Meningkatkan Transparansi Deteksi Malware dengan Explainable AI
Read Time 8 mins | 13 Nov 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa
Ancaman malware kini tumbuh dengan kecepatan luar biasa, menandakan eskalasi ancaman siber yang semakin kompleks dan sulit diantisipasi. Metode tradisional seperti signature-based detection yang selama ini menjadi andalan sudah tidak lagi efektif menghadapi malware modern yang mampu beradaptasi dan menyamarkan dirinya. Di sisi lain, kemajuan kecerdasan buatan (AI) dan machine learning (ML) menghadirkan peluang baru melalui model seperti Graph Neural Networks (GNN) yang mampu mengenali pola berbahaya dari hubungan antar-komponen program. Namun, muncul tantangan baru: bagaimana menjelaskan alasan di balik keputusan AI tersebut? Di sinilah Explainable AI (XAI) berperan penting—membawa transparansi dan akuntabilitas dalam proses deteksi malware modern agar lebih mudah dipahami manusia.
Evolusi Pendekatan Deteksi Malware
Ancaman malware terus berkembang dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut AV-Test Institute, lebih dari 360.000 sampel malware baru muncul setiap hari, atau sekitar 4,2 malware setiap detik, dengan peningkatan mencapai ratusan juta setiap tahun. Fakta ini menandakan betapa cepatnya lanskap ancaman siber berevolusi dan semakin sulit dihadapi menggunakan metode tradisional seperti signature-based detection. Pendekatan ini bekerja dengan mencocokkan tanda tangan digital file terhadap basis data malware yang dikenal. Meski efektif untuk malware lama, metode ini kini tidak mampu menghadapi ancaman modern yang bersifat polymorphic dan obfuscated, yang terus mengubah bentuknya untuk menghindari deteksi.
Perkembangan teknologi machine learning (ML) menghadirkan babak baru dalam deteksi malware. Teknik seperti Decision Tree, Support Vector Machine (SVM), dan Random Forest memungkinkan sistem mengenali pola perilaku file berdasarkan ribuan fitur seperti opcode sequence, API calls, hingga aktivitas jaringan. Pendekatan deep learning kemudian memperkuat kemampuan ini melalui model seperti Convolutional Neural Networks (CNN) dan Recurrent Neural Networks (RNN) yang dapat mengekstraksi fitur otomatis dari data mentah. CNN memperlakukan file biner seperti gambar untuk mendeteksi pola visual, sementara RNN menganalisis urutan instruksi program dalam konteks waktu. Namun, sebagaimana dijelaskan dalam jurnal Recent Advances in Malware Detection: Graph Learning and Explainability oleh Shokouhinejad et al. (2025), model ini tetap menghadapi tantangan utama—yakni kurangnya interpretabilitas dalam menjelaskan mengapa suatu file diklasifikasikan sebagai berbahaya.
Untuk menjawab keterbatasan tersebut, riset terkini memperkenalkan pendekatan Graph Learning, yang memandang perangkat lunak sebagai jaringan relasi antar-komponen. Dalam model ini, node merepresentasikan fungsi atau system call, sedangkan edge menggambarkan hubungan antar-komponen seperti control flow atau dependensi fungsi. Pendekatan ini mampu mengungkap struktur dan interaksi mencurigakan dalam kode berbahaya—misalnya, fungsi yang berulang kali mengakses API jaringan tanpa otorisasi. Jenis graph yang digunakan meliputi Control Flow Graph (CFG), Function Call Graph (FCG), API Call Graph (ACG), dan System Call Graph (SCG). Dengan memanfaatkan Graph Neural Networks (GNN), sistem dapat memahami pola lokal dan global dalam perilaku malware secara lebih menyeluruh. Penelitian lain seperti Graph-based Malware Detection via Dynamic Behavior Analysis oleh Zhao et al. (2023) juga menegaskan efektivitas GNN dalam mendeteksi ancaman kompleks sekaligus membuka jalan bagi sistem deteksi yang lebih skalabel dan dapat dijelaskan.
