<img height="1" width="1" style="display:none" src="https://www.facebook.com/tr?id=2253229985023706&amp;ev=PageView&amp;noscript=1">

back to HRMI

Data Pelanggan Adidas Bocor, Apa yang Harus Kamu Lakukan?

Read Time 6 mins | 18 Jun 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa

Data Pelanggan Adidas Bocor

Adidas baru-baru ini mengonfirmasi bahwa mereka mengalami insiden kebocoran data yang melibatkan informasi pribadi pelanggan, khususnya data kontak dari individu yang pernah menghubungi layanan pelanggan mereka. Meskipun data sensitif seperti kata sandi, nomor kartu kredit, atau informasi pembayaran lainnya dinyatakan aman, kasus ini tetap memicu kekhawatiran publik karena data kontak pribadi pun dapat dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk melakukan penipuan atau serangan phishing. Kebocoran data yang dialami Adidas ini terjadi di tengah meningkatnya frekuensi dan skala serangan siber global yang menyasar perusahaan-perusahaan besar lintas sektor. Hal ini menjadi pengingat bahwa di era digital, keamanan data pelanggan tak hanya jadi tanggung jawab internal, tetapi juga harus mencakup pengawasan terhadap mitra eksternal.

Kronologi Singkat: Apa yang Terjadi pada Adidas?

Adidas mengeluarkan pernyataan resmi bahwa mereka telah menjadi korban serangan siber yang berdampak pada kebocoran data pelanggan. Dalam klarifikasinya, perusahaan menyebut bahwa serangan tersebut terjadi melalui penyedia layanan pelanggan pihak ketiga yang mereka gunakan. Adidas menegaskan bahwa mereka segera mengambil langkah-langkah pengamanan begitu mengetahui adanya akses tidak sah, termasuk melakukan investigasi menyeluruh bersama tim keamanan siber independen.

Data pelanggan yang dicuri dalam insiden ini sebagian besar berupa informasi kontak, seperti nama, alamat email, dan nomor telepon. Meskipun data sensitif seperti kata sandi, informasi kartu kredit, atau detail pembayaran lainnya tidak ikut terdampak, informasi kontak tetap dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk tujuan-tujuan seperti penipuan digital, serangan phishing, atau distribusi spam secara besar-besaran. Adidas telah mulai memberi tahu pelanggan yang berpotensi terdampak dan bekerja sama dengan otoritas perlindungan data sesuai regulasi yang berlaku.

Penting untuk dicatat bahwa serangan ini tidak berasal dari sistem internal Adidas, melainkan dari pihak eksternal yang memberikan layanan pelanggan atas nama mereka. Insiden ini menyoroti pentingnya pengawasan menyeluruh terhadap seluruh rantai penyedia layanan, karena kelemahan sekecil apa pun dapat membuka celah bagi peretas. Kasus ini juga menambah daftar panjang serangan siber terhadap perusahaan ritel global, memperkuat urgensi penguatan sistem keamanan digital, baik secara internal maupun dalam kemitraan strategis.

Baca juga: 184 Juta Password Bocor dari Apple & Google, Apa Sebab dan Solusinya?

Potensi Risiko dari Kebocoran Data Kontak

Meskipun data sensitif tidak ikut bocor, kebocoran data kontak pelanggan tetap menimbulkan risiko serius. Informasi seperti nama, email, dan nomor telepon sangat rentan dimanfaatkan untuk aksi penipuan digital. Pelaku bisa menyamar sebagai Adidas dan mengirimkan email phishing yang tampak meyakinkan untuk mencuri informasi lebih lanjut atau menanam malware. Serangan semacam ini sering kali berhasil karena pesan terlihat resmi dan dikirim ke orang-orang yang memang pernah berinteraksi dengan Adidas, sehingga lebih mudah dipercaya.

Kasus Adidas ini mengingatkan kita pada serangkaian insiden siber lain yang menimpa perusahaan besar seperti Marks & Spencer dan Harrods. Dalam kasus M&S, serangan menyebabkan gangguan besar pada operasional dan kerugian yang diperkirakan mencapai triliunan rupiah. Meskipun belum ada bukti bahwa kasus Adidas berkaitan dengan kelompok yang sama, pola serangan menunjukkan bahwa industri ritel menjadi target utama. Hal ini menambah urgensi bagi perusahaan untuk memperkuat sistem deteksi phishing dan secara aktif mengedukasi pelanggan mengenai ciri-ciri penipuan digital.

