<img height="1" width="1" style="display:none" src="https://www.facebook.com/tr?id=2253229985023706&amp;ev=PageView&amp;noscript=1">

back to blog

Serangan DDoS: Mengapa Terjadi dan Bagaimana Melindungi Diri

Read Time 9 mins | Written by: Nur Rachmi Latifa

DDoS

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi di era digital, ancaman keamanan siber terus mengalami peningkatan, termasuk serangan yang dikenal sebagai Distributed Denial of Service (DDoS). Jenis serangan ini semakin sering terjadi dan menjadi salah satu ancaman utama bagi bisnis dan layanan online di seluruh dunia. Serangan DDoS memiliki potensi untuk melumpuhkan operasional situs web atau aplikasi, mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan, dan menciptakan pengalaman yang tidak nyaman bagi para pengguna. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan serangan DDoS, alasan mengapa serangan tersebut dilakukan, dan langkah-langkah praktis yang dapat diambil untuk melindungi diri dari dampak yang ditimbulkannya.

Baca juga: Faktor Utama Mengapa Karyawan Tidak Menyadari Serangan Phishing

Apa Itu DDoS?

DDoS adalah singkatan dari Distributed Denial of Service, yaitu salah satu bentuk serangan siber yang dirancang untuk mengganggu atau bahkan menghentikan akses ke sebuah layanan, sistem, atau jaringan tertentu. Serangan ini dilakukan dengan cara membanjiri target, biasanya berupa server, situs web, atau infrastruktur jaringan dengan volume lalu lintas data yang sangat besar. Lalu lintas ini dihasilkan dari banyak sumber yang terdistribusi, sering kali berupa perangkat yang telah terinfeksi malware dan dijadikan bagian dari jaringan botnet.

Tujuan utama dari serangan ini adalah membuat sumber daya sistem kewalahan sehingga layanan menjadi lambat atau sama sekali tidak dapat diakses oleh pengguna yang sah. Hal ini dapat berdampak serius, seperti gangguan pada bisnis, kerugian finansial, atau reputasi yang rusak akibat layanan yang tidak tersedia. Secara teknis, serangan DDoS memanfaatkan kelebihan permintaan untuk membebani kapasitas infrastruktur jaringan atau perangkat lunak, sehingga sistem tidak mampu memproses permintaan yang valid.

Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) sering kali dianggap lebih berbahaya dan kompleks dibandingkan dengan serangan Denial of Service (DoS) biasa. Hal ini disebabkan oleh sifat serangan DDoS yang melibatkan banyak sumber yang terdistribusi secara luas, sering kali menggunakan jaringan perangkat yang telah terinfeksi malware, dikenal sebagai botnet. Dengan menyerang dari berbagai titik di seluruh dunia secara bersamaan, serangan ini menciptakan volume lalu lintas data yang sangat besar, jauh melampaui kapasitas jaringan atau server target. Akibatnya, DDoS tidak hanya lebih sulit untuk dideteksi karena pola serangannya yang tersebar, tetapi juga lebih menantang untuk dilacak asal-muasalnya, serta memerlukan waktu dan sumber daya yang lebih besar untuk dihentikan secara efektif. Kompleksitas ini membuat DDoS menjadi ancaman serius yang membutuhkan solusi keamanan canggih untuk mitigasi.

Apa Itu Denial of Service?

Denial of Service (DoS) adalah jenis serangan siber yang bertujuan untuk mengganggu atau menghentikan operasional sebuah sumber daya, seperti server, sistem jaringan, atau aplikasi, sehingga menjadi tidak tersedia bagi pengguna yang sah. Serangan ini biasanya dilakukan dengan cara membanjiri target dengan sejumlah besar permintaan palsu atau berlebihan yang tidak dapat diproses oleh sistem secara normal. Akibatnya, sumber daya menjadi kewalahan, tidak mampu menangani permintaan yang valid, dan akhirnya berhenti berfungsi atau melambat secara signifikan.

