<img height="1" width="1" style="display:none" src="https://www.facebook.com/tr?id=2253229985023706&amp;ev=PageView&amp;noscript=1">

back to HRMI

Apa Saja yang Dijual di Dark Web? Fakta Mencengangkan

Read Time 7 mins | Written by: Nur Rachmi Latifa

Dark Web

Dark Web kerap terdengar seperti dunia misterius yang hanya ada dalam film—penuh dengan aktivitas ilegal, transaksi rahasia, dan identitas yang tersembunyi. Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks dan berlapis. Di balik lapisan anonimitas yang tebal, Dark Web menyimpan berbagai jenis konten dan aktivitas perdagangan yang beragam, mulai dari data pribadi yang dijual bebas, kredensial keuangan, hingga layanan ilegal yang mengundang risiko hukum serius. Meski tidak seluruhnya bersifat kriminal, memahami apa yang beredar di dalamnya sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan digital, baik bagi individu maupun organisasi. Artikel ini mengungkap fakta mencengangkan seputar apa saja yang sebenarnya dijual di Dark Web, siapa saja yang memanfaatkannya, dan risiko yang mungkin mengintai setiap klik yang dilakukan.

Memahami Dark Web: Antara Anonimitas dan Risiko

Dark Web adalah bagian tersembunyi dari internet yang tidak dapat diakses melalui mesin pencari biasa seperti Google atau Bing. Untuk mengaksesnya, pengguna memerlukan peramban khusus seperti Tor (The Onion Router) atau I2P yang dirancang untuk menjaga anonimitas. Meski secara teknis tidak ilegal, Dark Web sering dikaitkan dengan aktivitas terlarang karena minimnya regulasi dan tingginya tingkat kerahasiaan. Kombinasi antara kerahasiaan identitas dan kebebasan akses inilah yang membuat banyak orang penasaran—namun juga takut—dengan apa yang sebenarnya ada di dalamnya.

Internet sendiri terbagi ke dalam tiga lapisan utama: Open Web, Deep Web, dan Dark Web. Open Web atau surface web adalah bagian yang bisa diakses publik dan terindeks oleh mesin pencari—seperti situs berita, blog, dan e-commerce. Sementara itu, Deep Web mencakup konten yang tidak terindeks, seperti email, dokumen di layanan cloud, hingga data perbankan yang memerlukan login. Dark Web merupakan bagian dari Deep Web, namun dengan tingkat anonimitas yang jauh lebih tinggi dan sering digunakan untuk aktivitas yang tidak ingin terdeteksi, termasuk jual beli ilegal.

Untuk menjelajahi Dark Web, seseorang perlu menggunakan browser khusus seperti Tor yang menyamarkan jejak digital dengan merutekan koneksi melalui jaringan server global secara acak. Tidak seperti alamat website biasa yang mudah dikenali, situs di Dark Web menggunakan alamat dengan kombinasi acak karakter dan akhiran seperti “.onion” yang sulit diingat dan sering berganti. Inilah sebabnya banyak konten di Dark Web tersembunyi rapat dan hanya bisa diakses jika seseorang mengetahui tautan langsungnya—menjadikan Dark Web sebagai dunia yang sangat tertutup dan berisiko tinggi, terutama jika tidak memahami dengan benar apa yang ada di dalamnya.

Baca juga: Klik Sembarangan Berbahaya! Begini Cara Hacker Curi Informasi Pribadi

Apa Saja yang Dijual di Dark Web?

Meskipun tidak semua aktivitas di Dark Web bersifat ilegal, tak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar perdagangannya melibatkan barang dan jasa yang dilarang oleh hukum di banyak negara. Sifat anonim dan sulit dilacak membuat Dark Web menjadi tempat ideal bagi berbagai transaksi gelap yang tidak mungkin dilakukan secara terbuka di internet biasa. Berikut adalah jenis-jenis barang dan jasa yang umum dijual di Dark Web, lengkap dengan penjelasan tiap poinnya:

Data Pribadi

Salah satu komoditas paling laris di Dark Web adalah data pribadi. Informasi ini bisa berupa login akun media sosial dan email, nomor KTP, NPWP, alamat rumah, hingga rekam medis dan data asuransi. Dalam banyak kasus, data dijual dalam bentuk “fullz” yaitu satu paket identitas lengkap yang bisa digunakan untuk penipuan identitas, pengajuan pinjaman ilegal, atau akses ke akun penting seseorang secara diam-diam.

