<img height="1" width="1" style="display:none" src="https://www.facebook.com/tr?id=2253229985023706&amp;ev=PageView&amp;noscript=1">

back to HRMI

Cara HRM Dapat Membantu Mencegah Kebocoran Data Perusahaan

Read Time 6 mins | Written by: Nur Rachmi Latifa

Human Risk Management

Perlindungan data menjadi aspek krusial bagi setiap perusahaan, mengingat risiko kebocoran data dapat menimbulkan dampak serius, mulai dari kerugian finansial hingga hilangnya kepercayaan pelanggan. Serangan siber, human error, hingga insider threats semakin memperbesar potensi kebocoran informasi sensitif, yang dapat berujung pada pelanggaran regulasi dan reputasi bisnis yang terancam. Dalam menghadapi tantangan ini, Human Risk Management (HRM) berperan penting dalam mengelola risiko keamanan yang berasal dari faktor manusia. Dengan pendekatan yang berfokus pada edukasi, kebijakan, dan pemantauan perilaku karyawan, HRM membantu perusahaan membangun budaya keamanan data yang kuat, sehingga mengurangi kemungkinan insiden yang dapat membahayakan bisnis.

Apa Itu HRM dan Bagaimana Kaitannya dengan Perlindungan Data?

Human Risk Management (HRM) dalam konteks keamanan siber adalah pendekatan strategis yang berfokus pada pengelolaan risiko yang berasal dari faktor manusia dalam organisasi. Risiko ini mencakup kelalaian karyawan, kurangnya kesadaran terhadap ancaman siber, hingga tindakan yang disengaja seperti insider threats. HRM tidak hanya sekadar manajemen sumber daya manusia, tetapi juga mencakup proses identifikasi, evaluasi, dan mitigasi risiko yang dapat menyebabkan kebocoran data atau pelanggaran keamanan informasi. Dengan meningkatnya serangan siber yang memanfaatkan kelemahan manusia, HRM menjadi elemen kunci dalam membangun ketahanan perusahaan terhadap ancaman digital.

Sebagai pendekatan yang sistematis, HRM mengintegrasikan pelatihan keamanan siber, kebijakan akses data yang ketat, serta pemantauan perilaku karyawan dalam operasional bisnis. Pelatihan security awareness menjadi fondasi utama HRM untuk memastikan setiap individu dalam perusahaan memahami pentingnya menjaga keamanan data. Selain itu, HRM juga mendorong penerapan kebijakan seperti prinsip least privilege, autentikasi multi-faktor (MFA), dan enkripsi data untuk membatasi akses hanya kepada pihak yang berwenang. Dengan langkah-langkah ini, perusahaan dapat mengurangi kemungkinan kebocoran data akibat kesalahan manusia atau serangan yang mengeksploitasi kelalaian karyawan.

Dalam implementasi perlindungan data, HRM membantu perusahaan menerapkan strategi yang tidak hanya berfokus pada teknologi keamanan, tetapi juga pada perubahan budaya organisasi. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang mengutamakan kesadaran keamanan siber, HRM memastikan bahwa setiap karyawan memahami perannya dalam menjaga informasi perusahaan. Selain itu, pemantauan dan evaluasi berkala terhadap risiko berbasis manusia memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi potensi ancaman lebih awal dan mengambil tindakan preventif sebelum insiden terjadi. Dengan kombinasi pelatihan, kebijakan, dan teknologi yang tepat, HRM menjadi solusi efektif dalam menjaga data perusahaan tetap aman dari ancaman internal maupun eksternal.

Baca juga: 7 Kebiasaan Penting untuk Membangun Budaya Keamanan Siber Perusahaan

Penyebab Utama Kebocoran Data dalam Perusahaan

Dalam dunia bisnis yang semakin terdigitalisasi, kebocoran data menjadi ancaman nyata yang dapat merugikan perusahaan dari berbagai aspek, mulai dari kerugian finansial hingga rusaknya reputasi. Meskipun banyak perusahaan telah mengadopsi solusi keamanan teknologi canggih, faktor manusia tetap menjadi titik lemah utama dalam sistem perlindungan data. Berbagai insiden kebocoran data sering kali berasal dari kesalahan internal, kurangnya kesadaran keamanan, hingga eksploitasi yang dilakukan oleh pihak luar melalui teknik manipulasi psikologis. Berikut adalah beberapa penyebab utama kebocoran data dalam perusahaan yang perlu diwaspadai:

