Era IoT dan CPS: Tantangan Baru dalam Keamanan Digital
Read Time 5 mins | 29 Jul 2025 | Written by: Nur Rachmi Latifa

Perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI) dan machine learning telah membawa transformasi besar dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari personalisasi layanan hingga peningkatan efisiensi kerja. Bersamaan dengan itu, kemunculan Internet of Things (IoT) dan Cyber-Physical Systems (CPS) semakin memperkuat konektivitas antara dunia digital dan fisik dari perangkat wearable, smart TV, hingga sistem energi cerdas di rumah dan kota. Namun, di balik berbagai kemudahan dan inovasi tersebut, muncul tantangan baru dalam hal keamanan digital. Di tengah adopsi teknologi yang semakin masif, perlindungan terhadap sistem dan data menjadi krusial agar manfaat teknologi tidak dibayangi oleh risiko keamanan yang semakin kompleks.
IoT dan CPS: Konektivitas yang Menyatukan Dunia Fisik dan Digital
Internet of Things (IoT) adalah jaringan perangkat fisik yang terhubung ke internet dan mampu mengumpulkan serta bertukar data. Sementara itu, Cyber-Physical Systems (CPS) adalah sistem yang menggabungkan komputasi, jaringan, dan elemen fisik secara terintegrasi, memungkinkan interaksi dan kontrol secara real-time antara dunia digital dan fisik. Kedua teknologi ini saling melengkapi dan menjadi fondasi utama dalam membangun ekosistem digital yang cerdas dan responsif.
Penggunaan IoT dan CPS sudah sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Di rumah, kita mengenal smart home dengan lampu otomatis, kamera pengawas pintar, dan perangkat wearable seperti smartwatch yang memantau kesehatan. Di sektor transportasi, charger kendaraan listrik (EV charger) dan sistem navigasi pintar adalah bagian dari perkembangan ini. Dalam bidang energi, smart meter memberikan informasi penggunaan listrik secara real-time dan memungkinkan konsumen serta penyedia energi mengoptimalkan pemakaian dan distribusi.
Kehadiran IoT dan CPS tak hanya membawa kenyamanan, tetapi juga mengubah cara infrastruktur kritikal beroperasi. Sistem energi, transportasi, hingga layanan kesehatan kini mengandalkan perangkat dan sistem yang saling terkoneksi untuk meningkatkan efisiensi, keandalan, dan daya tanggap terhadap situasi. Namun, semakin terintegrasinya teknologi ini juga berarti semakin besar ketergantungan terhadap data dan konektivitas, yang menuntut perhatian serius terhadap aspek keamanan dan ketahanan digital.
Baca juga: Mobil Listrik di Era IoT: Apakah Keamanannya Terjamin?
Hilangnya Batas Antara Dunia Siber dan Dunia Fisik
Seiring meningkatnya adopsi IoT dan Cyber-Physical Systems (CPS), batas antara dunia siber dan dunia fisik semakin memudar. Celah keamanan digital yang dulunya “hanya” berdampak pada data kini bisa menimbulkan konsekuensi langsung di dunia nyata, seperti gangguan layanan publik, kerusakan fisik, hingga risiko terhadap keselamatan manusia. Satu kelemahan dalam sistem keamanan siber bisa dimanfaatkan untuk mengambil kendali atas perangkat fisik dan ini menjadikan setiap serangan digital berpotensi membawa dampak yang jauh lebih besar.
Risiko ini sangat nyata, terutama pada sistem-sistem krusial seperti jaringan listrik, transportasi, dan layanan kesehatan. Bayangkan jika rumah sakit tidak bisa mengakses data pasien karena serangan siber, atau jika sistem kontrol lalu lintas terganggu akibat manipulasi sensor. Sektor energi, yang kini sangat mengandalkan smart grid berbasis IoT, juga menjadi target empuk karena keberhasilannya dalam disusupi bisa menyebabkan gangguan massal dan kerugian ekonomi yang besar.