Serangan DoS sering kali dilakukan dari satu sumber, misalnya dari komputer atau perangkat tunggal yang mengirimkan permintaan berulang-ulang kepada target. Hal ini berbeda dengan Distributed Denial of Service (DDoS), yang melibatkan banyak sumber serangan secara bersamaan. Dalam serangan DDoS, penyerang menggunakan jaringan perangkat yang terinfeksi malware dikenal sebagai botnet untuk menyerang target secara terkoordinasi, membuat serangan ini jauh lebih sulit untuk dilacak dan dihentikan dibandingkan serangan DoS konvensional.

Meskipun kedua jenis serangan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu mengganggu ketersediaan layanan, skala dan kompleksitas DDoS membuatnya menjadi ancaman yang lebih serius. Penanganan serangan DoS biasanya lebih sederhana karena berasal dari satu sumber, sedangkan DDoS membutuhkan pendekatan yang lebih canggih untuk mendeteksi dan menghentikan serangan yang berasal dari berbagai titik di jaringan global.

Apa Itu Serangan DDoS?

Distributed Denial of Service (DDoS) adalah serangan siber yang dilakukan dengan membanjiri server, jaringan, atau layanan target menggunakan lalu lintas data dalam jumlah besar. Lalu lintas ini dihasilkan dari banyak perangkat yang telah terinfeksi malware dan diorganisir dalam sebuah jaringan yang dikenal sebagai botnet. Botnet terdiri dari ribuan bahkan jutaan perangkat yang tersebar di seluruh dunia, seperti komputer, ponsel, dan perangkat IoT (Internet of Things), yang telah diambil alih oleh penyerang tanpa sepengetahuan pemiliknya. Dalam serangan DDoS, botnet digunakan untuk mengirimkan permintaan data secara terus-menerus dan dalam jumlah yang luar biasa besar ke server target. Serangan ini dirancang untuk melebihi kapasitas server atau jaringan dalam menangani permintaan, sehingga menyebabkan overload atau kelebihan beban. 

Akibatnya, sistem menjadi tidak responsif atau bahkan tidak dapat diakses sama sekali oleh pengguna yang sah. Hal ini dapat mengganggu operasional bisnis, merugikan finansial, dan merusak reputasi perusahaan yang menjadi target serangan. Serangan DDoS sering kali digunakan oleh penyerang untuk berbagai tujuan, seperti memeras uang dengan ancaman serangan (Ransom DDoS), menyampaikan pesan politik, atau bahkan menghentikan operasional bisnis pesaing. Karena melibatkan banyak sumber serangan secara simultan, DDoS sangat sulit untuk dilacak dan dihentikan, sehingga menjadikannya ancaman yang signifikan dalam dunia keamanan siber. Serangan DDoS dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan teknik yang digunakan untuk melumpuhkan target. Berikut adalah tiga jenis utama serangan DDoS:

1. Serangan Volume-Based

Serangan ini bertujuan membanjiri jaringan target dengan lalu lintas data dalam jumlah besar, sering kali mencapai ratusan gigabit per detik (Gbps). Penyerang menggunakan paket data palsu dalam jumlah besar untuk memenuhi bandwidth jaringan hingga penuh, sehingga jaringan tidak mampu menangani permintaan yang sah dari pengguna. Jenis serangan ini mencakup berbagai teknik, seperti UDP Flood, di mana paket User Datagram Protocol (UDP) palsu dikirimkan secara masif untuk membanjiri jaringan target.

Selain itu, terdapat ICMP Flood yang menggunakan paket Internet Control Message Protocol (ICMP) secara berulang untuk mengkonsumsi bandwidth jaringan secara berlebihan. Teknik lainnya adalah Amplifikasi DNS, yang memanfaatkan server DNS untuk mengirimkan respons data jauh lebih besar kepada target, memperbesar dampak serangan hingga jaringan target menjadi kewalahan. Semua teknik ini dirancang untuk mengganggu operasional jaringan secara signifikan.