Kredensial Perbankan dan Kartu Kredit

Dark Web juga menjadi pasar gelap bagi informasi keuangan seperti nomor kartu kredit dan debit lengkap dengan CVV, tanggal kedaluwarsa, dan bahkan PIN. Selain itu, login internet banking dan akun e-wallet juga tersedia, sering kali dijual berdasarkan saldo yang masih aktif. Pembeli biasanya memanfaatkan kredensial ini untuk melakukan pembelian online secara ilegal atau mencuci uang melalui transaksi digital.

Narkoba dan Obat-obatan Terlarang

Perdagangan narkoba secara anonim menjadi salah satu aktivitas utama di marketplace Dark Web. Barang-barang yang diperjualbelikan mencakup ganja, kokain, ekstasi, heroin, dan obat resep seperti Xanax atau Adderall tanpa persyaratan medis. Transaksi dilakukan dengan kripto dan pengiriman dikemas secara tersamar, menjadikan prosesnya sangat sulit dilacak oleh aparat hukum.

Senjata dan Amunisi

Dark Web juga menjadi tempat peredaran senjata api ilegal, termasuk pistol, senapan serbu, bahkan bahan peledak dan senjata rakitan yang tidak memiliki nomor seri (ghost guns). Transaksi senjata dilakukan dengan sangat rahasia, dan meskipun tidak sebanyak narkoba, pasar senjata di Dark Web tetap menjadi ancaman serius karena senjata tersebut bisa digunakan untuk tindakan kriminal tanpa jejak hukum yang jelas.

Software Berbahaya dan Malware

Beragam jenis malware dijual bebas di Dark Web, mulai dari ransomware yang mengenkripsi data korban, spyware untuk memantau aktivitas, hingga trojan dan keylogger yang mencuri informasi sensitif. Selain software-nya, tersedia juga layanan manajemen serangan, seperti penyewaan akses ke command & control center, yang membuat serangan siber bisa dilakukan bahkan oleh orang dengan kemampuan teknis minim.

Dokumen Palsu

Paspor, SIM, ijazah, hingga visa palsu banyak dijual di Dark Web untuk berbagai keperluan ilegal, mulai dari imigrasi gelap hingga pendaftaran kerja dengan identitas palsu. Penjual biasanya menawarkan dokumen yang tampak sangat meyakinkan, lengkap dengan stempel dan hologram, dan sering kali melayani pemalsuan sesuai permintaan negara tertentu.

Layanan Ilegal

Di luar barang, Dark Web juga menawarkan berbagai jasa ilegal seperti peretasan akun media sosial, layanan DDoS-as-a-Service untuk melumpuhkan situs target, hingga iklan jasa pembunuh bayaran—meskipun yang terakhir ini seringkali hanyalah penipuan. Banyak layanan ini ditawarkan melalui forum-forum yang terstruktur layaknya marketplace profesional dengan sistem rating dan review.

Akses ke Database dan Sistem Jaringan

Penjual di Dark Web juga menawarkan akses ke database internal perusahaan, kampus, maupun institusi pemerintahan. Akses ini biasanya hasil dari peretasan atau dijual oleh insider yang punya hak akses internal. Informasi ini bisa mencakup data pelanggan, karyawan, transaksi internal, hingga informasi sensitif yang bisa digunakan untuk pemerasan atau dijual lagi ke pihak lain.

Siapa yang Menggunakan Dark Web dan Untuk Apa?

Dark Web bukan hanya digunakan oleh pelaku kejahatan seperti yang sering dibayangkan. Faktanya, banyak pihak yang memanfaatkan platform ini untuk alasan yang sah dan legal, meskipun lingkungan di dalamnya memang rentan disalahgunakan. Penggunaan Dark Web sangat bergantung pada niat dan kebutuhan penggunanya—dari yang ingin melindungi privasi hingga yang berniat melanggar hukum. Berikut adalah tiga kelompok utama yang biasa menggunakan Dark Web dan tujuan mereka masing-masing.