Contoh paling jelas dari hilangnya batas antara ancaman digital dan kerusakan fisik adalah insiden pemadaman listrik besar-besaran di Ukraina pada tahun 2015, 2016, dan 2022 akibat serangan siber terhadap sistem kontrol industri. Serangan lain terjadi di Jerman pada 2014, ketika sebuah pabrik baja mengalami kerusakan serius karena sistem otomatisasinya diakses oleh peretas, menyebabkan proses shutdown yang tidak sesuai prosedur. Kedua kasus ini menegaskan bahwa keamanan siber tidak lagi bisa dipisahkan dari keamanan fisik, terutama di era di mana semua sistem saling terhubung dan bergantung pada integritas data digital.
Ancaman Keamanan Siber di Era IoT
Di era konektivitas tinggi yang didorong oleh IoT, berbagai celah keamanan digital mulai bermunculan dengan potensi dampak yang sangat serius. Berikut ini adalah tiga bentuk ancaman keamanan siber yang paling menonjol dan perlu diwaspadai dalam konteks IoT:
Modifikasi Data Sensor dan Pengambilalihan Perangkat
Perangkat IoT mengandalkan sensor untuk menangkap data dari lingkungan sekitar, mulai dari suhu, arus listrik, hingga pola penggunaan. Ketika data sensor ini dimodifikasi, baik melalui manipulasi software atau intervensi jaringan—maka keputusan sistem bisa menjadi tidak akurat atau bahkan membahayakan. Misalnya, jika smart meter dimanipulasi, konsumen bisa dikenakan tagihan yang salah atau penyedia energi kehilangan kendali terhadap distribusi. Lebih parah lagi, peretas bisa mengambil alih kendali perangkat secara langsung dan menjalankan perintah yang merusak atau membahayakan sistem secara keseluruhan.
Risiko Blackout dan Ketimpangan Ekonomi
Serangan terhadap sistem IoT yang mengelola infrastruktur penting seperti energi tidak hanya menyebabkan gangguan layanan, tetapi juga berisiko memicu pemadaman listrik (blackout) dalam skala luas. Ketika sistem pengelolaan daya disusupi, distribusi listrik bisa menjadi tidak stabil, dan bahkan sengaja dihentikan. Selain itu, thread actors dapat memanfaatkan celah ini untuk menciptakan ketimpangan ekonomi, misalnya dengan memanipulasi harga listrik atau memblokir akses energi bagi kelompok tertentu. Serangan semacam ini berdampak langsung pada produktivitas, kepercayaan publik, dan kestabilan sosial.
Sektor Energi sebagai Target Utama
Sektor energi kini menjadi target favorit bagi penyerang siber karena tingginya nilai strategis dan ketergantungannya pada sistem digital berbasis IoT. Smart grid, smart charger, dan smart meter semuanya menghadirkan jalur masuk potensial bagi peretas. Selain itu, sektor ini memainkan peran kunci dalam transisi menuju energi terbarukan dan pencapaian target net-zero, sehingga serangan terhadapnya bisa berdampak luas secara nasional bahkan global. Beberapa insiden nyata telah menunjukkan bagaimana satu titik lemah di jaringan energi bisa dimanfaatkan untuk menciptakan kekacauan sistemik, menjadikan keamanan siber sebagai prioritas utama dalam pembangunan infrastruktur digital energi.
Tantangan dalam Merancang Sistem yang Aman dan Tahan Serangan
Merancang sistem yang aman di era IoT tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Keamanan harus ditanamkan sejak tahap awal desain, konsep yang dikenal sebagai security by design. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap komponen, mulai dari perangkat keras, perangkat lunak, hingga jaringan komunikasi, telah dirancang dengan mempertimbangkan potensi ancaman siber sejak awal. Tanpa fondasi ini, upaya perlindungan hanya akan bersifat tambal sulam dan lebih mahal jika dilakukan setelah sistem berjalan.
