<img height="1" width="1" style="display:none" src="https://www.facebook.com/tr?id=2253229985023706&amp;ev=PageView&amp;noscript=1">

back to HRMI

Kenapa Data Bank Bisa Bocor? Ini Penyebab Umumnya

Read Time 6 mins | 17 Apr 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa

Data Bank Bocor

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena data bocor semakin sering terjadi di sektor perbankan, menimbulkan kekhawatiran besar bagi masyarakat dan industri keuangan. Ketika data bank bocor, informasi sensitif milik nasabah seperti identitas pribadi, nomor rekening, hingga riwayat transaksi dapat jatuh ke tangan yang salah, mengancam keamanan finansial dan merusak kepercayaan publik terhadap lembaga keuangan. Beberapa kasus kebocoran data besar bahkan sempat mencuat ke media, menjadi pengingat bahwa perlindungan data bukan sekadar urusan teknis, tetapi bagian penting dari menjaga stabilitas dan reputasi bank di era digital ini.

Memahami Arti dan Risiko Data Bocor di Industri Perbankan

Data bocor adalah kondisi di mana informasi yang seharusnya bersifat rahasia dan terlindungi justru jatuh ke tangan pihak yang tidak berwenang. Di dunia perbankan, data bocor bisa terjadi akibat serangan siber, kelalaian internal, atau kelemahan sistem keamanan yang dimanfaatkan oleh peretas. Kebocoran ini bisa bersifat masif dan berdampak luas, terutama karena bank menyimpan berbagai jenis data penting milik nasabah.

Jenis informasi sensitif bank yang paling rentan bocor antara lain data identitas pribadi (seperti KTP dan NPWP), nomor rekening, riwayat transaksi, hingga kredensial login seperti username dan password internet banking. Bila data ini jatuh ke tangan yang salah, pelaku kejahatan bisa melakukan tindakan seperti pencurian dana, pemalsuan identitas, atau bahkan mengakses layanan keuangan lain atas nama korban.

Dampak data bank bocor sangat merugikan, baik bagi nasabah maupun institusi keuangan. Bagi nasabah, risiko keuangan dan penyalahgunaan data menjadi ancaman nyata. Sementara bagi bank, reputasi bisa rusak dalam sekejap, diikuti oleh potensi sanksi hukum, denda regulator, dan hilangnya kepercayaan publik. Oleh karena itu, menjaga keamanan data nasabah merupakan tanggung jawab utama yang harus dijalankan secara konsisten dan serius.

Baca juga: WhatsApp Centang Biru Palsu Jadi Modus Baru Penipuan Perbankan

Penyebab Umum Data Bank Bocor

Insiden data bank bocor umumnya bukan disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan hasil dari kombinasi berbagai celah keamanan yang dimanfaatkan oleh pelaku, baik dari dalam maupun luar organisasi. Untuk memahami bagaimana kebocoran ini bisa terjadi, penting bagi kita untuk mengenali faktor-faktor penyebabnya secara lebih mendalam.

Serangan Siber (Cyber Attack)

Serangan dari luar masih menjadi salah satu penyebab utama data bocor di sektor perbankan. Teknik yang digunakan pelaku kejahatan siber semakin canggih, mulai dari phishing untuk mencuri kredensial login, ransomware yang mengenkripsi data penting, hingga malware yang menyusup ke sistem internal. Bahkan serangan brute force—upaya memecahkan password dengan mencoba berbagai kombinasi—masih sering berhasil, terutama jika pengguna memakai kata sandi yang lemah. Dengan nilai data finansial yang tinggi, bank menjadi target prioritas bagi penjahat dunia maya.

Kesalahan Internal (Human Error)

Kebocoran data tidak selalu melibatkan peretasan dari luar. Banyak kasus terjadi karena kelalaian atau ketidaksengajaan dari pihak internal. Misalnya, karyawan yang mengirim file berisi data nasabah ke alamat email yang salah, atau tidak mengikuti protokol keamanan seperti mengenkripsi file sebelum dikirim. Dalam beberapa kasus, data bahkan dibagikan ke pihak eksternal tanpa otorisasi. Kesalahan-kesalahan ini seringkali dianggap sepele, tetapi bisa membuka pintu lebar bagi kebocoran data yang besar.