Pengguna Sah

Tidak semua yang mengakses Dark Web adalah pelaku kejahatan. Banyak jurnalis, aktivis hak asasi manusia, dan whistleblower menggunakan platform ini untuk berbagi informasi sensitif secara anonim, terutama di negara-negara yang memberlakukan sensor ketat atau pengawasan terhadap kebebasan berekspresi. Mereka memanfaatkan Dark Web untuk menghindari pelacakan pemerintah atau pihak tertentu, menjaga keselamatan pribadi, serta membuka ruang komunikasi rahasia yang tidak mudah diakses oleh publik. Dalam konteks ini, Dark Web justru berperan sebagai alat pelindung kebebasan sipil. 

Pengguna Jahat

Sayangnya, lingkungan anonim dan tidak terregulasi juga menjadikan Dark Web sebagai tempat favorit bagi berbagai jenis pelaku kriminal. Dari pengedar narkoba, penjual data curian, penipu online, hingga peretas profesional, semuanya menggunakan Dark Web untuk beroperasi tanpa takut terdeteksi. Mereka menjual barang ilegal, menawarkan jasa siber berbahaya, bahkan membangun forum dan marketplace rahasia yang tidak bisa dijangkau oleh publik biasa. Inilah alasan utama mengapa Dark Web mendapat reputasi negatif dan kerap diasosiasikan dengan aktivitas gelap. 

Peran Penegak Hukum dan Intelijen dalam Memantau Aktivitas di Dark Web

Meski bersifat tersembunyi, Dark Web bukanlah wilayah yang benar-benar tak tersentuh. Banyak lembaga penegak hukum dan badan intelijen di seluruh dunia secara aktif memantau aktivitas di sana untuk mengungkap kejahatan siber, melacak sindikat internasional, dan mengidentifikasi ancaman terhadap keamanan nasional. Mereka menyusup ke forum-forum gelap, memetakan jaringan pelaku, bahkan melakukan operasi terselubung untuk menjebak dan menangkap penjual atau pembeli barang ilegal. Peran mereka sangat krusial dalam menjaga agar Dark Web tidak sepenuhnya menjadi “zona bebas hukum”. 

Cara Transaksi di Dark Web

Transaksi di Dark Web hampir seluruhnya dilakukan menggunakan mata uang kripto karena menawarkan anonimitas dan tidak terikat pada sistem keuangan tradisional. Bitcoin menjadi yang paling populer digunakan, namun seiring berkembangnya kemampuan otoritas hukum dalam melacak transaksi Bitcoin, muncullah kripto lain seperti Monero dan Zcash yang memiliki fitur privasi lebih kuat dan sulit dilacak. Dengan menggunakan kripto, penjual dan pembeli dapat bertransaksi tanpa mengungkap identitas asli mereka, menjadikan sistem ini sangat cocok untuk aktivitas ilegal seperti jual beli narkoba, data curian, hingga jasa peretasan.

Namun, penggunaan kripto di Dark Web bukannya tanpa risiko. Karena sifatnya yang tidak terikat pada otoritas atau sistem pengawasan resmi, banyak pengguna menjadi korban penipuan, baik dalam bentuk scam maupun malware yang tersembunyi di balik tautan palsu. Tidak sedikit pula kasus di mana pembeli telah mengirimkan pembayaran tetapi barang atau jasa yang dijanjikan tidak pernah dikirim. Selain itu, dompet digital yang digunakan untuk menyimpan kripto pun bisa menjadi target peretasan, membuat pengguna kehilangan dana tanpa kemungkinan pemulihan. Anonimitas memang menjadi daya tarik utama, namun justru di sanalah letak kerentanannya.

Apakah Dark Web Selalu Ilegal?

Secara hukum, mengakses Dark Web tidak otomatis dianggap ilegal. Banyak orang menggunakan platform ini untuk alasan yang sah, seperti melindungi kebebasan berekspresi, menghindari sensor, atau menjaga privasi saat berkomunikasi di negara dengan pengawasan ketat. Selama aktivitas yang dilakukan tidak melanggar hukum, pengguna tidak akan dikenakan sanksi. Dark Web sendiri hanyalah bagian dari infrastruktur internet yang menawarkan anonimitas—dan seperti teknologi lainnya, bisa digunakan untuk kebaikan maupun kejahatan.