Tantangan utama datang dari banyaknya titik rentan dalam sistem IoT, seperti sensor yang bisa rusak atau dimanipulasi, komunikasi data yang bisa disadap, hingga kesalahan manusia seperti konfigurasi keliru atau kredensial yang bocor. Jika celah-celah ini tidak segera terdeteksi dan ditangani, maka serangan bisa berkembang tanpa terpantau dan menimbulkan kerugian besar. Menunda penanganan kerentanan bukan hanya memperbesar risiko teknis, tapi juga membuka peluang bagi pelaku ancaman untuk masuk lebih dalam dan mengambil alih kendali sistem secara menyeluruh.
Membangun Ketahanan Sistem: Strategi Holistik
Untuk menghadapi kompleksitas ancaman di era IoT dan CPS, kita tidak bisa hanya mengandalkan satu lapisan perlindungan. Diperlukan pendekatan holistik yang memperhitungkan seluruh siklus hidup sistem, dari desain hingga operasional. Berikut ini adalah tiga strategi utama dalam membangun ketahanan sistem secara menyeluruh:
Peran Digital Twin dan Integrasi Pengetahuan Ahli
Digital twin, yaitu replika digital dari sistem fisik, memungkinkan kita untuk memantau dan mensimulasikan perilaku sistem secara real-time. Dengan menggabungkan teknologi ini dengan pengetahuan dari para ahli, baik di bidang keamanan maupun domain teknis terkait, kita dapat mendeteksi anomali, mengidentifikasi potensi serangan siber lebih cepat, dan menguji respons terhadap skenario ancaman tanpa mengganggu sistem asli. Ini menjadi alat penting dalam menjaga keamanan digital dan operasional sistem yang kompleks seperti CPS.
Pendekatan Sistemik dalam Pengamanan IoT
Keamanan perangkat IoT tidak bisa dilihat secara parsial, melainkan harus dianalisis sebagai bagian dari ekosistem yang saling terhubung. Setiap perangkat, protokol komunikasi, hingga alur pengolahan data harus diperiksa sebagai satu kesatuan yang saling memengaruhi. Pendekatan sistemik ini membantu menghindari titik buta yang sering kali muncul jika keamanan hanya difokuskan pada satu aspek, dan memastikan bahwa setiap lapisan sistem memiliki kontrol pertahanan yang saling melengkapi.
Kolaborasi Multidisiplin: Ilmuwan, Insinyur, dan Praktisi
Membangun ketahanan sistem tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Dibutuhkan kolaborasi erat antara ilmuwan komputer yang memahami ancaman siber, insinyur yang merancang sistem fisik, serta praktisi lapangan yang memahami konteks operasional sehari-hari. Ketika ketiga pihak ini bekerja bersama, mereka dapat menghasilkan solusi keamanan yang tidak hanya canggih secara teknis, tetapi juga realistis dan dapat diterapkan di dunia nyata demi mewujudkan sistem CPS dan IoT yang benar-benar tangguh menghadapi tantangan keamanan siber masa kini.
Baca juga: Protokol MQTT: Jantung IoT yang Rentan terhadap Serangan Siber
Kesimpulan
Transformasi digital melalui kehadiran IoT dan CPS telah membawa banyak kemudahan dalam kehidupan dan operasional berbagai sektor, namun di saat yang sama juga membuka pintu bagi ancaman keamanan digital yang semakin kompleks. Di tengah dunia yang makin terkoneksi, adopsi pendekatan keamanan siber yang menyeluruh bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Masa depan teknologi ini tidak hanya ditentukan oleh kecanggihannya, tetapi juga oleh sejauh mana kita siap menghadapi risiko yang muncul—mulai dari desain sistem, proteksi data, hingga respons terhadap insiden. Tanpa kesiapan tersebut, manfaat besar dari IoT dan CPS bisa berubah menjadi kerugian yang tidak terbayangkan.