Serangan Phishing dan Social Engineering

Phishing dan social engineering adalah metode yang paling sering digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk mencuri informasi sensitif. Serangan ini memanfaatkan manipulasi psikologis untuk menipu karyawan agar mengungkapkan kredensial login, informasi keuangan, atau bahkan memberikan akses ke sistem internal perusahaan. Email phishing, pesan teks palsu, atau panggilan telepon yang menyamar sebagai pihak berwenang adalah beberapa bentuk serangan yang dapat mengecoh korban. Tanpa adanya kesadaran yang memadai, karyawan dapat dengan mudah terjebak dalam skema ini dan tanpa disadari memberikan akses bagi penyerang untuk mencuri atau menyalahgunakan data perusahaan.

Kesalahan Manusia (Human Error)

Banyak kebocoran data terjadi bukan karena serangan siber yang kompleks, tetapi akibat kesalahan manusia yang tampaknya sepele. Mengirim email berisi informasi sensitif ke alamat yang salah, menyimpan data penting di perangkat yang tidak terenkripsi, atau bahkan lupa mengunci layar komputer saat meninggalkan meja kerja dapat menjadi celah bagi pelaku kejahatan. Human error sering kali menjadi faktor yang sulit dikendalikan, terutama jika perusahaan tidak memiliki kebijakan keamanan yang ketat atau sistem pemantauan yang efektif.

Kurangnya Kesadaran dan Pelatihan Karyawan Terkait Keamanan Data

Karyawan adalah garis pertahanan pertama dalam menjaga keamanan data perusahaan. Namun, tanpa pelatihan yang tepat, mereka bisa menjadi titik lemah yang mudah dieksploitasi. Banyak perusahaan masih mengabaikan pentingnya program security awareness training secara berkala, sehingga karyawan tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai ancaman siber dan cara menghadapinya. Minimnya edukasi mengenai risiko keamanan data membuat karyawan lebih rentan terhadap serangan phishing, social engineering, dan praktik keamanan yang buruk dalam pengelolaan informasi perusahaan.

Penggunaan Perangkat Pribadi atau BYOD Tanpa Pengamanan

Banyak perusahaan menerapkan kebijakan Bring Your Own Device (BYOD) untuk meningkatkan fleksibilitas kerja, tetapi tanpa pengamanan yang tepat, hal ini bisa menjadi ancaman besar. Perangkat pribadi sering kali tidak memiliki perlindungan yang setara dengan perangkat resmi perusahaan, seperti enkripsi data, antivirus, atau sistem pemantauan keamanan. Jika karyawan mengakses jaringan atau data perusahaan melalui perangkat yang tidak aman, risiko pencurian data akibat malware, jaringan Wi-Fi publik yang rentan, atau perangkat yang hilang semakin meningkat.

Insider Threats dan Kelalaian dalam Manajemen Akses

Ancaman dari dalam (insider threats) sering kali lebih sulit dideteksi dibandingkan serangan eksternal karena berasal dari orang dalam perusahaan yang memiliki akses sah terhadap data sensitif. Insider threats bisa berasal dari karyawan yang tidak puas, mantan karyawan yang masih memiliki akses ke sistem, atau bahkan staf yang tanpa sengaja mengekspos informasi perusahaan. Selain itu, kelalaian dalam manajemen akses, seperti memberikan hak akses yang terlalu luas tanpa pembatasan yang jelas, dapat meningkatkan risiko kebocoran data. Prinsip least privilege—memberikan akses hanya kepada pihak yang benar-benar membutuhkannya—harus diterapkan secara ketat untuk mengurangi potensi ancaman dari dalam.

HRM sebagai Solusi untuk Mengatasi Kebocoran Data Perusahaan

Kebocoran data merupakan salah satu risiko terbesar yang dihadapi perusahaan di era digital. Meskipun berbagai teknologi keamanan telah diterapkan, faktor manusia tetap menjadi titik lemah yang paling rentan terhadap ancaman siber. Human Risk Management (HRM) hadir sebagai solusi untuk mengurangi risiko kebocoran data dengan pendekatan yang berfokus pada kesadaran, kebijakan, pemantauan, dan teknologi. Dengan menerapkan strategi yang tepat, HRM membantu perusahaan membangun budaya keamanan data yang lebih kuat dan mencegah insiden yang dapat merugikan bisnis. Berikut adalah beberapa cara HRM dapat diterapkan untuk mengatasi kebocoran data perusahaan:

