<img height="1" width="1" style="display:none" src="https://www.facebook.com/tr?id=2253229985023706&amp;ev=PageView&amp;noscript=1">

back to HRMI

Tantangan dan Solusi Keamanan Siber untuk Rumah Sakit Digital

Read Time 5 mins | 22 Mei 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa

Dokter menggunakan laptop dengan antarmuka digital untuk pengelolaan data medis

Transformasi digital di sektor kesehatan telah membawa banyak manfaat, mulai dari kemudahan akses data medis hingga peningkatan efisiensi layanan. Rumah sakit kini mengandalkan sistem digital untuk menyimpan, mengelola, dan mengakses informasi pasien secara real-time. Namun, di balik kemajuan ini, muncul tantangan besar dalam hal keamanan siber. Rumah sakit menjadi salah satu target utama serangan siber karena menyimpan data sensitif dalam jumlah besar dan sering kali belum memiliki sistem pertahanan yang memadai. Artikel ini akan membahas berbagai tantangan keamanan siber yang dihadapi rumah sakit digital serta solusi yang dapat diterapkan untuk melindungi data dan menjaga kelangsungan layanan kesehatan.

Mengapa Rumah Sakit Menjadi Target Utama Serangan Siber?

Rumah sakit menyimpan berbagai jenis data sensitif yang sangat berharga, seperti rekam medis pasien, informasi identitas pribadi, hingga data keuangan dan asuransi. Data ini memiliki nilai tinggi di pasar gelap dan bisa disalahgunakan untuk berbagai kejahatan siber, mulai dari pencurian identitas hingga pemerasan. Oleh karena itu, pelaku kejahatan digital kerap menjadikan rumah sakit sebagai sasaran empuk. Tantangan semakin besar ketika rumah sakit mengoperasikan sistem legacy yang belum diperbarui, serta mengintegrasikan berbagai perangkat medis berbasis IoT yang terhubung ke jaringan, namun seringkali minim pengamanan. Selain aspek teknis, faktor manusia juga menjadi celah yang sering dimanfaatkan. 

Banyak staf medis dan non-medis belum memiliki kesadaran penuh terhadap ancaman siber, seperti phishing atau malware. Kurangnya pelatihan keamanan membuat mereka lebih rentan melakukan kesalahan yang bisa berujung pada kebocoran data. Dalam konteks ini, keamanan siber rumah sakit tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kesiapan dan pemahaman seluruh individu di dalamnya.

Baca juga: Solusi SiberMate Membantu Organisasi Penuhi Persyaratan ISO 27001:2022

Tantangan Utama Keamanan Siber untuk Rumah Sakit Digital

Dalam era digitalisasi layanan kesehatan, rumah sakit menghadapi berbagai tantangan yang kompleks dalam menjaga keamanan sistem dan data mereka. Tantangan ini tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga berkaitan dengan sumber daya manusia, kebijakan internal, dan regulasi eksternal. Berikut ini adalah lima tantangan utama keamanan siber yang umum dihadapi oleh rumah sakit digital:

Infrastruktur IT yang Tidak Memadai

Banyak rumah sakit masih mengandalkan sistem teknologi informasi lama (legacy systems) yang rentan terhadap celah keamanan karena tidak lagi mendapatkan pembaruan dari vendor. Sistem dan perangkat lunak yang tidak diperbarui secara rutin menjadi titik lemah yang mudah dieksploitasi oleh peretas. Ketiadaan pengelolaan patch yang sistematis juga menyebabkan kerentanan menumpuk dari waktu ke waktu, sehingga meningkatkan risiko serangan siber secara signifikan.

Kurangnya Pelatihan Keamanan untuk Staf

Staf rumah sakit, baik medis maupun administratif, sering kali belum mendapatkan pelatihan yang memadai terkait praktik keamanan informasi. Akibatnya, human error menjadi penyebab utama berbagai insiden keamanan, seperti mengklik tautan phishing, membagikan kredensial tanpa sadar, atau salah mengelola data pasien. Tanpa pelatihan yang konsisten, staf tidak memiliki kemampuan untuk mengenali dan merespons potensi ancaman dengan tepat.

Ancaman Ransomware dan Phishing

Ransomware dan phishing merupakan dua jenis serangan yang paling sering ditujukan ke rumah sakit. Dalam beberapa kasus di Indonesia dan luar negeri, rumah sakit terpaksa menghentikan operasional karena sistem dikunci oleh ransomware. Sementara itu, serangan phishing kerap menyamar sebagai email internal atau dari lembaga kesehatan resmi, memancing staf agar memberikan akses ke sistem internal. Kedua ancaman ini dapat menyebabkan kerugian besar, baik secara finansial maupun reputasi.

Keterbatasan Anggaran dan Prioritas

Banyak rumah sakit menghadapi tekanan anggaran yang besar, sehingga keamanan siber tidak selalu menjadi prioritas utama. Investasi dalam sistem keamanan, pelatihan, dan pemantauan sering kali dianggap sebagai pengeluaran tambahan, bukan kebutuhan esensial. Padahal, kegagalan dalam mengantisipasi ancaman bisa berakibat jauh lebih mahal dalam jangka panjang, termasuk biaya pemulihan, tuntutan hukum, dan kehilangan kepercayaan publik.

Kepatuhan terhadap Regulasi

Rumah sakit di Indonesia kini dihadapkan pada berbagai regulasi yang harus dipatuhi, seperti Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP), standar internasional ISO 27001, hingga regulasi seperti HIPAA jika bekerja sama dengan pihak luar negeri. Sayangnya, banyak institusi kesehatan belum memiliki sumber daya atau keahlian untuk memahami dan mengimplementasikan regulasi ini secara menyeluruh. Kegagalan dalam memenuhi persyaratan hukum tidak hanya meningkatkan risiko siber, tetapi juga dapat menimbulkan sanksi hukum dan administratif.