Baca juga: Evolusi Cybercrime di Era GenAI dan Dampaknya pada Keamanan Data
Mengapa Explainable AI Penting dalam Keamanan Siber
Seiring meningkatnya kompleksitas model kecerdasan buatan (AI), muncul tantangan baru: kurangnya interpretabilitas dalam pengambilan keputusan. Banyak sistem AI bekerja seperti “kotak hitam”—menghasilkan keputusan yang tampak akurat, tetapi sulit dijelaskan. Dalam konteks keamanan siber, hal ini bisa berakibat fatal. Bayangkan jika sistem salah menandai aplikasi penting sebagai malware, atau justru gagal mengenali ancaman baru yang belum terdeteksi.
Konsep Explainable AI (XAI) hadir untuk menjawab tantangan tersebut. Tujuannya adalah membuat proses pengambilan keputusan AI dapat dipahami oleh manusia tanpa mengorbankan performa. Dalam jurnal Shokouhinejad et al. (2025), dijelaskan bahwa integrasi XAI dalam model seperti Graph Neural Networks (GNN) tidak hanya meningkatkan akurasi deteksi malware, tetapi juga menghadirkan transparansi dan kepercayaan dalam proses analisis ancaman. Dalam konteks deteksi malware, XAI memberikan tiga manfaat utama:
- Transparansi dan Kepercayaan
Analis keamanan dapat memahami faktor-faktor yang menyebabkan suatu file diklasifikasikan sebagai berbahaya. Hal ini meningkatkan kepercayaan terhadap hasil sistem dan memungkinkan validasi manusia atas keputusan AI. - Audit dan Kepatuhan Regulasi
Di banyak industri, terutama sektor keuangan dan pemerintahan, keputusan berbasis AI harus dapat dijelaskan untuk memenuhi standar etika, hukum, dan audit keamanan. - Deteksi dan Respons Lebih Cepat
Dengan mengetahui bagian mana dari program yang mencurigakan, analis bisa segera mengambil langkah mitigasi tanpa menunggu hasil investigasi forensik yang panjang.
Dengan kata lain, Explainable AI tidak hanya meningkatkan transparansi teknis, tetapi juga memperkuat kepercayaan organisasi terhadap sistem AI-nya. Dalam dunia keamanan siber yang serba cepat, kemampuan untuk memahami alasan di balik setiap deteksi bukan lagi nilai tambah—melainkan keharusan agar keputusan berbasis AI tetap aman, etis, dan bertanggung jawab.
Teknik Explainable AI untuk Deteksi Malware
Dalam dunia keamanan siber modern, kemampuan menjelaskan cara kerja model kecerdasan buatan menjadi hal yang sangat penting. Berdasarkan penelitian Shokouhinejad et al. (2025), terdapat dua pendekatan utama dalam menjelaskan model AI: intrinsic dan post-hoc explainability. Pendekatan intrinsic berarti modelnya secara alami mudah dijelaskan, seperti Decision Tree atau Rule-Based Model. Model ini memiliki keunggulan dalam transparansi, tetapi sering kali kurang akurat ketika berhadapan dengan malware kompleks yang memiliki pola perilaku tidak terduga. Sementara itu, pendekatan post-hoc explainability diterapkan setelah model selesai dilatih untuk membantu menjelaskan keputusan yang diambil. Beberapa metode populer seperti LIME (Local Interpretable Model-agnostic Explanations) dan SHAP (SHapley Additive exPlanations) memungkinkan analis memahami fitur mana yang paling berpengaruh terhadap hasil klasifikasi malware.
Penelitian lain, seperti “Explaining Deep Learning Models for Malware Detection Using SHAP and LIME” oleh Bahl et al. (2024), menunjukkan bahwa pendekatan post-hoc memberikan pandangan yang lebih intuitif bagi analis keamanan. Dalam konteks model berbasis Graph Neural Network (GNN), metode seperti GNNExplainer menjadi alat penting karena mampu menyoroti bagian-bagian spesifik dari struktur graph yang berperan dalam keputusan deteksi. Misalnya, sebuah node dapat mewakili fungsi berbahaya seperti CreateRemoteThread, sementara edge yang menghubungkan fungsi jaringan dengan sistem file dapat menunjukkan aktivitas mencurigakan. Dengan visualisasi ini, analis dapat melihat peta hubungan yang menjadi dasar klasifikasi sistem, bukan sekadar hasil akhirnya.
