologi pemantauan yang dapat mengidentifikasi perilaku yang tidak biasa dari karyawan untuk mencegah ancaman orang dalam atau aktivitas mencurigakan. Misalnya, sistem keamanan harus segera mengeluarkan peringatan jika seorang karyawan tiba-tiba mengakses data yang tidak terkait dengan pekerjaannya atau mengunduh sejumlah besar data pribadi.
4. Otomatisasi Keamanan untuk Meminimalkan Kesalahan Manusia
Metode yang efektif untuk mengurangi kesalahan manusia adalah otomatisasi sistem keamanan siber. Bisnis dapat menggunakan otomatisasi untuk memastikan bahwa tindakan keamanan yang diperlukan, seperti enkripsi data atau pembaruan perangkat lunak, dilakukan secara konsisten tanpa intervensi manusia. Karena pekerjaan manual sering kali memiliki kemungkinan kesalahan, ini juga mengurangi risiko.
Kesimpulan
Perilaku manusia memang menjadi faktor utama dalam banyak insiden kebocoran data. Meski teknologi keamanan yang canggih dapat membantu melindungi data, namun jika karyawan tidak memiliki kesadaran atau tidak dilatih dengan baik tentang pentingnya keamanan informasi, risiko kebocoran data tetap tinggi. Oleh karena itu, perusahaan harus mengadopsi pendekatan yang holistik, yang mencakup pelatihan kesadaran keamanan siber, kebijakan keamanan yang kuat, serta otomatisasi proses keamanan, untuk meminimalkan risiko kebocoran data akibat perilaku manusia.