Ancaman Baru: Malware Node.js Menyamar sebagai Aplikasi Trading
Read Time 6 mins | Written by: Nur Rachmi Latifa

Industri kripto menjadi sasaran empuk bagi berbagai serangan siber, seiring dengan meningkatnya nilai, popularitas, dan adopsi aset digital di kalangan individu maupun institusi. Para pelaku kejahatan siber pun terus mengembangkan metode yang semakin canggih dan sulit dideteksi untuk mengecoh pengguna dan mencuri data berharga, termasuk kredensial login dan akses ke dompet kripto. Salah satu ancaman terbaru yang kini tengah menjadi sorotan adalah Malware Node.js, sebuah malware yang dirancang khusus untuk menyamar sebagai aplikasi trading ternama seperti Binance dan TradingView. Dengan menyusup melalui iklan palsu serta installer yang tampak sah, malware ini berhasil menginfeksi sistem tanpa disadari, menciptakan persistensi, dan mulai mengumpulkan informasi sensitif dari korban. Malware Node.js kini menjadi ancaman nyata bagi pengguna kripto yang kurang waspada terhadap sumber unduhan perangkat lunak dan praktik keamanan digital yang tepat.
Node.js: Dari Platform Pengembangan Menjadi Alat Malware
Node.js dikenal luas sebagai platform berbasis JavaScript yang digunakan secara sah oleh para pengembang untuk membangun aplikasi web modern, terutama karena kemampuannya menjalankan kode di sisi server dengan performa tinggi. Dengan dukungan ekosistem yang luas dan komunitas aktif, Node.js telah menjadi salah satu teknologi favorit dalam pengembangan berbagai layanan digital, mulai dari situs web hingga aplikasi real-time. Namun, fleksibilitas inilah yang juga membuatnya menarik di mata para pelaku kejahatan siber.
Dalam beberapa kampanye serangan terbaru, Node.js mulai disalahgunakan untuk menciptakan malware modular yang berbahaya. Pelaku menyematkan kode jahat ke dalam installer aplikasi palsu yang diklaim sebagai alat trading ternama. Setelah dijalankan, malware tersebut mampu mengakses sistem, mencuri data, dan menjaga keberadaannya dalam perangkat korban melalui teknik persistensi canggih. Dengan pendekatan modular, pelaku dapat memperbarui atau menambahkan fungsi baru pada malware tanpa perlu menginstal ulang perangkat lunak berbahaya tersebut.
Salah satu alasan mengapa malware Node.js sulit dideteksi adalah karena sifat lintas platform-nya. Kode berbahaya yang ditulis dalam JavaScript dapat dijalankan di berbagai sistem operasi tanpa banyak penyesuaian, membuatnya efisien untuk kampanye serangan berskala besar. Selain itu, karena Node.js sering digunakan secara sah dalam lingkungan pengembangan, malware yang menyamar sebagai proses Node.js sering kali lolos dari pengawasan perangkat keamanan tradisional yang tidak mengenali ancaman tersembunyi di dalamnya. Kombinasi fleksibilitas, kemampuan update jarak jauh, dan penyamaran yang rapi menjadikan Node.js alat baru yang berbahaya di tangan pelaku siber.
Baca juga: DDoS Attack: Senjata Para Peretas Setelah Mencuri Data Anda
Kronologi Kampanye Malvertising
Kampanye malvertising ini pertama kali terdeteksi aktif pada awal April 2025 oleh Microsoft Threat Intelligence, yang memperingatkan adanya gelombang besar serangan yang menargetkan para pelaku perdagangan mata uang kripto. Serangan ini dimulai dengan kemunculan iklan palsu yang tersebar di berbagai platform digital. Iklan tersebut didesain secara profesional dengan menampilkan logo dan tampilan menyerupai aplikasi trading ternama seperti Binance dan TradingView, sehingga meyakinkan calon korban bahwa mereka sedang mengakses perangkat lunak resmi.
Ketika pengguna mengklik iklan tersebut, mereka diarahkan ke situs phishing yang telah dirancang menyerupai halaman resmi penyedia aplikasi. Di sana, korban ditawari installer aplikasi yang tampaknya sah, padahal sebenarnya sudah disusupi malware berbasis Node.js. Setelah dijalankan, malware ini langsung menginfeksi sistem secara diam-diam dan mulai mengeksekusi skrip berbahaya di latar belakang. Salah satu teknik yang digunakan adalah pembuatan tugas terjadwal tersembunyi, yang memastikan malware tetap aktif meskipun perangkat dimatikan atau di-restart, sekaligus mampu menghindari deteksi antivirus konvensional. Untuk mengelabui korban, installer bahkan membuka jendela yang menampilkan situs perdagangan asli sebagai bentuk umpan visual.