2. Serangan Protocol-Based

Serangan ini bertujuan untuk membanjiri jaringan target dengan lalu lintas data dalam jumlah besar, sering kali mencapai ratusan gigabit per detik (Gbps). Dalam serangan ini, penyerang mengirimkan paket data palsu dalam jumlah sangat besar untuk mengisi kapasitas bandwidth jaringan target hingga penuh, sehingga jaringan tidak mampu menangani permintaan sah dari pengguna. Beberapa teknik yang sering digunakan dalam serangan volume-based meliputi UDP Flood, di mana paket data User Datagram Protocol (UDP) palsu dikirimkan secara masif untuk membanjiri jaringan.

Selain itu, ada ICMP Flood, yang melibatkan pengiriman paket Internet Control Message Protocol (ICMP) berulang kali untuk menghabiskan bandwidth jaringan. Teknik lainnya adalah Amplifikasi DNS, di mana server DNS dieksploitasi untuk mengirimkan respons data jauh lebih besar kepada target, memperburuk dampak serangan dan menyebabkan jaringan target menjadi kewalahan. Semua teknik ini dirancang untuk mengganggu operasional jaringan dengan mengkonsumsi seluruh kapasitas yang ada.

3. Serangan Application Layer

Serangan ini menargetkan lapisan aplikasi (layer 7) dari model OSI, seperti HTTP, HTTPS, atau DNS. Tujuan utamanya adalah membebani server dengan permintaan palsu yang menyerupai aktivitas normal pengguna, sehingga server menjadi kewalahan dan tidak mampu menangani permintaan yang sah. Karena menyerang langsung pada lapisan aplikasi, serangan jenis ini sering kali sulit dideteksi, sebab permintaan yang dikirimkan tampak seperti lalu lintas yang sah.

Beberapa contoh serangan application layer yang umum meliputi HTTP Flood, di mana penyerang mengirimkan permintaan HTTP GET atau POST dalam jumlah besar untuk membanjiri aplikasi web. Selain itu, ada Slowloris, yang membuka koneksi ke server secara perlahan tanpa menyelesaikan prosesnya, sehingga sumber daya server terpakai habis. Teknik lain adalah DNS Query Flood, yang membanjiri server DNS dengan permintaan pencarian nama domain palsu, menyebabkan server tidak mampu menangani permintaan yang valid dari pengguna.

Mengapa Serangan DDoS Terjadi?

Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) dapat terjadi karena berbagai alasan, yang umumnya berhubungan dengan motif tertentu dari penyerang. Berikut ini adalah beberapa alasan utama mengapa serangan DDoS dilakukan:

1. Motif Keuangan

Serangan DDoS sering kali dimotivasi oleh keuntungan finansial. Dalam skenario yang dikenal sebagai Ransom DDoS (RDoS), penyerang meluncurkan serangan terhadap sistem atau layanan tertentu, kemudian meminta uang tebusan kepada korban untuk menghentikan serangan tersebut. Organisasi yang bergantung pada layanan online, seperti e-commerce atau penyedia layanan cloud, sering menjadi target karena ketergantungan tinggi mereka terhadap ketersediaan layanan. Ancaman ini membuat korban terpaksa membayar untuk meminimalkan kerugian operasional atau reputasi yang lebih besar.

2. Motif Politik atau Aktivisme

Serangan DDoS juga sering digunakan sebagai alat untuk menyuarakan pesan politik atau sosial. Dalam kasus ini, serangan biasanya dilakukan oleh kelompok aktivis siber, seperti hacktivist, yang bertujuan untuk mengganggu layanan atau situs web milik organisasi, pemerintah, atau individu yang dianggap bertentangan dengan nilai atau tujuan mereka. Contohnya adalah serangan terhadap situs pemerintah untuk memprotes kebijakan tertentu atau serangan terhadap korporasi besar sebagai bentuk kritik terhadap isu lingkungan atau sosial.