Kelemahan Sistem IT

Sistem teknologi informasi yang tidak diperbarui secara rutin dapat menyimpan berbagai celah keamanan. Aplikasi atau sistem operasional yang belum di-patch, serta penggunaan software versi lama, menjadi titik lemah yang mudah dieksploitasi oleh pihak tidak bertanggung jawab. Selain itu, kurangnya uji keamanan berkala (penetration testing) juga membuat organisasi tidak menyadari bahwa sistem mereka sebenarnya sudah rentan. Hal ini menjadi penyebab data bank bocor yang sering kali luput dari perhatian hingga terjadi insiden serius.

Penggunaan Vendor Pihak Ketiga

Kolaborasi dengan vendor eksternal seperti penyedia cloud, sistem pembayaran, atau layanan IT lainnya memang dapat meningkatkan efisiensi. Namun, di sisi lain, hal ini juga memperluas permukaan risiko. Jika vendor tidak memiliki sistem keamanan yang setara dengan standar internal bank, maka data bisa bocor melalui titik lemah di pihak ketiga tersebut. Serangan semacam ini dikenal sebagai supply chain attack—di mana pelaku tidak menyerang sistem utama secara langsung, tetapi menyusup melalui mitra yang terhubung.

Kurangnya Edukasi Keamanan Siber

Aspek yang sering diabaikan namun sangat penting adalah pemahaman karyawan terhadap risiko siber. Banyak staf operasional hingga eksekutif belum memahami cara mengenali email phishing, pentingnya menjaga kerahasiaan password, atau prosedur dasar saat menemukan aktivitas mencurigakan. Tanpa program edukasi dan pelatihan security awareness yang berkelanjutan, karyawan akan tetap menjadi titik lemah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Ini menunjukkan bahwa teknologi canggih sekalipun tidak cukup jika tidak dibarengi dengan peningkatan kesadaran manusia di dalam organisasi. 

Tanda-Tanda Data Bank Anda Mungkin Sudah Bocor

Tidak semua orang menyadari bahwa data pribadinya telah disusupi atau disalahgunakan. Namun, kebocoran data sering kali meninggalkan jejak yang bisa dikenali—asal kita cukup waspada. Jika Anda menemukan salah satu atau lebih dari tanda-tanda berikut, ada kemungkinan besar bahwa data bank Anda bocor dan telah digunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab.

Aktivitas Login Mencurigakan

Salah satu sinyal paling awal dari data bocor adalah adanya aktivitas login yang tidak dikenal pada akun perbankan Anda. Misalnya, Anda menerima notifikasi login dari perangkat, lokasi, atau waktu yang tidak pernah Anda gunakan sebelumnya. Beberapa bank memberikan peringatan langsung saat login dilakukan dari perangkat baru, dan notifikasi ini jangan pernah diabaikan. Aktivitas mencurigakan seperti ini bisa menjadi bukti bahwa kredensial Anda telah dicuri dan akun sedang dicoba diakses oleh pihak luar.

SMS atau Email Pemberitahuan Transaksi yang Tidak Pernah Dilakukan

Mendapatkan SMS atau email pemberitahuan transfer dana, penarikan tunai, atau pembelian yang tidak pernah Anda lakukan adalah alarm yang serius. Ini bisa berarti bahwa pelaku sudah berhasil melewati tahap login dan mulai memanfaatkan akun Anda untuk melakukan transaksi ilegal. Segera laporkan hal ini ke pihak bank agar akun Anda bisa dibekukan sementara sebelum terjadi kerugian yang lebih besar.

Penggunaan Tidak Sah atas Data Pribadi

Jika Anda mulai menerima telepon, email, atau bahkan tagihan atas nama Anda dari layanan yang tidak pernah Anda daftar, bisa jadi ini akibat dari penggunaan tidak sah atas data pribadi Anda. Data yang bocor dari sistem perbankan bisa digunakan untuk membuat akun palsu, mengajukan pinjaman, atau bahkan melakukan tindak kriminal lainnya. Ini termasuk sinyal kuat bahwa informasi sensitif Anda sudah tersebar di tangan yang salah.