Selain melalui situs phishing, para pelaku juga memanfaatkan repositori perangkat lunak yang telah diretas untuk mendistribusikan file installer berbahaya. Situs-situs ini terlihat seperti sumber resmi, namun telah dimodifikasi secara diam-diam untuk menyisipkan malware ke dalam paket unduhan. Begitu berhasil terpasang, malware Node.js akan mulai mengumpulkan berbagai informasi penting dari perangkat korban—termasuk daftar program, detail BIOS, hingga alamat dompet kripto. Data tersebut kemungkinan besar digunakan untuk menyasar korban tertentu atau merancang serangan lanjutan. Serangan ini membuktikan betapa efektifnya teknik penyamaran dan manipulasi kepercayaan dalam kampanye malvertising modern.
Data yang Dicuri oleh Malware Node.js
Data yang berhasil dikumpulkan oleh Malware Node.js bukan sekadar informasi umum, melainkan data sensitif yang dapat dimanfaatkan untuk serangan lanjutan yang lebih berbahaya. Berikut ini adalah jenis-jenis data yang menjadi target utama malware ini beserta penjelasan potensi bahayanya:
-
Daftar aplikasi yang terinstal:
Malware memindai dan mencatat seluruh program yang terpasang di sistem korban. Informasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi perangkat lunak keamanan yang aktif atau untuk menyusun strategi serangan selanjutnya berdasarkan kelemahan aplikasi yang ditemukan. -
Versi BIOS dan konfigurasi sistem:
Dengan mengetahui spesifikasi hardware dan versi BIOS, pelaku bisa merancang eksploitasi yang lebih tepat sasaran, termasuk menghindari sistem yang dilindungi secara lebih baik atau menargetkan kerentanan perangkat keras tertentu. -
Alamat dompet kripto (crypto wallet):
Ini adalah target utama dalam kampanye ini. Setelah menemukan alamat dompet, pelaku dapat melacak aktivitas transaksi dan bahkan mencoba mengambil alih dompet jika mereka berhasil mencuri kredensial pendukung lainnya. -
Kredensial browser (Chrome, Firefox, Edge):
Malware mengekstrak username dan password yang tersimpan di browser populer. Hal ini membuka peluang untuk mengambil alih akun email, platform kripto, dan berbagai layanan digital lainnya yang mungkin terhubung dengan aset keuangan korban. -
Konten notepad:
Banyak pengguna secara tidak sadar menyimpan informasi penting seperti seed phrase, password, atau catatan pribadi di aplikasi notepad. Malware Node.js mengakses dan mencuri data ini untuk memperluas cakupan informasi yang bisa dimanfaatkan.
Dengan menggabungkan seluruh data ini, pelaku kejahatan siber bisa membangun profil lengkap korban dan melancarkan serangan lanjutan, seperti pencurian identitas, pengambilalihan akun, hingga social engineering yang lebih meyakinkan.
Mengapa Malware Node.js Sulit Dideteksi
Salah satu alasan utama mengapa Malware Node.js sulit dideteksi adalah karena kemampuannya beroperasi secara diam-diam di latar belakang tanpa memicu tanda-tanda mencurigakan bagi pengguna. Setelah terpasang, malware ini menyamar sebagai proses sah dan menjalankan tugas tersembunyi yang tidak mengganggu aktivitas normal sistem. Karena malware ini tidak menampilkan jendela pop-up mencurigakan atau memperlambat kinerja perangkat secara drastis, banyak pengguna tidak menyadari bahwa perangkat mereka telah terinfeksi.
Selain itu, malware ini memanfaatkan fleksibilitas JavaScript untuk melakukan remote update, memungkinkan pelaku menambahkan fitur baru atau memodifikasi perilaku malware kapan saja tanpa harus mengakses perangkat secara fisik. Pendekatan ini membuat deteksi semakin sulit karena karakteristik malware dapat berubah seiring waktu. Sayangnya, banyak antivirus tradisional masih kurang efektif dalam mengenali ancaman yang berbasis skrip seperti ini, terutama jika malware tersebut menggunakan teknik obfuscation (penyamaran kode) yang kompleks. Akibatnya, malware Node.js dapat bertahan lebih lama dalam sistem sebelum akhirnya terdeteksi—jika terdeteksi sama sekali.
Dampak bagi Pengguna dan Industri Kripto
Serangan malware berbasis Node.js ini membawa dampak serius bagi para pengguna aset digital, terutama mereka yang menyimpan kripto dalam hot wallet yang terhubung ke internet. Setelah berhasil menginfeksi perangkat, malware mampu mencuri kredensial, membaca aktivitas penelusuran, dan bahkan mengakses alamat dompet kripto, membuat dana pengguna rentan untuk dicuri dalam hitungan menit. Karena banyak pengguna tidak menyadari adanya aktivitas mencurigakan hingga terlambat, kerugian finansial bisa sangat besar dan sulit dipulihkan.