Lebih jauh lagi, XAI pada GNN tidak hanya menjelaskan apa yang dideteksi, tetapi juga mengapa perilaku tertentu dianggap berisiko. Pendekatan ini membantu membangun kepercayaan terhadap model AI sekaligus meningkatkan efisiensi investigasi siber. Sebagaimana dijelaskan oleh Shokouhinejad et al. (2025), integrasi explainability dalam deteksi malware memungkinkan organisasi tidak hanya mengenali ancaman dengan lebih akurat, tetapi juga memahami pola penyebaran dan interaksi internal malware secara mendalam. Dengan demikian, Explainable AI berperan penting dalam menjembatani kecerdasan buatan yang kuat dengan transparansi yang dapat dipertanggungjawabkan—sebuah kombinasi yang krusial dalam membangun sistem keamanan siber yang tepercaya.
Integrasi Graph Learning dan Explainability
Kombinasi antara Graph Learning dan Explainable AI (XAI) kini menjadi fondasi utama dalam pengembangan sistem deteksi malware generasi baru. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan akurasi, tetapi juga menekankan kemampuan interpretasi agar hasil deteksi dapat dipahami manusia. Menurut jurnal Shokouhinejad et al. (2025), integrasi ini menghadirkan model yang lebih tangguh karena mampu mempelajari struktur relasional dalam program malware, sekaligus menjelaskan alasan di balik keputusan klasifikasinya. Dengan demikian, sistem deteksi tidak hanya mampu mengidentifikasi ancaman baru, tetapi juga memberikan konteks yang memperkuat kepercayaan pengguna terhadap hasil AI. Pipeline modern deteksi malware berbasis Graph Learning + Explainability biasanya mencakup empat tahapan penting berikut:
- Feature Engineering
Mengambil dan menyeleksi fitur-fitur penting dari file, seperti API call sequences, header information, byte entropy, dan system call patterns untuk dijadikan dasar analisis. - Graph Construction & Reduction
Menyusun hubungan antar-fitur menjadi struktur graph yang menggambarkan perilaku program. Proses ini sering dilanjutkan dengan graph sparsification atau coarsening untuk mengurangi kompleksitas tanpa mengorbankan makna relasional yang penting. - Graph Embedding & Learning
Mengubah struktur graph menjadi representasi vektor yang dapat diproses oleh Graph Neural Network (GNN). Pada tahap ini, model mempelajari pola lokal dan global untuk membedakan perilaku normal dari aktivitas mencurigakan. - Explainability Layer
Menambahkan lapisan explainability menggunakan metode seperti GNNExplainer atau PGExplainer untuk memvisualisasikan alasan di balik klasifikasi. Hasilnya adalah peta interaktif yang menunjukkan node atau edge mana yang berperan dalam keputusan model.
Pendekatan terpadu ini menghasilkan dua keunggulan utama:
- Akurasi tinggi, karena model mampu memahami hubungan kompleks antar-komponen dalam perilaku malware.
- Transparansi penuh, karena setiap keputusan AI dapat dijelaskan secara visual dan logis kepada analis keamanan.
Penelitian lain seperti Graph-based Malware Detection with Explainable Neural Networks oleh Kang et al. (2024) juga mendukung kesimpulan ini—bahwa integrasi antara Graph Learning dan Explainability tidak hanya meningkatkan kinerja deteksi, tetapi juga memperkuat dimensi etika dan kepercayaan dalam penerapan AI di sektor keamanan. Bagi perusahaan dan lembaga pemerintah, kombinasi ini menjadi langkah krusial menuju Trustworthy AI Security, di mana efisiensi teknologi berpadu dengan transparansi dan akuntabilitas manusia.
