Apa Itu DNS Flooding dan Mengapa Serangan Siber Ini Berbahaya?
Read Time 5 mins | 29 Mei 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa

Dalam dunia digital saat ini, server DNS memegang peranan penting sebagai jembatan antara pengguna dan situs web yang ingin mereka akses. DNS (Domain Name System) berfungsi layaknya buku telepon internet yang menerjemahkan nama domain seperti example.com menjadi alamat IP yang bisa dimengerti oleh komputer. Tanpa proses ini, pengguna tidak dapat mengakses layanan apa pun di internet. Oleh karena itu, ketika terjadi gangguan pada sistem ini—seperti yang terjadi dalam serangan DNS Flooding—akses ke situs web, API, atau layanan digital bisa lumpuh total. Inilah mengapa serangan siber yang menargetkan DNS menjadi sangat berbahaya dan perlu dipahami secara mendalam.
Serangan Sunyi yang Melumpuhkan Akses: Apa Itu DNS Flooding?
DNS Flooding adalah salah satu bentuk serangan DDoS (Distributed Denial of Service) yang secara khusus menargetkan server DNS sebuah domain. Dalam serangan ini, penyerang membanjiri server DNS dengan permintaan yang sangat besar dan terus-menerus, hingga akhirnya membuat server tersebut kewalahan dan tidak mampu lagi memproses permintaan dari pengguna yang sah. Akibatnya, layanan yang bergantung pada DNS—seperti situs web, aplikasi, atau API—tidak dapat diakses sama sekali.
Agar lebih mudah dipahami, bayangkan DNS seperti buku telepon internet. Saat Anda ingin mengakses sebuah situs, komputer Anda akan "membuka buku telepon" ini untuk mencari tahu ke mana harus menghubungi server tujuan. Nah, jika buku telepon ini penuh dengan permintaan palsu atau tidak dapat dibuka karena sibuk, maka Anda tidak akan bisa mengakses situs yang dimaksud. Inilah prinsip dasar dari DNS Flooding: mengganggu proses resolusi DNS, sehingga membuat sistem komunikasi internet terputus di level paling awal.
Dampaknya bisa sangat serius, terutama bagi organisasi yang mengandalkan layanan online. Dalam banyak kasus, pengguna akan mendapati bahwa situs tidak bisa dimuat atau layanan tiba-tiba tidak tersedia—bukan karena situsnya rusak, tetapi karena server DNS-nya tidak mampu menyelesaikan permintaan alamat yang masuk. Karena serangan ini tampak seperti trafik biasa dan datang dari banyak titik berbeda, DNS Flooding adalah salah satu bentuk serangan siber yang sulit dideteksi namun sangat merusak.
Baca juga: Ransomware Menyusup Lewat Kamera IP: Ancaman Baru bagi Perusahaan
Bagaimana Cara Kerja Serangan DNS Flooding?
Cara kerja DNS Flooding cukup canggih dan memanfaatkan kerentanan infrastruktur internet modern. Serangan ini dilakukan dengan menggunakan botnet, yaitu jaringan perangkat yang telah terinfeksi malware dan dikendalikan oleh penyerang. Botnet ini bisa terdiri dari ribuan hingga jutaan perangkat seperti IP camera, DVR, atau perangkat IoT lainnya yang terkoneksi ke internet. Setiap perangkat akan mengirimkan permintaan DNS dalam jumlah besar secara bersamaan ke server DNS target, sehingga menciptakan lonjakan trafik yang sangat besar dan membuat server tidak mampu menangani semua permintaan tersebut.
Yang membuat serangan DNS ini semakin berbahaya adalah kemampuannya untuk meniru lalu lintas normal. Permintaan yang dikirim oleh perangkat botnet sering kali tampak sah, misalnya dengan meminta data untuk domain yang benar-benar ada. Karena itulah, lalu lintas yang tercipta sangat mirip dengan trafik pengguna biasa, sehingga sulit untuk dibedakan secara langsung. Inilah mengapa DNS Flooding menjadi tantangan besar bagi tim keamanan: botnet tidak hanya membawa volume tinggi, tapi juga mimicking real queries, yang menyulitkan proses deteksi dan mitigasi serangan sejak dini.
DNS Flooding vs. DNS Amplification
Perbedaan DNS Flooding dan DNS Amplification terletak pada cara serangan dilakukan. DNS Flooding menggunakan metode direct flooding, di mana penyerang mengirimkan permintaan DNS secara langsung ke server target dalam jumlah besar, biasanya melalui botnet yang terdiri dari perangkat IoT. Tujuannya adalah membuat server DNS kewalahan dan tidak dapat merespons permintaan sah dari pengguna. Serangan ini mengandalkan volume dan kecepatan, tanpa menyembunyikan asal serangan.
Sebaliknya, serangan amplifikasi DNS memanfaatkan server DNS terbuka yang tidak diamankan dengan baik. Penyerang mengirimkan permintaan DNS kecil ke server-server tersebut, tetapi dengan alamat pengirim yang dipalsukan (spoofing) menjadi alamat korban. Ketika server DNS merespons, balasan yang besar akan dikirimkan ke korban, bukan ke penyerang. Teknik ini disebut reflected amplification karena permintaan kecil dapat menghasilkan respons yang jauh lebih besar.
