SIM Card Diduga Bocor, Ini 7 Langkah Agar Data Pribadimu Tetap Aman
Read Time 9 mins | 19 Jun 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa

Isu SIM Card bocor kembali mencuat dan menghebohkan publik setelah beredar informasi di media sosial mengenai dugaan kebocoran data registrasi milik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Disebutkan bahwa sebanyak 1,3 miliar data terekam dalam insiden ini, mencakup informasi sensitif seperti NIK dan nomor ponsel masyarakat Indonesia, dengan total ukuran data mencapai 87 GB. Meskipun Kominfo membantah bahwa data tersebut berasal dari sistem mereka, kekhawatiran masyarakat terhadap kebocoran data pribadi semakin meningkat. Di tengah meningkatnya ancaman kejahatan digital, insiden semacam ini menjadi pengingat pentingnya perlindungan data dalam ekosistem digital yang semakin terhubung.
Kronologi Dugaan Kebocoran Data SIM Card
Dugaan kebocoran data SIM Card mencuat setelah beredarnya tangkapan layar di media sosial yang memperlihatkan penjualan data oleh akun bernama Bjorka. Data yang ditawarkan disebut merupakan hasil dari registrasi SIM Card di Indonesia, dengan ukuran mencapai 87 GB dan jumlah entri sebanyak 1,3 miliar. Informasi yang diklaim bocor mencakup Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan nomor ponsel pengguna, dua jenis data pribadi yang sangat sensitif dan rentan disalahgunakan.
Menanggapi hal ini, sejumlah pihak langsung melakukan klarifikasi. Salah satunya adalah Telkomsel yang menyatakan bahwa hasil investigasi internal awal menunjukkan data tersebut bukan berasal dari sistem Telkomsel. Mereka menegaskan bahwa sistem mereka masih dalam kondisi aman dan mengikuti prosedur operasional standar keamanan data sesuai regulasi industri telekomunikasi di Indonesia.
Sementara itu, Kominfo juga membantah bahwa data tersebut berasal dari sistem milik kementerian. Dalam pernyataan resminya, Kominfo menyebut bahwa mereka tidak memiliki aplikasi yang menyimpan data registrasi prabayar maupun pascabayar. Saat ini mereka masih melakukan penelusuran lebih lanjut untuk memastikan sumber kebocoran sebenarnya. Dugaan kebocoran data ini menyoroti lemahnya perlindungan data di sejumlah titik rantai penyimpanan, yang seharusnya menjadi perhatian serius semua pihak yang terlibat dalam proses registrasi SIM Card.
Baca juga: Scan Retina Mata Dijual? Kenali Risikonya Pada Kebocoran Data Pribadi
Tanggapan Resmi dari Pihak Terkait
Menanggapi isu yang berkembang, Telkomsel segera memberikan pernyataan resmi. Mereka menegaskan bahwa hasil pemeriksaan awal menunjukkan data yang diperjualbelikan bukan berasal dari sistem internal Telkomsel, dan sampai saat ini, sistem mereka masih aman serta kerahasiaan data pelanggan tetap terjaga. Telkomsel juga menyatakan kesiapannya untuk berkoordinasi dengan pihak terkait guna menindaklanjuti kasus ini sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pernyataan ini sekaligus menjadi bentuk komitmen perusahaan dalam menjamin perlindungan data konsumennya di tengah tudingan Telkomsel data bocor.
Sementara itu, Kominfo turut merespons dengan menyatakan bahwa pihaknya tidak memiliki sistem atau aplikasi yang menampung data registrasi SIM card, baik prabayar maupun pascabayar. Dengan demikian, Kominfo menepis dugaan bahwa data tersebut berasal dari kementerian mereka, meskipun tetap melakukan penelusuran lebih lanjut. Di sisi lain, pengamat keamanan siber Alfons Tanujaya dari Vaksincom menilai bahwa data yang beredar terlihat valid. Ia menyebut bahwa setelah dilakukan pengecekan silang ke sejumlah nomor, memang terdapat kecocokan antara NIK dan nomor telepon dalam data tersebut, yang membuat kasus ini semakin mengkhawatirkan bagi publik. Temuan ini memunculkan pertanyaan besar tentang titik kelemahan dalam sistem penyimpanan data SIM card di Indonesia.