Tantangan dan Arah Riset Masa Depan
Meskipun potensi Explainable AI (XAI) dalam deteksi malware sangat besar, penerapannya masih menghadapi berbagai tantangan teknis dan metodologis. Menurut jurnal Shokouhinejad et al. (2025), tantangan utama terletak pada bagaimana menyeimbangkan antara akurasi, efisiensi, dan interpretabilitas. Banyak model AI yang sangat kuat dalam mendeteksi malware, tetapi sulit dijelaskan secara manusiawi.
Sementara model yang mudah dijelaskan sering kali tidak mampu menangani kompleksitas serangan modern. Oleh karena itu, riset masa depan harus berfokus pada pengembangan pendekatan Explainable Graph Learning yang mampu menggabungkan performa tinggi dengan transparansi dan efisiensi komputasi. Beberapa tantangan utama yang perlu diatasi meliputi:
- Keterbatasan Dataset
Dataset malware yang tersedia secara publik masih terbatas dan sering kali bias terhadap jenis atau sumber tertentu. Banyak dataset tidak menyertakan raw binary atau data perilaku dinamis yang dibutuhkan untuk graph learning. Padahal, fitur seperti control flow graph dan API call dependencies sangat penting untuk membangun model yang dapat diinterpretasikan dengan baik. - Scalability dan Efisiensi Komputasi
Struktur graph malware bisa berisi jutaan node dan edge, sehingga pemrosesan menggunakan Graph Neural Network (GNN) memerlukan sumber daya komputasi yang besar. Menurut penelitian Scalable Graph Neural Networks for Cyber Threat Detection oleh Liu et al. (2024), peningkatan efisiensi dapat dicapai dengan graph partitioning dan sparse embedding, namun hal ini tetap menjadi area riset aktif untuk mencapai performa real-time. - Standarisasi Interpretasi
Hingga kini belum ada standar global yang mendefinisikan bagaimana “tingkat penjelasan” suatu model AI harus diukur, terutama dalam konteks keamanan siber. Beberapa model mungkin menampilkan visualisasi subgraph, namun belum tentu dapat diterjemahkan secara bermakna oleh analis manusia. Standarisasi ini diperlukan agar hasil explainability dapat digunakan secara konsisten di berbagai industri dan lembaga pemerintah. - Ancaman Malware Generasi Baru (IoT & Polymorphic)
Munculnya malware di lingkungan Internet of Things (IoT) dan sistem terdistribusi menuntut model AI yang mampu beradaptasi terhadap data real-time dan perilaku polymorphic. Malware jenis ini sering kali berubah-ubah dalam waktu singkat, membuat model statis sulit untuk mengikuti dinamika ancaman. Oleh karena itu, riset ke depan akan mengarah pada model adaptive explainability yang dapat memperbarui interpretasi dan hasil deteksi secara otomatis.
Ke depan, penelitian akan berfokus pada pengembangan Explainable Graph Learning yang efisien dan kontekstual, di mana model tidak hanya menjelaskan keputusan, tetapi juga memberikan rekomendasi mitigasi otomatis kepada tim keamanan. Integrasi antara explainability dan automation diharapkan menjadi langkah besar berikutnya dalam mewujudkan sistem AI Security yang cerdas, transparan, dan responsif terhadap ancaman siber masa depan.
Baca juga: Bagaimana Red Team Menggunakan AI untuk Menguji Ketahanan Sistem Anda
Kesimpulan
Dalam era digital yang penuh ancaman, deteksi malware tidak cukup hanya mengandalkan akurasi tetapi juga harus transparan dan dapat dijelaskan. Integrasi antara Graph Learning dan Explainable AI (XAI) menawarkan pendekatan dua arah: memahami pola hubungan kompleks antar-komponen malware serta menjelaskan alasan di balik keputusan sistem AI secara manusiawi. Dengan sinergi ini, organisasi dapat membangun kepercayaan terhadap sistem keamanan berbasis AI, mempercepat proses incident response, dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi keamanan yang semakin ketat. Ke depan, Explainable AI bukan lagi sekadar alat bantu teknis, melainkan fondasi penting dalam membangun ekosistem keamanan siber yang etis, adaptif, dan dapat dipercaya.