Meningkatkan Kesadaran Keamanan Data di Kalangan Karyawan

Kesadaran keamanan siber harus ditanamkan ke setiap karyawan melalui pelatihan yang rutin dan berkelanjutan. Program ini mencakup pemahaman tentang ancaman siber, cara mengenali upaya phishing, pentingnya manajemen kata sandi yang aman, serta langkah-langkah respons insiden jika terjadi potensi kebocoran data. Salah satu metode efektif dalam meningkatkan kesadaran ini adalah melalui simulasi phishing, di mana email atau pesan mencurigakan dikirim secara internal untuk menguji sejauh mana karyawan mampu mengenali ancaman tersebut. Pengujian ini membantu perusahaan mengidentifikasi celah dalam pemahaman karyawan serta memberikan pembelajaran langsung mengenai cara menghindari jebakan siber yang sering digunakan oleh penyerang. 

Mengimplementasikan Kebijakan Keamanan yang Ketat

HRM memastikan bahwa akses ke data perusahaan diberikan berdasarkan kebutuhan kerja saja dengan menerapkan prinsip least privilege, di mana setiap karyawan hanya memiliki akses ke informasi yang relevan dengan pekerjaannya, sehingga mengurangi risiko eksploitasi data oleh pihak yang tidak berwenang. Selain itu, autentikasi multi-faktor (MFA) menjadi langkah krusial dalam melindungi akses sistem, dengan mewajibkan verifikasi ganda seperti OTP atau autentikasi biometrik untuk mencegah akses tidak sah meskipun kredensial dicuri. Kebijakan keamanan juga diperkuat dengan penerapan kata sandi yang kuat dan sering diperbarui, termasuk penggunaan kombinasi huruf, angka, dan karakter khusus, serta edukasi mengenai bahaya penggunaan ulang kata sandi guna mencegah kebocoran data akibat pencurian kredensial. 

Monitoring dan Evaluasi Risiko Karyawan

HRM menerapkan sistem pemantauan berbasis behavioral risk assessment untuk mengidentifikasi pola perilaku mencurigakan karyawan, seperti akses data yang tidak biasa, transfer file dalam jumlah besar, atau login dari lokasi yang tidak wajar, sehingga memungkinkan perusahaan mengantisipasi potensi kebocoran data lebih cepat. Selain itu, HRM juga membantu dalam identifikasi insider threats dengan menganalisis faktor risiko seperti ketidakpuasan kerja, tekanan eksternal, atau kelalaian yang dapat mengarah pada kebocoran informasi sensitif. Dengan analisis data yang lebih mendalam, perusahaan dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat sebelum ancaman dari dalam benar-benar terjadi.

Penerapan Teknologi yang Mendukung HRM dalam Keamanan Data

HRM menjadi lebih efektif dengan dukungan software HRM modern yang memungkinkan pemantauan dan analisis risiko secara otomatis, membantu perusahaan mengidentifikasi perilaku mencurigakan, mendeteksi akses yang tidak biasa, dan bahkan memprediksi insiden keamanan sebelum terjadi. Selain itu, teknologi pemantauan real-time memungkinkan perusahaan merespons secara cepat terhadap indikasi kebocoran data, dengan notifikasi otomatis untuk aktivitas mencurigakan seperti pengunduhan file dalam jumlah besar atau akses dari lokasi yang tidak wajar. Dengan deteksi dan respons yang lebih cepat, perusahaan dapat meminimalkan risiko kebocoran data sebelum berdampak besar pada operasional dan keamanan bisnis.

Baca juga: Solusi HRM Penting untuk Memenuhi Regulasi UU PDP dan ISO 27001

Kesimpulan

HRM memainkan peran krusial dalam menjaga perlindungan data perusahaan dengan mengelola risiko keamanan yang berasal dari faktor manusia. Untuk strategi jangka panjang, perusahaan perlu membangun budaya keamanan yang berkelanjutan dengan solusi HRM yang komprehensif. SiberMate hadir sebagai platform Human Risk Management yang membantu perusahaan mengelola risiko keamanan siber secara efektif. Dengan fitur seperti automated security awareness training, simulasi phishing, breach monitoring, dan policy management, SiberMate memastikan bahwa perusahaan Anda siap menghadapi tantangan keamanan siber. Lindungi data perusahaan Anda dengan solusi HRM dari SiberMate sekarang!

Satu Solusi Kelola Keamanan Siber Karyawan Secara Simple & Otomatis

Nur Rachmi Latifa

Penulis yang berfokus memproduksi konten seputar Cybersecurity, Privacy dan Human Cyber Risk Management.