Apa Bahayanya Jika Data SIM Card Bocor?
Dugaan SIM Card bocor bukan sekadar isu teknis, melainkan persoalan serius yang bisa berdampak luas pada kehidupan digital dan keamanan pribadi seseorang. Jika informasi seperti NIK dan nomor ponsel jatuh ke tangan yang salah, potensi kerugiannya sangat nyata. Berikut ini adalah tiga bahaya utama dari risiko kebocoran data SIM card yang perlu diwaspadai:
Risiko Penyalahgunaan NIK dan Nomor Ponsel
NIK adalah identitas resmi warga negara yang digunakan dalam berbagai layanan publik dan swasta, mulai dari perbankan hingga aplikasi digital. Bila dikombinasikan dengan nomor ponsel, pelaku kejahatan bisa mencoba mendaftarkan akun baru, mengakses layanan tertentu, atau bahkan memanipulasi data untuk kepentingan ilegal. Dalam konteks penyalahgunaan SIM Card bocor, hal ini membuka peluang besar untuk tindakan pemalsuan identitas atau kejahatan berbasis data.
Potensi Penyebaran Hoaks, SIM Swap, hingga Social Engineering
Dengan memiliki akses ke nomor ponsel yang valid, penyerang bisa melakukan teknik manipulatif seperti social engineering untuk mengecoh korban atau pihak lain. Salah satu metode yang umum adalah SIM swap, yakni pengambilalihan kendali nomor ponsel korban untuk mendapatkan kode OTP atau akses ke akun pribadi. Selain itu, penyebaran hoaks atau pesan manipulatif lewat SMS/WhatsApp juga bisa terjadi dengan mengandalkan kredibilitas dari nomor yang tampak sah.
Ancaman terhadap Keamanan Akun Digital dan Finansial
Banyak layanan digital, termasuk aplikasi perbankan dan dompet digital, menggunakan nomor ponsel sebagai metode otentikasi utama. Kebocoran ini membuat pengguna rentan terhadap pengambilalihan akun, pencurian saldo, hingga penyalahgunaan informasi pribadi yang tersimpan dalam akun tersebut. Maka, risiko kebocoran data semacam ini tidak hanya mengganggu privasi, tapi juga berpotensi menimbulkan kerugian finansial yang nyata.
Untuk mengantisipasi berbagai risiko tersebut, penting bagi setiap individu untuk mengetahui cara-cara melindungi diri secara proaktif. Selanjutnya, artikel ini akan membahas 7 Langkah Melindungi Data Pribadi dari Kebocoran SIM Card yang dapat Anda terapkan mulai sekarang.
1. Aktifkan Verifikasi Dua Langkah (2FA)
Salah satu langkah paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan data akibat SIM card bocor adalah dengan mengaktifkan verifikasi dua langkah (Two-Factor Authentication/2FA) di semua akun digital Anda. Dengan fitur ini, akses ke akun tidak hanya bergantung pada password, tetapi juga membutuhkan verifikasi tambahan, seperti kode OTP, aplikasi autentikator, atau biometrik. Jadi, meskipun seseorang memiliki informasi dasar Anda seperti NIK dan nomor ponsel, mereka tetap tidak bisa masuk ke akun tanpa lapisan keamanan tambahan ini.
Idealnya, hindari OTP berbasis SMS karena itu bisa menjadi target empuk dalam serangan SIM swap. Sebagai gantinya, gunakan aplikasi autentikator seperti Google Authenticator, Microsoft Authenticator, atau Authy yang memberikan kode dinamis langsung dari perangkat Anda. Langkah sederhana ini bisa menjadi pembeda antara akun yang diretas dan akun yang tetap aman dalam situasi penyalahgunaan SIM card bocor.
2. Gunakan Password Manager dan Hindari OTP SMS
Menggunakan password manager adalah salah satu cara paling aman untuk mengelola kata sandi tanpa harus mengingat semuanya. Aplikasi ini akan menyimpan dan mengenkripsi seluruh password Anda dalam satu tempat yang aman, serta secara otomatis mengisi kolom login saat dibutuhkan. Ini mencegah Anda menggunakan kata sandi yang sama di banyak akun—kebiasaan yang sangat berbahaya jika terjadi kebocoran data. Dengan password manager, Anda juga bisa membuat kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun tanpa harus mencatatnya secara manual.