Tindakan yang Diambil oleh Adidas

Menanggapi insiden kebocoran data, Adidas segera melakukan investigasi internal untuk menelusuri sumber dan cakupan pelanggaran. Mereka juga menggandeng tim ahli keamanan siber independen guna memastikan setiap celah yang dimanfaatkan oleh pelaku bisa diidentifikasi dan ditutup. Langkah ini menunjukkan keseriusan Adidas dalam menangani keamanan pelanggan serta komitmen mereka untuk memperkuat sistem digital yang ada agar kejadian serupa tidak terulang.

Selain itu, Adidas secara proaktif melaporkan insiden tersebut kepada otoritas perlindungan data yang relevan dan pihak penegak hukum, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Mereka juga mulai mengirimkan pemberitahuan kepada konsumen yang datanya kemungkinan terdampak, sebagai bentuk transparansi dan tanggung jawab. Tindakan ini penting untuk memberi informasi dini kepada pelanggan agar mereka dapat mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap potensi penyalahgunaan data.

Di tengah upaya mitigasi tersebut, Adidas memastikan bahwa operasional bisnis mereka tetap berjalan normal. Tidak ada gangguan signifikan terhadap layanan atau distribusi produk yang dilaporkan sejauh ini. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menangani krisis dengan pendekatan yang terstruktur dan terukur, sekaligus menjaga kepercayaan pelanggan di tengah situasi yang penuh tekanan.

Apa yang Harus Dilakukan Konsumen?

Untuk menjaga diri dari potensi penyalahgunaan data setelah insiden kebocoran ini, konsumen perlu mengambil langkah-langkah pencegahan yang praktis dan waspada. Berikut ini adalah tiga tips keamanan Adidas yang sebaiknya segera diterapkan agar data pribadi Anda tetap aman:

Jangan Klik Link Mencurigakan yang Mengatasnamakan Adidas

Setelah insiden kebocoran data, besar kemungkinan pelaku akan memanfaatkan informasi kontak untuk mengirimkan pesan palsu yang mengatasnamakan Adidas. Pesan-pesan ini bisa berisi link yang terlihat sah, namun sebenarnya mengarahkan Anda ke situs phishing atau menyuntikkan malware ke perangkat Anda. Jangan pernah mengklik tautan atau mengunduh lampiran dari email, SMS, atau WhatsApp yang terasa tidak biasa, apalagi jika mengandung unsur urgensi seperti “akun Anda diblokir” atau “menang hadiah”.

Verifikasi Pesan Resmi dari Adidas

Salah satu cara paling efektif untuk menghindari jebakan digital adalah dengan memverifikasi setiap pesan yang mengaku dari Adidas. Anda bisa melakukannya dengan mengecek alamat email pengirim, melihat domain situs yang tercantum, atau langsung menghubungi layanan pelanggan resmi Adidas melalui situs web mereka. Hindari membalas pesan secara langsung atau mengisi formulir apa pun sebelum Anda memastikan bahwa komunikasi tersebut benar-benar berasal dari Adidas.

Lindungi Data Pribadi Pasca-Insiden

Selain waspada terhadap pesan mencurigakan, penting juga untuk memperkuat perlindungan data pribadi Anda. Gunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun, aktifkan autentikasi dua faktor jika tersedia, dan secara berkala tinjau aktivitas akun-akun digital Anda untuk mendeteksi aktivitas yang tidak wajar. Jika memungkinkan, batasi informasi pribadi yang Anda bagikan secara online dan pastikan perangkat Anda terlindungi dengan perangkat lunak keamanan yang diperbarui. 

Dengan menerapkan langkah-langkah perlindungan ini, Anda bisa mengurangi risiko dari kebocoran data dan menjaga privasi Anda tetap aman.