Di sisi lain, platform terkenal seperti Binance dan TradingView juga ikut terdampak secara reputasi, meskipun mereka bukan pihak yang bertanggung jawab langsung atas serangan ini. Fakta bahwa nama dan tampilan mereka digunakan untuk menyebarkan malware menciptakan ketidakpercayaan di mata publik, terutama bagi pengguna baru. CEO CryptoQuant, Ki Young Ju, bahkan menyatakan bahwa sistem operasi Windows kini menjadi risiko tersendiri bagi pemegang aset kripto karena kerentanannya terhadap serangan semacam ini, jika dibandingkan dengan macOS yang dinilai lebih tahan terhadap eksploitasi berbasis skrip.
Tips Perlindungan bagi Pengguna Kripto
Untuk menghindari menjadi korban serangan Malware Node.js, pengguna aset digital perlu meningkatkan kewaspadaan digital dan menerapkan kebiasaan keamanan yang lebih disiplin. Serangan semacam ini tidak hanya mencuri data, tetapi juga dapat mengakibatkan kerugian finansial besar dalam waktu singkat. Berikut adalah beberapa tips perlindungan penting yang perlu diterapkan oleh pengguna kripto agar tetap aman di tengah maraknya ancaman siber:
Unduh Hanya dari Situs Resmi
Selalu pastikan bahwa Anda mengunduh perangkat lunak atau aplikasi trading langsung dari situs resmi penyedia layanan, seperti Binance atau TradingView, atau dari toko aplikasi terpercaya seperti App Store atau Google Play. Hindari mengklik tautan dari iklan, pesan pribadi, atau email yang tidak diverifikasi, karena sering kali menjadi pintu masuk serangan malvertising.
Hindari Penginstal dari Pihak Ketiga atau Versi Bajakan
Jangan pernah menggunakan installer dari forum tidak resmi, torrent, atau versi bajakan, meskipun terlihat menarik atau lebih praktis. Perangkat lunak yang tidak resmi sangat berisiko karena bisa saja telah dimodifikasi dan disusupi skrip jahat yang bekerja di latar belakang tanpa disadari pengguna.
Aktifkan Proteksi Endpoint dan Pemindaian Real-Time
Gunakan solusi keamanan yang memiliki fitur perlindungan endpoint serta pemindaian waktu nyata untuk mendeteksi aktivitas berbahaya. Perlindungan semacam ini mampu mengenali pola-pola mencurigakan, termasuk upaya pengambilan data atau eksekusi skrip malware, sehingga dapat meminimalisir risiko sebelum infeksi menyebar lebih jauh.
Waspadai Proses Latar Belakang dan Ekstensi Mencurigakan
Periksa secara rutin proses yang berjalan di komputer Anda melalui Task Manager (Windows) atau Activity Monitor (macOS), dan cari aktivitas yang tidak biasa, terutama yang berkaitan dengan Node.js atau proses yang tidak Anda kenali. Selain itu, tinjau semua ekstensi browser Anda dan hapus yang tidak dikenal atau tidak digunakan, karena bisa saja berfungsi sebagai alat pengintai yang tersembunyi.
Segera Reset Kredensial Jika Merasa Pernah Menginstal Aplikasi Palsu
Jika Anda merasa pernah mengunduh dan menjalankan installer dari sumber yang tidak jelas atau mencurigakan, segera ambil tindakan pencegahan dengan memutus koneksi internet sementara, lalu ganti semua kata sandi penting, termasuk email, akun exchange, dompet kripto, dan layanan online lainnya. Langkah cepat ini dapat membantu mencegah penyalahgunaan data dan mengurangi dampak serangan yang lebih besar.
Baca juga: 10.000 Malware dalam Sekejap: Bagaimana AI Mempercepat Serangan Siber?
Kesimpulan
Serangan Malware Node.js yang menyamar sebagai aplikasi trading populer menunjukkan betapa besarnya ancaman yang kini dihadapi sektor kripto. Dengan taktik yang semakin canggih dan penyamaran yang meyakinkan, malware ini tidak hanya mencuri data sensitif, tetapi juga melemahkan kepercayaan pengguna terhadap ekosistem digital yang mereka andalkan. Untuk menghadapi ancaman semacam ini, dibutuhkan kolaborasi erat antara pengguna, organisasi, dan vendor keamanan dalam membangun pertahanan yang tangguh. Lebih dari itu, kewaspadaan dalam mengunduh perangkat lunak harus menjadi kebiasaan utama—menghindari installer dari sumber yang tidak resmi bisa menjadi langkah sederhana namun sangat krusial dalam menjaga keamanan aset digital.