Di sisi lain, sebaiknya hindari penggunaan OTP berbasis SMS sebagai metode verifikasi utama. SMS bisa disadap atau dialihkan melalui teknik seperti SIM swap, apalagi jika nomor Anda termasuk dalam data yang bocor. Sebagai gantinya, gunakan metode autentikasi yang lebih aman seperti aplikasi autentikator atau verifikasi berbasis perangkat. Dengan begitu, meskipun pelaku memiliki akses ke NIK dan nomor ponsel Anda, mereka tetap tidak bisa membobol akun Anda dengan mudah.
3. Daftarkan Ulang SIM Card di Gerai Resmi
Jika Anda mencurigai adanya aktivitas mencurigakan pada nomor ponsel Anda—seperti tidak bisa menerima SMS, panggilan masuk yang tiba-tiba terputus, atau notifikasi login mencurigakan—segera lakukan pendaftaran ulang SIM card di gerai resmi operator. Ini penting untuk memastikan bahwa nomor Anda tidak diambil alih oleh pihak tidak bertanggung jawab melalui metode seperti SIM swap, yang sering digunakan untuk mencuri akses ke akun digital.
Proses pendaftaran ulang ini juga dapat membantu operator memverifikasi kembali identitas Anda secara langsung menggunakan dokumen resmi seperti KTP dan KK. Dengan begitu, Anda bisa memastikan bahwa kontrol atas nomor ponsel benar-benar kembali di tangan Anda. Tindakan ini sangat krusial terutama jika data pribadi Anda, seperti NIK dan nomor telepon, menjadi bagian dari insiden SIM Card bocor.
4. Pantau Aktivitas Akun Digital dan Finansial
Dalam situasi seperti dugaan SIM card bocor, penting untuk lebih waspada terhadap semua aktivitas di akun digital Anda, termasuk media sosial, email, dan layanan e-wallet. Periksa apakah ada notifikasi login dari perangkat asing, perubahan kata sandi, atau pesan verifikasi yang tidak Anda minta. Tanda-tanda ini bisa menjadi indikator awal bahwa seseorang mencoba mengambil alih akun Anda menggunakan data pribadi yang bocor.
Selain itu, awasi juga transaksi di aplikasi keuangan seperti mobile banking dan dompet digital. Segera laporkan ke penyedia layanan jika Anda melihat aktivitas yang tidak biasa, sekecil apa pun. Banyak kasus peretasan dimulai dari celah kecil yang luput dari perhatian. Dengan rutin memantau aktivitas akun, Anda bisa mendeteksi penyalahgunaan lebih dini dan mengambil tindakan cepat untuk mencegah kerugian lebih besar.
5. Waspadai Phishing Lewat SMS, WA, & Email
Setelah terjadi kebocoran data seperti SIM card bocor, pelaku kejahatan siber sering memanfaatkan informasi tersebut untuk melakukan serangan phishing. Mereka akan mengirim pesan melalui SMS, WhatsApp, atau email yang terlihat resmi, berisi tautan palsu atau permintaan data pribadi dengan berbagai alasan—mulai dari undian hadiah hingga peringatan keamanan palsu. Karena pelaku memiliki data valid seperti nomor ponsel dan mungkin nama Anda, pesan-pesan ini terasa meyakinkan dan lebih mudah mengecoh korban.
Untuk itu, selalu curigai pesan yang meminta Anda mengklik tautan, mengisi formulir, atau memberikan kode OTP. Periksa alamat email pengirim, nomor pengirim WhatsApp, dan jangan terburu-buru merespons pesan yang mengandung unsur darurat atau hadiah besar. Jika ragu, hubungi langsung institusi resmi melalui saluran yang terpercaya. Kewaspadaan terhadap phishing adalah pertahanan pertama dalam menjaga keamanan digital setelah insiden penyalahgunaan SIM Card bocor.