Pelajaran bagi Perusahaan Lain

Agar HP Anda tidak menjadi korban berikutnya dari malware Zanubis, penting untuk memahami langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan sejak awal. Serangan seperti ini sering kali memanfaatkan kelengahan pengguna, jadi perlindungan terbaik dimulai dari kebiasaan digital yang bijak. Berikut enam langkah penting untuk menjaga HP Anda tetap aman:

Pentingnya Audit Vendor Pihak Ketiga

Banyak perusahaan bekerja sama dengan mitra eksternal untuk mengelola layanan pelanggan, sistem pembayaran, atau infrastruktur TI. Namun, kerja sama ini juga membawa risiko apabila tidak diawasi dengan ketat. Audit menyeluruh terhadap vendor pihak ketiga harus dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa standar keamanan data mereka sejalan dengan kebijakan internal perusahaan. Dalam kasus Adidas, kebocoran data terjadi melalui penyedia layanan pelanggan eksternal—dan ini bisa terjadi pada siapa saja jika pengawasan tidak memadai.

Standar Keamanan Data dalam Kerja Sama Eksternal

Ketika menjalin kemitraan, perusahaan perlu memastikan bahwa semua pihak yang terlibat memiliki kesepakatan tertulis mengenai perlindungan data. Hal ini mencakup penggunaan enkripsi, pembatasan akses, pemantauan aktivitas, dan ketentuan tentang pelaporan insiden siber. Tidak cukup hanya mengandalkan kontrak bisnis, perusahaan harus secara aktif memverifikasi implementasi teknis dari setiap standar keamanan yang disepakati.

Rekomendasi Pelatihan Keamanan, Audit Rutin, dan Kebijakan Kontrol Akses

Membangun budaya keamanan data yang kuat dimulai dari internal perusahaan sendiri. Semua karyawan—terutama yang bekerja dengan informasi pelanggan atau sistem digital—perlu mendapatkan pelatihan rutin mengenai ancaman siber terkini dan cara menanggapinya. Selain itu, audit keamanan rutin harus menjadi bagian dari strategi bisnis jangka panjang. Kebijakan kontrol akses juga perlu diperketat, memastikan bahwa hanya pihak yang berwenang yang dapat mengakses data sensitif. Dengan langkah-langkah ini, perusahaan bisa meminimalkan risiko pelanggaran data dan menjaga kepercayaan pelanggan.

Peran Literasi Digital dan Solusi Keamanan HP

Untuk menciptakan masa depan digital yang lebih aman, dibutuhkan kolaborasi erat antara perusahaan, pemerintah, dan komunitas keamanan siber. Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk terus memperbarui sistem keamanannya dan memastikan seluruh mitra eksternal mematuhi standar yang sama. Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan memberikan panduan jelas terkait perlindungan data, sambil mendorong pelaporan insiden secara terbuka agar bisa ditangani lebih cepat. Di sisi lain, komunitas siber berperan penting dalam berbagi informasi ancaman, mengembangkan solusi teknis, serta membangun kesadaran kolektif melalui edukasi dan riset.

Industri ritel menjadi salah satu target utama dalam serangan siber global karena besarnya volume data pelanggan yang mereka kelola. Oleh karena itu, membangun ekosistem keamanan digital yang kuat di sektor ini adalah hal yang sangat mendesak. Tidak cukup hanya berinvestasi pada perangkat lunak keamanan, perusahaan juga harus aktif berjejaring dan berbagi best practice dengan pelaku industri lainnya. Kolaborasi lintas sektor akan memperkuat kemampuan deteksi dan respons terhadap ancaman, serta menciptakan sistem yang lebih tangguh dalam menghadapi serangan siber di masa depan.

Baca juga: Mengapa Kebocoran Data Dapat Mengancam Keberlanjutan Bisnis Anda

Kesimpulan

Insiden kebocoran data yang menimpa Adidas menjadi pengingat penting bahwa bahkan perusahaan besar pun tidak kebal terhadap serangan siber, terutama ketika melibatkan pihak ketiga dalam pengelolaan data pelanggan. Meskipun data sensitif seperti informasi pembayaran tidak terdampak, kebocoran data kontak tetap membuka celah bagi potensi penipuan digital. Bagi kita sebagai konsumen, penting untuk tetap waspada, terus mengedukasi diri tentang ancaman siber, dan mengambil langkah proaktif untuk melindungi data pribadi—karena di era digital ini, keamanan bukan hanya tanggung jawab perusahaan, tapi juga kita sebagai pengguna.

Satu Solusi Kelola Keamanan Siber Karyawan Secara Simple & Otomatis

Nur Rachmi Latifa

Penulis yang berfokus memproduksi konten seputar Cybersecurity, Privacy dan Human Cyber Risk Management.

Floating WhatsApp Button - Final Code (Text Box Smaller All)
WhatsApp Icon Mira