Solusi Keamanan Siber yang Efektif untuk Rumah Sakit

Untuk menghadapi berbagai tantangan keamanan siber, rumah sakit digital perlu menerapkan pendekatan menyeluruh yang mencakup teknologi, proses, dan manusia. Langkah pertama yang krusial adalah mengadopsi framework keamanan informasi seperti ISO 27001, yang membantu rumah sakit membangun sistem manajemen keamanan yang terstruktur dan berbasis risiko. Selain itu, penguatan kontrol akses dan autentikasi—misalnya melalui penerapan multi-factor authentication (MFA) dan prinsip Zero Trust—dapat mencegah akses tidak sah ke sistem sensitif, bahkan jika kredensial pengguna jatuh ke tangan yang salah.

Namun, perlindungan teknis saja tidak cukup. Karyawan tetap menjadi lapisan pertama dan sekaligus titik terlemah dalam pertahanan siber. Karena itu, rumah sakit perlu mengadakan program security awareness training secara rutin dan berkelanjutan. Platform seperti SiberMate dapat membantu rumah sakit menyelenggarakan pelatihan berbasis simulasi serangan phishing, kuis interaktif, dan konten edukatif yang relevan dengan dunia kesehatan. Dengan pendekatan ini, staf lebih siap mengenali ancaman dan menghindari kesalahan fatal yang bisa berujung pada kebocoran data.

Selain edukasi, pemantauan dan deteksi ancaman secara real-time juga sangat penting. Solusi seperti SIEM (Security Information and Event Management), breach monitoring, dan perlindungan endpoint dapat membantu rumah sakit mendeteksi potensi serangan sebelum menimbulkan kerugian besar. Tak kalah penting, rumah sakit juga perlu memiliki disaster recovery plan dan incident response plan yang siap dijalankan saat insiden terjadi. Untuk rumah sakit yang tidak memiliki sumber daya internal memadai, bekerja sama dengan konsultan keamanan siber seperti SiberMate adalah pilihan strategis. Dengan pendekatan ini, rumah sakit bisa memastikan perlindungan data pasien sekaligus menjaga keberlangsungan operasional layanan kesehatan.

Rekomendasi Strategis untuk Pimpinan Rumah Sakit

Untuk memastikan keamanan sistem dan data kesehatan tetap terjaga di era digital, pimpinan rumah sakit perlu mengambil peran strategis dalam membangun budaya keamanan siber. Pendekatan ini tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga harus melekat pada arah kebijakan dan keputusan manajerial. Berikut adalah beberapa rekomendasi penting yang dapat menjadi pijakan bagi pimpinan rumah sakit dalam memperkuat postur keamanan siber institusinya:

Menjadikan Keamanan Siber sebagai Prioritas Manajemen

Keamanan siber tidak bisa lagi dianggap sebagai urusan divisi IT semata. Pimpinan rumah sakit harus menjadikannya sebagai bagian dari agenda strategis organisasi, sejajar dengan isu layanan pasien dan efisiensi operasional. Dengan memposisikan keamanan siber sebagai prioritas manajemen, maka setiap kebijakan, proses digitalisasi, hingga investasi teknologi akan selalu mempertimbangkan aspek perlindungan data dan sistem informasi.

Investasi Jangka Panjang Pada Teknologi dan Pelatihan

Keamanan siber adalah komitmen berkelanjutan yang membutuhkan investasi, baik dalam bentuk perangkat teknologi canggih maupun pelatihan untuk seluruh karyawan. Rumah sakit perlu mengalokasikan anggaran yang memadai untuk infrastruktur keamanan, serta bekerja sama dengan penyedia solusi seperti SiberMate untuk menjalankan program pelatihan yang adaptif terhadap perkembangan ancaman siber. Investasi ini akan menghasilkan dampak jangka panjang berupa kepercayaan pasien dan ketahanan operasional rumah sakit.

Menilai dan Mengukur Maturity Level Keamanan Siber secara Rutin

Langkah strategis lainnya adalah melakukan penilaian berkala terhadap tingkat kematangan keamanan siber di rumah sakit. Dengan mengukur maturity level, manajemen dapat memahami posisi saat ini, mengidentifikasi celah yang ada, dan merencanakan perbaikan secara bertahap. Platform seperti SiberMate menyediakan tools dan metodologi untuk membantu rumah sakit melakukan asesmen secara menyeluruh dan berbasis data, sehingga keputusan manajerial dapat diambil secara lebih terukur dan berdampak nyata.

Baca juga: Apakah Rumah Sakit Dapat Mengalami Kebocoran Data? Simak Penjelasannya

Kesimpulan

Keamanan siber di rumah sakit digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan yang mendesak. Di tengah meningkatnya ancaman serangan siber, rumah sakit harus menghadapi tantangan besar seperti sistem TI yang usang, rendahnya kesadaran staf, hingga keterbatasan anggaran. Namun, solusi tetap tersedia—mulai dari implementasi framework seperti ISO 27001, pelatihan karyawan secara berkelanjutan, hingga pemantauan ancaman real-time. Platform seperti SiberMate hadir untuk membantu rumah sakit membangun pertahanan siber yang menyeluruh dan berbasis budaya, bukan sekadar teknologi. Dengan pendekatan strategis dan komitmen dari manajemen, rumah sakit dapat memastikan perlindungan data pasien sekaligus menjaga keberlanjutan layanan kesehatan di era digital.

Satu Solusi Kelola Keamanan Siber Karyawan Secara Simple & Otomatis

Nur Rachmi Latifa

Penulis yang berfokus memproduksi konten seputar Cybersecurity, Privacy dan Human Cyber Risk Management.