Langkah-Langkah Pencegahan agar Data Bank Tidak Bocor

Untuk mencegah data bank bocor, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membangun kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya keamanan informasi, baik di tingkat karyawan maupun nasabah. Edukasi keamanan siber harus menjadi program rutin, agar semua pihak memahami risiko seperti phishing, penggunaan password yang lemah, hingga cara mengenali upaya manipulasi sosial. Selain itu, penerapan Multi-Factor Authentication (MFA) sangat penting untuk menambah lapisan perlindungan terhadap akses tidak sah ke sistem perbankan, sehingga meskipun kredensial berhasil dicuri, pelaku tetap kesulitan untuk login.

Langkah berikutnya adalah memperkuat sisi teknis dan manajerial keamanan data. Bank perlu melakukan audit sistem IT secara berkala untuk mengidentifikasi celah atau kerentanan yang mungkin terlewat, serta memastikan semua pembaruan sistem dan patch keamanan diterapkan tepat waktu. Selain itu, penggunaan vendor pihak ketiga harus melalui proses seleksi ketat, memastikan mereka mematuhi standar keamanan dan regulasi yang berlaku. Tidak kalah penting, bank juga perlu mengadakan simulasi serangan berkala, seperti simulated phishing atau penetration testing, agar bisa mengukur kesiapan tim dan sistem dalam menghadapi ancaman nyata sebelum kerusakan benar-benar terjadi.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Data Bank Sudah Bocor?

Jika Anda mencurigai bahwa data bank Anda bocor, langkah pertama yang harus dilakukan adalah segera melaporkannya ke pihak bank. Tim layanan nasabah biasanya memiliki prosedur darurat untuk menangani kasus seperti ini, termasuk memblokir sementara akses ke rekening untuk mencegah penyalahgunaan lebih lanjut. Selain itu, Anda juga disarankan melapor ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar insiden tersebut tercatat dan dapat ditindaklanjuti secara regulator, terutama jika menyangkut kelalaian dari pihak penyedia layanan keuangan.

Setelah melapor, segera ganti seluruh password yang berkaitan dengan akun perbankan Anda—termasuk mobile banking, internet banking, hingga PIN kartu ATM atau debit. Jika perlu, minta bank untuk mengganti nomor rekening agar data yang telah bocor tidak lagi bisa dimanfaatkan. Langkah ini penting untuk memutus potensi akses pelaku terhadap akun Anda, apalagi jika kebocoran melibatkan kredensial login atau informasi kartu.

Terakhir, lakukan pemantauan secara aktif terhadap seluruh aktivitas keuangan Anda. Periksa mutasi rekening secara rutin, aktifkan notifikasi transaksi via SMS atau email, dan segera laporkan jika ada aktivitas yang mencurigakan. Dalam beberapa kasus, tindakan cepat ini dapat mencegah kerugian lebih besar. Ingat, semakin cepat Anda bertindak, semakin besar peluang untuk melindungi aset dan data pribadi dari dampak kebocoran yang lebih serius.

Baca juga: Rekayasa AI: Tren Kejahatan Siber yang Mengancam Perbankan

Kesimpulan

Perlindungan data di industri perbankan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan yang tak bisa ditunda. Di tengah meningkatnya risiko data bocor, pencegahan hanya bisa dilakukan melalui kombinasi strategi yang mencakup edukasi berkelanjutan, pemanfaatan teknologi keamanan yang tepat, serta pembangunan budaya keamanan informasi di seluruh lini organisasi. Semua pihak—baik bank maupun nasabah—perlu lebih waspada dan proaktif dalam menjaga data pribadi dari ancaman siber. Untuk itu, solusi seperti SiberMate hadir membantu organisasi membangun kesadaran keamanan, mengukur risiko dari sisi manusia, hingga melakukan simulasi serangan secara otomatis guna memastikan kesiapan menghadapi potensi kebocoran data sebelum terjadi.

Satu Solusi Kelola Keamanan Siber Karyawan Secara Simple & Otomatis

Nur Rachmi Latifa

Penulis yang berfokus memproduksi konten seputar Cybersecurity, Privacy dan Human Cyber Risk Management.