3. Kompetisi Bisnis

Dalam dunia bisnis, serangan DDoS kadang-kadang digunakan oleh pihak yang tidak etis untuk melemahkan pesaing. Dengan melumpuhkan layanan online pesaing, serangan ini dapat mengganggu operasional mereka, menyebabkan kehilangan pelanggan, dan merusak reputasi. Jenis serangan ini sering kali dirancang untuk memberikan keuntungan kompetitif bagi penyerang dengan membuat pesaing mereka tidak mampu memberikan layanan yang andal.

4. Pengujian Kelemahan

Beberapa serangan DDoS dilakukan semata-mata untuk menguji kelemahan sistem atau jaringan target. Dalam kasus ini, penyerang mungkin tidak memiliki motif eksplisit untuk merusak, tetapi lebih ingin mengeksplorasi kerentanan yang ada. Informasi ini kemudian dapat digunakan untuk serangan yang lebih besar di masa depan atau dijual kepada pihak lain di pasar gelap.

Alasan di balik serangan DDoS sangat beragam, mulai dari tindakan kriminal yang terang-terangan hingga aktivitas protes berbasis ideologi. Oleh karena itu, memahami motif serangan ini sangat penting bagi organisasi untuk mengembangkan langkah-langkah pencegahan dan respons yang efektif, guna melindungi sistem dan layanan mereka dari potensi gangguan.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Jaringan Mengalami Serangan DDoS?

Ketika jaringan Anda mengalami serangan Distributed Denial of Service (DDoS), respons yang cepat dan tepat sangat penting untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan. Serangan ini dapat dengan cepat melumpuhkan layanan, merusak reputasi, dan menyebabkan kerugian finansial jika tidak ditangani dengan baik. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk menghadapi situasi tersebut: 

1. Identifikasi Serangan

Langkah pertama adalah mengenali bahwa Anda sedang menghadapi serangan DDoS. Gejala yang umum meliputi lonjakan lalu lintas yang tidak wajar, layanan yang menjadi sangat lambat, atau bahkan tidak dapat diakses sama sekali. Gunakan alat monitoring jaringan untuk memeriksa pola lalu lintas, seperti jumlah permintaan yang sangat besar dari sumber tertentu atau pola yang berbeda dari aktivitas normal pengguna. Identifikasi dini dapat membantu Anda merespons dengan lebih cepat.

2. Hubungi Penyedia Layanan Internet (ISP)

Segera hubungi penyedia layanan internet Anda begitu serangan terdeteksi. ISP sering kali memiliki alat dan infrastruktur yang dirancang untuk membantu memitigasi serangan DDoS. Mereka dapat memblokir lalu lintas dari sumber yang mencurigakan, mengalihkan lalu lintas ke server lain, atau menggunakan filter untuk membatasi dampak serangan. ISP juga dapat memberikan panduan tambahan untuk melindungi jaringan Anda.

3. Aktifkan Sistem Mitigasi DDoS

Segera hubungi penyedia layanan internet Anda begitu serangan terdeteksi. ISP sering kali Jika organisasi Anda memiliki solusi mitigasi DDoS berbasis cloud atau perangkat keras khusus, segera aktifkan sistem tersebut. Solusi ini dirancang untuk mendeteksi lalu lintas berbahaya dan memfilter permintaan palsu, sehingga hanya lalu lintas yang sah yang mencapai server Anda. Beberapa layanan mitigasi DDoS juga dapat membantu mendistribusikan lalu lintas ke beberapa server untuk mengurangi beban pada satu titik.

4. Blokir IP Penyerang

Gunakan firewall atau sistem deteksi intrusi untuk memblokir alamat IP yang mencurigakan. Meskipun tidak selalu efektif dalam serangan DDoS berskala besar yang melibatkan ribuan atau jutaan perangkat (botnet), langkah ini dapat membantu mengurangi sebagian lalu lintas berbahaya. Pastikan Anda juga memantau aktivitas jaringan secara real-time untuk menyesuaikan aturan firewall sesuai kebutuhan.