Namun, karena minimnya regulasi dan kesulitan pelacakan, Dark Web juga menjadi ladang subur bagi aktivitas ilegal seperti jual beli narkoba, senjata, data curian, dan layanan peretasan. Banyak kasus besar yang membuktikan bahwa meski tersembunyi, hukum tetap berlaku di dunia maya ini. Operasi penutupan marketplace seperti Silk Road, AlphaBay, dan Wall Street Market telah menghasilkan ratusan penangkapan di berbagai negara. Ini menunjukkan bahwa pengguna yang terlibat dalam kegiatan ilegal di Dark Web tetap bisa dilacak dan dikenakan hukuman.

Cara Melindungi Diri dari Ancaman Dark Web

Ancaman dari Dark Web bisa berdampak langsung pada individu maupun organisasi, terutama ketika data pribadi atau akun penting jatuh ke tangan yang salah. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah pencegahan yang konkret agar tetap aman di tengah maraknya kebocoran data dan kejahatan siber yang berawal dari Dark Web. Berikut adalah beberapa cara efektif yang dapat Anda lakukan untuk melindungi diri dari ancamannya:

  1. Gunakan Layanan Pemantauan Identitas

    Layanan pemantauan identitas akan membantu Anda mendeteksi lebih cepat jika data pribadi seperti nomor KTP, alamat email, atau akun keuangan muncul di Dark Web. Dengan notifikasi dini, Anda bisa segera mengambil langkah mitigasi sebelum kerugian lebih besar terjadi.
  2. Rutin Mengganti Kata Sandi

    Mengganti kata sandi secara berkala, terutama pada akun penting seperti email dan perbankan, dapat mengurangi risiko akses tidak sah jika data Anda pernah bocor atau dijual di Dark Web. Gunakan kombinasi karakter yang kuat dan berbeda untuk setiap akun.
  3. Waspadai Serangan Phishing

    Serangan phishing sering menjadi pintu masuk bagi pencurian data yang akhirnya dijual di Dark Web. Selalu periksa alamat email, tautan, dan lampiran yang mencurigakan sebelum diklik. Jangan mudah percaya dengan pesan yang mendesak Anda memberikan informasi pribadi.
  4. Hindari Berbagi Informasi Sensitif Sembarangan

    Semakin banyak informasi pribadi yang Anda bagikan secara online, semakin besar kemungkinan data tersebut disalahgunakan. Batasi pembagian data seperti alamat rumah, tanggal lahir, atau nomor identitas di media sosial atau situs yang tidak terpercaya.
  5. Periksa Apakah Data Anda Telah Bocor

    Lakukan pemeriksaan rutin untuk mengetahui apakah data pribadi Anda sudah tersebar di Dark Web. Anda juga bisa memantau aktivitas rekening bank dan mempertimbangkan membekukan akses sementara jika ada tanda-tanda penyalahgunaan. Langkah ini membantu mencegah pembukaan akun atau transaksi atas nama Anda tanpa izin.

Baca juga: Dark Web Monitoring: Cara Efektif Mendeteksi Ancaman Siber

Kesimpulan

Dari penjualan data pribadi, kartu kredit, hingga layanan peretasan dan dokumen palsu, Dark Web menyimpan berbagai aktivitas yang mencengangkan dan berisiko tinggi. Meskipun tidak seluruhnya ilegal, sisi gelap internet ini jelas membutuhkan kewaspadaan ekstra dari setiap pengguna. Dengan meningkatnya kasus kebocoran data dan penipuan digital, penting bagi kita semua untuk memahami bahaya yang tersembunyi dan memperkuat literasi keamanan digital. Jangan pernah sembarangan menjelajahi Dark Web tanpa pemahaman yang memadai.

Satu Solusi Kelola Keamanan Siber Karyawan Secara Simple & Otomatis

Nur Rachmi Latifa

Penulis yang berfokus memproduksi konten seputar Cybersecurity, Privacy dan Human Cyber Risk Management.