6. Laporkan Aktivitas Mencurigakan ke Operator
Jika Anda mendapati tanda-tanda mencurigakan seperti SMS atau panggilan tidak masuk, akun digital tidak bisa diakses, atau tiba-tiba kehilangan sinyal tanpa alasan jelas, segera laporkan kejadian tersebut ke operator seluler Anda. Hal ini penting agar operator bisa melakukan pengecekan apakah ada permintaan penggantian kartu SIM atau aktivitas tak wajar yang melibatkan nomor Anda. Semakin cepat dilaporkan, semakin besar peluang untuk mencegah penyalahgunaan lebih lanjut.
Dalam banyak kasus penyalahgunaan SIM card bocor, pelaku mencoba mengambil alih nomor korban terlebih dahulu untuk mengakses akun-akun digital yang terhubung. Dengan melapor ke gerai resmi atau call center operator, Anda bisa memblokir atau mengganti SIM card serta memastikan kepemilikan nomor tetap aman. Jangan tunda pelaporan, karena keterlambatan bisa memberikan celah bagi pelaku untuk melancarkan aksinya.
7. Gunakan Breach Monitoring untuk Cek Data Bocor
Salah satu cara proaktif untuk menjaga keamanan data Anda pasca insiden SIM Card bocor adalah dengan menggunakan layanan breach monitoring. Layanan ini memungkinkan Anda mengecek apakah data pribadi seperti NIK, email, atau nomor ponsel Anda telah muncul di forum dark web atau database bocor yang diperdagangkan secara ilegal. Dengan mengetahui lebih awal bahwa data Anda terpapar, Anda bisa segera mengambil langkah-langkah pengamanan sebelum disalahgunakan.
SiberMate menyediakan fitur Breach Monitoring sebagai bagian dari solusi perlindungan human cyber risk. Dengan sistem yang terus memindai sumber-sumber kebocoran data di internet, SiberMate membantu individu dan organisasi mengetahui potensi risiko sejak dini. Ini bukan hanya soal deteksi, tapi juga soal respon cepat—karena semakin cepat Anda tahu, semakin besar peluang mencegah kerugian digital dan finansial yang lebih besar.
Siapa yang Bertanggung Jawab Jika Data SIM Card Bocor?
Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas kasus kebocoran data SIM Card bukan perkara mudah. Salah satu tantangan utamanya adalah penelusuran sumber kebocoran yang sering kali melibatkan banyak pihak dan sistem yang saling terhubung. Dalam kasus ini, Kominfo menyatakan bahwa mereka tidak memiliki sistem penyimpanan data registrasi SIM card, sementara operator seperti Telkomsel juga membantah bahwa data tersebut berasal dari sistem mereka. Ketidakjelasan ini membuat publik sulit mendapatkan kepastian dan membuka ruang bagi spekulasi, padahal yang dibutuhkan adalah kejelasan dan akuntabilitas.
Secara hukum, Indonesia telah memiliki Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) yang mewajibkan setiap institusi yang mengelola data pribadi untuk menjamin keamanannya dan bertanggung jawab jika terjadi kebocoran. Dalam konteks ini, dibutuhkan investigasi forensik digital yang menyeluruh dan transparan untuk menelusuri dari mana data bocor dan siapa pihak yang lalai atau melakukan pelanggaran. Tanpa transparansi dan penegakan regulasi yang tegas, kasus seperti ini akan terus terulang, dan kepercayaan publik terhadap keamanan data digital semakin menurun.
Baca juga: Kenapa Data Bank Bisa Bocor? Ini Penyebab Umumnya
Kesimpulan
Kasus dugaan kebocoran data SIM card menjadi pengingat bahwa menjaga privasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan yang mendesak. Meskipun belum ada institusi yang secara resmi mengakui sebagai sumber kebocoran, setiap individu tetap harus bersikap waspada dan mengambil langkah proaktif untuk melindungi diri. Mulai dari mengaktifkan verifikasi dua langkah hingga memanfaatkan layanan breach monitoring, semua tindakan ini dapat mencegah risiko kerugian yang lebih besar. SiberMate hadir dengan solusi Breach Monitoring yang memungkinkan Anda mengetahui lebih awal jika data pribadi Anda terpapar di internet atau dark web. Jangan tunggu sampai data pribadimu disalahgunakan—lindungi sekarang juga dengan menggunakan alat keamanan digital seperti SiberMate, terus belajar tentang ancaman siber, dan dukung penegakan regulasi perlindungan data yang kuat di Indonesia.