4. Laporkan Keamanan

Informasikan serangan tersebut kepada pihak yang berwenang, seperti badan keamanan siber nasional atau penyedia layanan keamanan siber. Laporan ini penting untuk membantu menganalisis pola serangan dan mencegah serangan serupa di masa depan. Selain itu, laporkan kepada tim internal Anda agar mereka dapat mengevaluasi respons dan meningkatkan strategi pertahanan.

Menghadapi serangan DDoS memerlukan koordinasi yang baik antara tim internal, penyedia layanan, dan solusi keamanan. Dengan tindakan yang tepat, Anda dapat meminimalkan dampak serangan dan melindungi sistem Anda dari gangguan lebih lanjut.

Bagaimana Melindungi Diri dari Serangan DDoS?

Melindungi jaringan dari serangan Distributed Denial of Service (DDoS) membutuhkan pendekatan yang proaktif dan menyeluruh, karena serangan ini dapat terjadi kapan saja dengan dampak yang signifikan. Berikut adalah langkah-langkah penting yang dapat diambil untuk meminimalkan risiko dan memastikan perlindungan yang efektif:

1. Gunakan Solusi Mitigasi DDoS

Investasikan dalam layanan mitigasi DDoS yang dirancang khusus untuk mendeteksi, memfilter, dan menangkal serangan DDoS sebelum mencapai server atau jaringan Anda. Layanan ini biasanya berbasis cloud dan mampu menangani lalu lintas besar dengan mendistribusikan beban ke berbagai lokasi. Beberapa penyedia juga menawarkan fitur analitik real-time yang membantu mengidentifikasi pola serangan, sehingga Anda dapat merespons dengan cepat.

2. Optimalkan Infrastruktur Jaringan

Pastikan infrastruktur jaringan Anda cukup fleksibel untuk menangani lonjakan lalu lintas secara mendadak. Gunakan teknologi seperti load balancer untuk mendistribusikan lalu lintas ke beberapa server, sehingga beban tidak terpusat pada satu titik. Menyediakan server cadangan atau jaringan distribusi konten (CDN) juga dapat membantu mengurangi dampak serangan dengan mengarahkan lalu lintas melalui jalur yang lebih aman.

3. Monitor Lalu Lintas Secara Aktif

Pasang alat monitoring jaringan yang dapat menganalisis lalu lintas secara real-time. Alat ini memungkinkan Anda untuk mendeteksi pola aktivitas yang mencurigakan, seperti lonjakan permintaan yang tiba-tiba dari sumber yang tidak dikenal. Dengan deteksi dini, Anda dapat segera mengambil tindakan, seperti memblokir sumber lalu lintas berbahaya atau mengaktifkan filter tambahan.

Baca juga: Security Awareness Training: Apa Itu dan Mengapa Penting?

Kesimpulan

Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) dapat melumpuhkan operasional bisnis, menyebabkan kerugian finansial, dan merusak reputasi. Serangan ini membanjiri sistem dengan lalu lintas palsu sehingga layanan tidak dapat diakses. Memahami cara kerja dan gejala awal serangan, seperti lonjakan lalu lintas tak wajar, sangat penting untuk melindungi jaringan.

Perlindungan DDoS membutuhkan solusi mitigasi, pengoptimalan jaringan, dan pelatihan tim IT. Dengan menjadikan keamanan siber sebagai prioritas, bisnis dapat menjaga operasional, membangun kepercayaan, dan memastikan keberlanjutan di era digital.

Satu Solusi Kelola Keamanan Siber Karyawan Secara Simple & Otomatis

Nur Rachmi Latifa

Penulis yang berfokus memproduksi konten seputar Cybersecurity, Privacy dan Human Cyber Risk Management.