Keunggulan amplifikasi adalah efisiensinya—penyerang bisa menyerang target besar dengan sumber daya terbatas. Namun, karena bergantung pada DNS server yang rentan, efektivitasnya bisa dibatasi jika sistem DNS global semakin diperketat. Sebaliknya, DNS Flooding tidak perlu memanfaatkan kelemahan server pihak ketiga, tetapi membutuhkan kapasitas bandwidth yang besar.
Mengapa DNS Flooding Berbahaya?
Bahaya DNS Flooding sangat serius karena DNS merupakan fondasi utama yang memungkinkan pengguna mengakses layanan digital seperti situs web, aplikasi, dan API. Ketika server DNS diserang dan tidak mampu merespons permintaan dengan benar, layanan menjadi tidak tersedia. Dampak langsungnya adalah downtime yang bisa mengganggu operasional, merusak pengalaman pengguna, serta menurunkan kepercayaan publik terhadap layanan atau perusahaan. Dalam sektor bisnis, dampak serangan DNS ini bisa berujung pada hilangnya pendapatan dan reputasi, terutama jika terjadi berulang atau dalam durasi yang lama.
Risiko DNS Flooding pun semakin tinggi karena meluasnya penggunaan perangkat IoT berbandwidth tinggi seperti kamera IP dan perangkat rumah pintar. Perangkat-perangkat ini sering kali memiliki keamanan yang lemah, menjadikannya target empuk untuk dibajak dan dijadikan bagian dari botnet penyerang. Akibatnya, serangan bisa dilakukan dalam skala besar dengan biaya rendah bagi pelaku. Inilah yang menjadikan DNS Flooding sebagai ancaman yang tidak boleh dianggap enteng dalam dunia keamanan siber modern.
Cara Mitigasi Serangan DNS Flooding
Untuk menghadapi serangan yang semakin kompleks dan sulit dideteksi, organisasi perlu menerapkan strategi mitigasi DNS Flooding yang menyeluruh. Serangan ini tidak hanya memanfaatkan volume trafik tinggi, tetapi juga menyamar sebagai trafik sah, sehingga penanganannya membutuhkan kombinasi teknologi dan pendekatan yang proaktif. Berikut beberapa langkah penting yang dapat diambil sebagai bagian dari perlindungan DNS dan solusi serangan DDoS.
Menggunakan Sistem DNS yang Besar dan Terdistribusi
Langkah pertama dalam mitigasi DNS Flooding adalah memastikan bahwa infrastruktur DNS yang digunakan memiliki kapasitas besar dan tersebar secara geografis. Sistem DNS yang terdistribusi mampu menyebarkan beban trafik ke banyak lokasi berbeda, sehingga tidak mudah dilumpuhkan oleh serangan dalam satu titik saja. Hal ini sangat penting untuk menjaga perlindungan DNS secara menyeluruh, karena dengan adanya cadangan server di berbagai lokasi, kemungkinan terjadinya gangguan layanan akibat serangan menjadi jauh lebih kecil. Arsitektur ini juga membantu menyerap lonjakan trafik dan tetap melayani permintaan sah dari pengguna.
Monitoring Real-Time dan Filtering Trafik Berbahaya
Mitigasi yang efektif juga membutuhkan sistem monitoring secara real-time untuk mendeteksi pola-pola trafik mencurigakan sejak awal. Dengan mengamati permintaan DNS yang masuk secara terus-menerus, tim keamanan dapat mengenali gejala serangan DDoS seperti DNS Flooding sebelum mencapai puncaknya. Teknologi filtering berbasis aturan dan machine learning bisa digunakan untuk menyaring permintaan tidak sah tanpa mengganggu trafik yang valid. Dengan pendekatan ini, organisasi dapat menjaga kelangsungan operasional layanan sambil menghalau serangan secara simultan.
Update dan Isolasi Perangkat IoT yang Terkompromi
Banyak serangan DNS Flooding berasal dari botnet yang terdiri dari perangkat IoT seperti kamera IP, DVR, dan perangkat rumah pintar lainnya. Karena itu, salah satu solusi penting dalam perlindungan DNS adalah memastikan semua perangkat IoT yang terhubung ke jaringan selalu dalam kondisi aman. Hal ini bisa dilakukan dengan update firmware secara berkala, penggunaan kata sandi yang kuat, serta mengisolasi perangkat yang menunjukkan perilaku mencurigakan. Tanpa pengamanan ini, perangkat IoT bisa menjadi "kaki tangan" penyerang dan memperbesar skala serangan ke server DNS.
Baca juga: DDoS Attack: Senjata Para Peretas Setelah Mencuri Data Anda
Kesimpulan
Memahami ancaman DNS Flooding sangat penting di era digital saat ini, di mana hampir seluruh layanan online bergantung pada sistem DNS untuk tetap berjalan. Serangan ini mungkin tidak terlihat mencolok, namun dampaknya bisa melumpuhkan akses ke situs web, aplikasi, hingga layanan keuangan dan e-commerce secara menyeluruh. Oleh karena itu, setiap organisasi—baik perusahaan teknologi, institusi keuangan, hingga penyedia konten—perlu mulai memperkuat infrastruktur DNS mereka dengan sistem yang tangguh, terdistribusi, dan mampu menghadapi serangan berintensitas tinggi. Kesiapan ini bukan hanya soal menjaga uptime, tetapi juga tentang menjaga kepercayaan pelanggan dan stabilitas operasional bisnis secara keseluruhan.